Apa jadinya kalau seorang mahasiswa hukum yang playboy di jodohkan dengan seorang janda kaya raya?
Dalam pikiran Boy, janda adalah perempuan gendut dengan make up tebal. Seluruh tubuhnya sudah kendor dan bekas orang. Boy yang sering gonta ganti pacar cantik, tentu saja menentang keras perjodohan yang dilakukan kedua orangtuanya, apalagi di jodohkan dengan seorang janda walaupun kaya raya.
"Tidak mau! Lebih baik Aku mati daripada menikah dengan janda tua. Aku masih 21 tahun, Mi, Pi," tolak Boy dengan keras.
Padahal, Krystal tidak sejelek yang Boy pikir. Walaupun sudah berumur 28 tahun dan janda, dia sangat cantik seperti aktris Korea. Krystal juga masih perawan, karena belum pernah tidur sekamar dengan mantan suaminya.
Krystal yang tidak ingin salah memilih suami lagi, memutuskan menyamar menjadi mahasiswi hukum, satu kampus dan satu kelas dengan Boy, untuk mengetahui sifat asli calon suaminya. Terbukti, banyak mahasiswa maupun dosen pria yang naksir Krystal termasuk Boy
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
Semua bukti kejahatan Saga telah di amankan. Sesuai undang-undang, Saga akan di jerat dengan dua pasal yaitu pasal penculikan dan percobaan pembunuhan. Aditama dengan berat hati memutuskan tidak membantu adiknya kali ini. Walau berat, demi menghukum Saga dan membuatnya berubah, Aditama merelakan Saga di penjara sesuai peraturan hukum.
Aditama juga sudah memberitahu Bagas tentang apa yang terjadi pada Saga. Aditama menegaskan pada adik bungsunya itu kalau mulai sekarang dia akan keras menghadapi mereka. Sebagai kakak tertua dan pengganti orangtua mereka yang telah tiada, Aditama akan menghukum mereka kalau mereka bersalah. Bagas tampak takut dan kapok.
"Doni, Papa mau bicara, Kamu mau kan ikut Papa ke ruangan Papa?" ajak Aditama setelah dia keluar dari ruang rawat Bagas. Bagas memang masih di rumah sakit, akibat di pukul Boy tempo hari.
Dena memberi kode agar Doni mau ikut ayahnya. "Cepetan," ucap Dena pelan tapi masih bisa di dengar oleh Doni.
"Iya, Pa," jawab Doni dengan malas.
Doni mengikuti ayahnya pergi, sementara Dena masuk ke ruang rawat Boy. Di dalam juga ada Krystal.
Sesampai di ruang direktur, Aditama duduk di sofa. Dia meminta Doni duduk juga. "Doni, Saga pasti mendekam di penjara dalam waktu lama. Om Kamu Bagas juga tidak bisa di andalkan. Anak Papa hanya satu. Apa yang harus Papa lakukan agar rumah sakit ini tidak tutup karena tidak ada pemimpinnya?" kata Aditama sebagai pengantar.
"Papa masih bisa memimpin rumah sakit. Umur Papa masih muda, masih 50 tahun," jawab Doni.
"Ada hal yang Kamu dan Mamamu tidak tau, Papa akan memberitahu Kamu, asalkan Kamu tetap merahasiakan semua dari Mamamu."
"Apa itu?"
"Papa terkena kanker perut stadium tiga."
"Papa bohong kan?"
"Sudah tiga tahun Papa terkena kanker perut. Papa rutin berobat tanpa sepengetahuan kalian. Bukan nya sembuh, kanker Papa malah semakin parah dan sampai stadium tiga."
Alangkah terkejutnya Doni. Selama ini dia dan Mamanya tidak tau apa-apa tentang ayahnya. "Rumah sakit ini memiliki hampir seribu karyawan. Mereka jadi tulang punggung keluarga. Bayangkan berapa orang yang kehilangan mata pencahariannya setelah rumah sakit ini tutup. Mungkin kalau Papa panjang umur, paling lama cuma 10 tahun. Lalu siapa yang mampu meneruskan kepemimpinan rumah sakit setelah lepas 10 tahun? Kamu mau mereka kehilangan pekerjaan?" Aditama membawa Doni bicara dari hati ke hati.
Doni tidak mampu menjawab perkataan ayahnya. "Doni, Papa mungkin gagal menjadi kakak, suami dan ayah. Tapi Papa tidak ingin jadi penyebab semua karyawan Papa kehilangan mata pencaharian mereka. Ini salah satu alasan Papa kekeh Kamu masuk kedokteran. Negara kita tidak akan jatuh hanya karena satu orang pemuda mereka gagal menjadi penegak hukum. Tapi rumah sakit? Dia memerlukan Kamu," lanjut Aditama lagi.
"Lalu Papa mau Aku melakukan apa? Sebentar lagi Aku semester tujuh," jawab Doni dengan mata yang berkaca-kaca.
"Ini belum terlambat, Doni. Kamu bisa mulai dari awal lagi. Empat tahun kuliah kedokteran dan dua tahun coas. Insyaallah, Papa bisa bertahan enam tahun lagi. Itu pun kalau Tuhan mengizinkan. Kalau Kamu tidak mau memenuhi keinginan Papa, Papa juga tidak bisa memaksa."
"Beri Aku waktu untuk memikirkannya, Pa." Hanya itu yang bisa Doni jawab. Sekarang Doni tidak bisa menjanjikan apapun pada ayahnya.
"Papa akan menantikan kabar baik darimu. Maafkan Papa, Doni. Papa menyesal membuat Kamu dan Mamamu kesepian. Mulai sekarang, Papa akan selalu ada untuk kalian."
Doni tidak menjawab, Dia kemudian berdiri. "Jaga kesehatan Papa demi Kami," kata Doni singkat. Dia pun keluar dari ruangan ayahnya.
Setelah menutup pintu, Doni pun menangis dalam diam. Sebagai laki-laki, dia juga punya impian tapi takdir ingin dia tidak mengejar impiannya. "Boy, Ryan, dulu waktu SMP, Kita bertiga bercita-cita ingin hadir di pengadilan bersama-sama, dengan Boy yang menjadi hakim ketua di tengah, Aku menjadi hakim sisi kanan dan Ryan menjadi hakim sisi kiri. Kita dengan tegas memerangi kejahatan. Impian itu kita bawa hingga Kita kuliah. Apa yang harus Ku katakan pada kalian berdua jika Aku mundur dari cita-cita Kita?" Doni bingung dan bimbang.
"Papamu minta Kamu berhenti kuliah hukum?" tanya Dena yang tiba-tiba datang.
"Kamu sudah lama di situ?" Doni terkejut.
"Belum lama. Tapi Aku dengar semua ucapan Kamu. Apa Papamu minta Kamu berhenti kuliah?" tanya Dena lagi.
"Ini bukan urusan Kamu. Akan Ku atasi masalahku sendiri," jawab Doni dingin. "Aku mau ke ruang rawat Boy." Doni pun beranjak pergi.
"Aku ikut!" kata Dena.
Doni dan Dena masuk ke ruang rawat Boy. Dena yang tadi baru keluar, kini masuk lagi. Ryan dan Jelita ternyata sudah tiba di rumah sakit dan sekarang berada di ruang rawat Boy. Krystal juga masih di sana. Boy masih belum siuman.
"Bagaimana keadaan Boy, Krystal?" tanya Doni.
"Dia baik-baik saja. Setelah efek obat bius hilang, dia akan siuman," jawab Krystal. "Sekretaris Pak Aditama sudah bicara padaku kalau mereka membiarkan Saga di penjara kali ini. Papa mu juga tidak akan memberikan pengacara untuk membela Saga di pengadilan nanti. Saga akan di adili seadil-adilnya," lanjut Krystal lagi.
"Syukur lah," jawab Doni.
"Kamu kenapa lesu gitu, Don?" tanya Ryan.
"Aku gak papa kok," jawab Doni bohong.
"Beneran?" tanya Ryan lagi untuk memastikan.
"Iya, Aku gak papa."
