Dikhianati menjadikannya penuh ambisi untuk balas dendam.
Semua bermula ketika Adrian berniat memberi kejutan untuk kekasihnya dengan lamaran dadakan. Tak disangka, kejutan yang ia persiapkan dengan baik justru berbalik mengejutkannya.
Haylea, kekasih yang sangat dicintainya itu kedapatan bermesraan dengan pria lain di apartemen pemberian Adrian.
Dendam membuat Adrian gelap mata. Ia menjerat Naomi, gadis belia polos yang merupakan bekas pelayan kekasihnya.
Tadinya, Adrian menjerat Naomi hanya untuk balas dendam. Tak disangka ia malah terjerat oleh permainannya sendiri. Karena perlahan-lahan kehadiran Naomi mampu mengikis luka menganga dalam hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 : Menghambat Pertumbuhan!
Jika Adrian berpikir akan mendapatkan tontonan seru melihat kecemburuan Naomi, maka salah besar. Karena wanita itu tampak tak begitu peduli. Bahkan kedekatan yang sengaja ditunjukkan Adrian dengan Erica tak berpengaruh padanya.
Selepas makan malam, Naomi malah kembali ke kamar. Meninggalkan Adrian dan Erica di ruang keluarga.
Prang! Suara pecahan kaca yang berasal dari sebuah ruangan mengejutkan Adrian.
Pria itu langsung bangkit dari duduknya dan beranjak menuju kamar paling ujung.
“Aku tidak mau minum obat! jauhkan itu dariku!”
Adrian menatap wanita tua yang sedang duduk bersandar di tempat tidur. Seperti biasa, neneknya itu akan menolak apapun. Termasuk makan dan minum obat. Kini tubuhnya terlihat lebih kurus dari sebelumnya. Wajahnya juga sedikit pucat.
“Ada apa dengan nenek?” tanya Adrian sembari melangkah masuk.
“Nyonya Camila tidak mau minum obat, Tuan. Saya sudah membujuknya sejak tadi.”
Adrian menatap wanita berambut putih itu. “Nenek, kenapa tidak mau minum obat?”
“Kamu siapa? Kenapa masuk ke mari?” tanyanya ketus.
Adrian menghela napas panjang. Neneknya itu memang sering pikun. Ia mudah melupakan siapapun, termasuk anggota keluarganya sendiri.
“Aku Adrian, Nenek,” ucap Adrian lembut.
Spontan saja wajah ketus wanita itu langsung berubah. ia memandang pria yang duduk di sisinya dengan mata berkaca-kaca. “Adrian, cucuku?” ucapnya sambil membelai wajah. “Kamu sudah pulang?”
Adrian tersenyum sambil mengangguk. “Iya, Nenek. Aku sudah pulang.”
Wanita itu pun langsung terisak, menyandarkan tubuh lemahnya di dada Adrian. “Lihat apa yang mereka lakukan padaku, Adrian. Mereka selalu saja memaksaku!”
“Tapi Nenek memang harus minum obat, kan?”
“Aku tidak mau! Aku tidak butuh obat!”
“Kalau tidak minum obat, bagaimana Nenek bisa sembuh? Lihat sekarang Nenek jadi kurus seperti ini,” bujuk Adrian lembut. “Nenek, ayolah ... jangan keras kepala. Aku mau melihat Nenek sembuh.”
Adrian menyodorkan sebutir pil. Tak seperti biasanya, kali ini Nenek Camila dengan mudah menuruti ucapan cucunya. Biasanya wanita tua itu akan marah pada siapapun yang memintanya meminum obat.
“Begitu kan bagus. Nanti kalau Nenek sembuh, aku akan mengajak Nenek pergi ke Cappaddocia dan naik balon udara sepuasnya.”
Adrian masih menemani Nenek Camila hingga terlelap. Sebelum keluar kamar, ia membenarkan selimut terlebih dahulu.
Nenek Camila mengidap anxiety disorder, yaitu gangguan kesehatan mental yang membuatnya sering merasa cemas atau bahkan takut secara berlebihan. Hal itu sudah berlangsung sejak ayah Adrian meninggal beberapa tahun lalu. Akibatnya, Nenek Camila selalu membutuhkan obat untuk bisa tidur di malam hari.
"Aku mau ke atas dulu. Terus temani nenek, ya!"
"Baik, Tuan."
.
.
Naomi sedang berbaring sambil memainkan ponsel saat Adrian memasuki kamar. Naomi hanya melirik sekilas, lalu kembali terfokus pada layar ponsel.
Sementara Adrian langsung menuju sudut kamar dan membuka seluruh pakaiannya. Membuat Naomi melotot lalu menutup kedua matanya.
"Eh, Tuan, setidaknya kalau mau buka baju di kamar mandi saja."
"Memang kenapa kalau aku mau buka baju di sini? Kamu takut tergoda?" ucapnya, lalu melempar pakaian ke dalam keranjang pakaian kotor. "Aku mau mandi, siapkan piyamaku."
Dengan gerakan malas, Naomi bangkit. Membuka lemari pakaian dan memilihkan setelan piyama.
Tak berselang lama, Adrian keluar dari kamar mandi. Terlihat sangat segar. Sepasang piyama sudah berada di atas meja rias. Tetapi bukannya segera berpakaian, Adrian malah naik ke tempat tidur hingga membuat Naomi terlonjak.
"Jangan bilang Anda lupa cara berpakaian yang baik dan benar!" sindir Naomi.
"Tidak! Aku memang sengaja tidak menggunakannya," jawab Adrian santai.
Naomi mulai mengambil ancang-ancang untuk melarikan diri. "Apa Anda tidak takut sakit? Anda bisa terserang flu, apa lagi sekarang cuaca sedang dingin."
"Apa kamu sedang berusaha menunjukkan perhatian?" Adrian mulai menarik selimut yang membalut tubuh Naomi.
"Aku bukan perhatian, hanya memperingatkan!"
"Bukankah tadi kamu bilang cuaca sedang dingin? Kalau begitu berikan selimutnya padaku!"
Naomi menggeleng cepat sambil memeluk selimut semakin erat. "Tidak mau! Aku tahu apa yang ada di pikiranmu, Tuan!"
Adrian menyeringai. "Wah, kenapa aku merasa kamu sangat memperhatikanku? Kamu bahkan tahu apa yang ku pikirkan."
Adrian merangkak di atas tubuh Naomi, membuat wanita itu meraih bantal untuk melindungi bagian depan tubuhnya yang selalu menjadi sasaran kejahatan Adrian.
"Hey, Tuan! Sebenarnya kamu ini spesies sejenis apa? Kenapa untuk menyenangkan tubuhmu sendiri, harus memanfaatkan tubuh orang lain?"
"Kamu bilang apa barusan?" Kedua Alis Adrian saling bertaut, menatap wanita di bawahnya. Naomi selalu saja mencetuskan bahasa baru yang unik.
"Kamu memanfaatkan tubuh orang lain untuk menyenangkan tubuhmu sendiri," ulang Naomi dengan suara lantang. "Apa kamu tidak tahu kalau aku sedang dalam masa pertumbuhan? Tindakan tercelamu ini bisa menghambat proses pertumbuhanku, Tuan!"
"Kamu tenang saja. Justru aku akan memperlancar proses pertumbuhanmu." Adrian menelusuri leher Naomi dengan bibirnya yang basah. Membuat Naomi mendorongnya sekuat tenaga.
"Memperlancar? Justru aku merasa pertumbuhanku terhambat sejak mengenalmu. Kamu akan membuatku tumbuh ke samping, bukan ke atas."
"Kamu memang tidak akan tumbuh, tapi akan merambat. Dan salah satu ciri-ciri makhluk hidup yang sehat itu adalah, yang bisa merambat kemana-mana," jelas Adrian dengan tangan yang sudah merambat kemana-mana.
"Tunggu, kenapa aku merasa seperti sedang belajar biologi?" tanya Naomi serius.
"Kita memang sedang belajar biologi! Dan sekarang aku akan mengajarimu cara berkembang biak yang baik dan benar."
...........