NovelToon NovelToon
Aku Mengandung Anak Majikanku

Aku Mengandung Anak Majikanku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:21.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Yayuk Handayani

Suatu tragedi buruk menyebabkan Adinda mengandung anak majikannya.

Adinda Zilvanya Kanzu, seorang gadis kampung yang demi memenuhi semua kebutuhan hidupnya dan juga sang ayah, mengharuskan ia harus bekerja di ibu kota. Namun siapa sangka, pekerjaan di kota yang begitu ia dambakan dapat memberikan nasib hidup yang lebih baik, tetapi malah justru mengantarkannya pada suatu malam yang sangat kelam.

Akibat dari malam yang kelam itu, Adinda harus kehilangan kesuciannya akibat dari ketidaksadaran majikannya sendiri, dan menyebabkan ia harus mengandung anak dari majikannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kelahiran Si Kembar

Selamat Membaca

🌹🌹🌹🌹🌹

" Tunggu, mau dibawa kemana putriku, siapa kamu beraninya membawa putriku? ". Kali ini pak Budi lah yang bersuara.

Al pun menghentikan langkahnya, apa tadi putri, jadi dia Ayah Adinda?. Dan Al pun kemudian membalikkan tubuhnya.

" Maafkan saya pak, tapi saya harus membawa Adinda ke rumah sakit, karena saya tidak ingin terjadi hal buruk pada Adinda dan juga anak - anak saya ". Sahut Al.

Deg.....

Mendengar penuturan dari pemuda yang ada di depannya, membuat pak Budi sangat terkejut. Ternyata dialah tuan Al, ayah dari cucu - cucunya.

Begitupun dengan Vita, ia juga tidak kalah terkejutnya dengan pak Budi, ternyata pria yang sudah ia marahi tadi adalah ayah dari anak - anak yang Adinda kandung.

"Akh... Ya Allah, sakit ". Pekik Adinda yang merasa kesakitan.

" Bertahanlah Adinda, kita akan ke rumah sakit ". Sahut Al yang sudah sangat khawatir.

*****

Suara beberapa langkah drap kaki, cukup membuat riuh, di sebuah rumah sakit yang ada di Bandung.

Banyak pasang mata yang menatap kaget pada beberapa orang yang melewati lorong rumah sakit itu, terutama pada seorang pemuda bersama wanita yang di gendongnya.

" Dokter, dokter ". Teriak Al di rumah sakit itu.

Melihat ada yang berteriak - teriak, beberapa suster dan mantri yang melihatnya pun, langsung dengan sigap mengambil brangkar pasien yang membutuhkan pertolongan.

Al pun, langsung meletakkan Adinda di brangkar itu.

" Tenanglah tuan, jangan panik, kami akan segera menolongnya ". Sahut salah satu suster.

" Selamatkan istri dan anak - anakku ". Seru Al, masih dengan rasa khawatirnya.

" Tenanglah tuan, kami akan berusaha memberikan yang terbaik untuk ibu dan juga bayinya " Sahut suster itu lagi.

Apa istri?, apa Adinda tidak salah dengar?, meski di sela - sela rasa sakitnya, Adinda masih bisa mendengar dengan jelas akan yang di ucapkan oleh tuan Al nya.

Sangat terdengar dengan jelas di telinganya jika tuan Al nya, menyebutnya sebagai istri. Meski dalam kondisi dengan rasa sakit yang teramat sangat, tidak bisa di pungkiri jika Adinda merasa senang dengan pengakuan tuannya.

Namun sesaat kemudian dirinya tersadar, ia tidak boleh seperti ini, karena tuan Al nya adalah suami dari kakak sepupunya sendiri.

Kini Adinda sudah hampir memasuki ruang persalinan. Begitupun dengan Al, ia tetap setia ingin mendampingi Adinda.

" Tu, tunggu ". Seru Adinda sebelum dirinya benar - benar memasuki ruangan itu.

" Ada apa Adinda? ". Tanya Al yang semakin cemas.

" Tu, tuan, se, sebaiknya, anda, menunggu, di luar sajah ". Seru Adinda dengan menahan sakitnya.

" Tidak, aku tidak akan meninggalkanmu, aku ingin mendampingimu berjuang melahirkan anak - anak kita ". Tolak Al dengan memberi pengertian.

" Ti, tidak tuan, saya, tidak apah - apah di dalam sendirih ". Sahut Adinda dengan nafasnya yang masih terengah - engah.

" Tidak, aku katakan tidak ya tidak, suster ayo bawa istriku ke dalam ". Tolak Al telak.

Adinda pun sudah pasrah, percuma saja dirinya memohon, karena tuan Al nya tidak akan mau menuruti.

Setelah Adinda masuk ke ruang persalinan itu, kini pak Budi, Vita, dan juga Andrew hanya bisa menunggu di luar ruangan itu.

Pak Budi dan Vita saat ini benar - benar merasa harap - harap cemas. Sedangkan Andrew hanya diam sedang memikirkan sesuatu.

" Benar aku tadi tidak salah mendengar, tuan Al memanggil Adinda dengan sebutan istri ku ". Batin Andrew tersenyum.

Kini di dalam ruangan persalinan seorang dokter sedang memulai tugasnya dengan di bantu oleh dua orang suster yang juga mendampingi nya.

" Permisi ya ibu, saya ingin memastikan anda sudah memasuki pembukaan ke berapa ". Seru dokter wanita itu sopan.

" Akh... astagfirullah sakit ". Seru Adinda yang sudah benar - benar tidak mampu lagi menahan sakitnya.

Melihat Adinda yang terus meringis dan merasa kesakitan, membuat Al sangat tidak tega melihatnya.

Dengan spontan Al langsung meraih tangan mungil Adinda, dan menggenggam nya dengar erat. Seolah ingin memberikan kekuatan pada wanita yang akan berjuang melahirkan anak - anaknya.

" Adinda, bertahanlah, pasti kamu bisa melewati semua ini ". Seru Al dengan tatapan tak teganya.

" Astagfirullah sakit ". Seru Adinda. Entah ini sudah seruan yang keberapa kalinya.

Dokter wanita itupun langsung menyingkap gamis panjang Adinda, hingga terpampang lah kedua paha Adinda, bahkan termasuk bagian itunya pun juga terlihat.

Dalam hati sebenarnya Adinda merasa sangat malu, apalagi saat ini ada tuan Al nya yang mendampinginya. Namun harus bagaimana lagi, rasa sakit yang menderanya membuat Adinda tidak bisa menyembunyikan nya.

Al bisa melihat dengan jelas, terdapat banyak cucuran darah yang sudah menempel di bawah sana.

" Sebentar ibu, jangan mengejan dulu, di tahan dulu ya ibu, ini sudah pembukaan ke sembilan, kita tunggu satu pembukaan lagi ". Seru dokter memerintah.

" Sakit ". Seru Adinda kini sudah dengan meneteskan air matanya.

Al semakin tak tega melihat kondisi Adinda.

" Dokter, ini bagaimana, apa dokter tidak lihat istriku sangat kesakitan ". Ujar Al yang sudah merasa kesal.

" Bapak, harap tenang dulu, hal seperti ini memang normal terjadi pada wanita yang akan melahirkan, kita harus menunggu sampai pembukaan ke sepuluh bapak, setelah pembukaan sempurna baru ibu bisa mengejan ". Sahut dokter wanita itu.

Dokter wanita itu pun memeriksanya kembali, setelah sekitar hampir sepuluh menit lamanya, akhirnya.....

" Sempurna... ayo ibu ikuti aba - aba dari saya ".

" Tarik nafas.... lalu dorong ". Perintah sang dokter.

Kemudian Adinda menarik nafasnya dan.....

Eeergh.....

Adinda pun mendorongnya dengan kuat.

" Bagus, ulangi lagi ibu, tarik nafas lalu dorong ". Perintah sang dokter lagi.

Eeergh..... Adinda terus mengejan dengan kuat.

" Ayo ibu, terus semangat dorong yang kuat lagi ". Ujar dokter yang sedari tadi memberi bimbingan.

Al terus menggenggam kuat tangan Adinda, sungguh keadaan ini sangatlah menegangkan. Rasa cemas, takut, khawatir, dan tak tega pun bercampur menjadi satu.

" Adinda, yang kuat, pasti kamu bisa melahirkan anak - anak kita ". Seru Al dengan menyemangati Adinda.

Eeergh..... Adinda terus mengejan.

Melihat kepala bayi yang terlihat begitu sulit untuk keluar, membuat sang dokter harus mengambil langkah lain.

" Ambilkan gunting ". Seru sang dokter pada susternya.

" Gunting?, untuk apa? ". Tanya Al yang merasa heran.

" Maaf bapak, kepala bayi nya masih sulit untuk dikeluarkan, saluran untuk jalan keluarnya bayi masih belum cukup, jadi saya harus menggunting nya, agar lebih bisa terbuka, dan mohon maaf sebelumnya bapak, kalau di lihat dari kondisi fisik ibu, sepertinya tubuh ibu belum terlalu siap untuk melahirkan, apalagi bayi yang dilahirkan nya ini kembar, ini bisa berisiko pada keselamatan ibu, dan sepertinya ibu ini masih sangat muda untuk bisa melahirkan bapak ". Sahut dokter wanita itu panjang lebar.

Deg..... Al merasa sedikit terhantam di dadanya. Ya, ini semua terjadi memang karena perbuatannya. Bagaimana tidak, di usia Adinda yang baru menginjak delapan belas tahun, sudah ia hamili. Dan sekarang di usianya yang masih belum genap sembilas tahun, Adinda sudah harus melahirkan.

Rasa bersalah kini semakin menyeruak di dada Al. Seorang gadis yang seharusnya bisa menikmati masa mudanya harus bernasib seperti ini karena perbuatannya.

" Maafkan aku ". Gumam Al lirih, namun masih bisa di dengar oleh Adinda.

Dengan tanpa disangka - sangka, Al pun langsung mencium kening Adinda.... hingga...

klek... terdengar seperti suara guntingan. Al yang mendengar itupun, merasa sangat ngilu.

" Ayo ibu, semangat ya, tarik nafas lalu dorong ". Perintah dokter itu lagi.

Eeergh......

" Bagus ibu, ayo tarik nafas lagi dan dorong ". Perintah dokter lagi.

Eeergh..... eeergh.....

Oekk..... oekk..... oekk.....

Terdengar suara bayi yang begitu menggema di ruangan bersalin itu.

" Selamat ibu, bapak, bayi pertama anda laki - laki ". Seru dokter itu bahagia.

Al sangat bahagia melihat dan mendengar kelahiran anaknya.

" Terima kasih ". Ucap Al, dengan mencium kening Adinda lagi.

Hingga berlangsung sekitar lebih dari lima menit lamanya, bayi kedua pun sudah tidak sabar ingin keluar juga. Dan...

Eeergh..... Adinda kini kembali mengejan dengan kuat.

" Ya bagus ibu, tarik nafas lagi dan dorong ". Ucap sang dokter.

Eeergh..... eeergh.....

Oekk..... oekk..... oekk.....

Dan akhirnya bayi kedua pun telah lahir. Rasa haru dan bahagia begitu menyelimuti hati sepasang orang tua, yang masih belum terikat hubungan pernikahan itu.

" Selamat, ibu, bapak, bayi kedua anda juga laki - laki ". Seru dokter wanita itu dengan ikut tersenyum bahagia.

Al melihat kedua bayi mungil itu yang sedang di bersihkan oleh suster - suster nya. Hingga tatapannya kini beralih pada ibu dari anak - anaknya.

" Terima kasih, karena kamu sudah mau menjaga mereka berdua untukku, terima kasih atas kebahagiaan yang sudah kamu berikan untukku Adinda ". Seru Al dengan menatap lekat - lekat wajah Adinda yang masih terlihat sangat pucat dan berkeringat itu.

Dan Al pun kembali mencium kening Adinda. Adinda hanya tersenyum, melihat wajah tuannya itu, ia masih belum bisa menjawab ucapan tuannya, karena tubuhnya yang masih terlalu lelah.

*****

Setelah kedua bayi mungil itu di bersihkan, kedua suster itupun meletakkannya di sebuah box khusus bayi untuk di berikan pada kedua orang tuanya.

" Selamat, ibu dan bapak, kedua bayi anda sangat tampan dan menggemaskan, wajah mereka mirip seperti bayi bule ". Ujar suster wanita itu.

" Terima kasih Sus ". Sahut Al.

Al memperhatikan kedua bayi mungilnya. Rasa bahagia dan sedih hadir secara bersamaan. Ya, Al bahagia karena dirinya sudah dipertemukan dengan Adinda dan juga ikut hadir dalam menyambut kedua buah hatinya.

Namun dirinya juga sedih, karena semasa Adinda mengandung anak - anaknya, yang dimana kehadirannya sangatlah dibutuhkan, Al tidak ada di saat - saat seperti itu.

Belum lagi dengan kedua buah hatinya, Al sama sekali tidak tahu bagaimana tumbuh kembang kedua buah hatinya sewaktu masih di dalam kandungan. Apakah kebutuhan akan nutrisinya sudah terpenuhi?, apakah sewaktu Adinda menginginkan sesuatu sudah Adinda dapatkan?, Al sama sekali tidak tahu akan hal itu. Bahkan blackcard yang pernah Al berikan pun, belum pernah Adinda gunakan.

" Kalian benar - benar mirip daddy ". Gumam Al dengan tersenyum.

" Tu, tuan, boleh saya menggendong mereka? ". Tanya Adinda dengan suara lirih nya.

" Oh, tentu ". Sahut Al.

Al pun menggendong salah satu dari bayi mungilnya, dan memberikannya pada Adinda. Sedangkan bayi mungil yang satunya lagi ia sendiri yang menggendongnya.

" Assalamu'alaikum anak - anak mama, selamat datang ke dunia ini sayang ". Seru Adinda penuh dengan rasa haru.

" Waalaikum calam mommy, makacih ya, cudah melahirkan kita ke dunia ini ". Bukan kedua bayi mungil itu yang menjawab, tetapi malah daddy dari sang bayi lah yang menjawabnya dengan mengikuti suara cadel anak kecil.

Adinda hanya tersenyum mendengar jawaban dari tuannya, ternyata tuannya ini bisa juga melucu.

" Mereka mirip sekali ya dengan ku ". Seru Al.

Adinda pun, memperhatikan dengan lekat - lekat kedua wajah putranya. Ternyata memang benar, kedua putranya memang lah mirip dengan tuan Al nya.

" Iya benar, mereka sangat mirip dengan anda tuan, lalu saya dapat apanya tuan, kenapa wajah mereka sangat berbeda dengan saya? ". Ujar Adinda dengan begitu polosnya.

Ha.. ha.. ha.. ha..

Al tertawa dengan begitu riangnya di ruangan persalinan itu. hingga.....

Ceklek..... terdengar seperti ada suara pintu yang di buka. Dan ternyata memang benar, yang datang itu adalah pak Budi, Vita, dan juga Andrew.

Bersambung..........

Untuk bab ini, author sebenarnya bingung, ya maklum lah, author kan masih belum berpengalaman. 🙏❤❤❤❤❤.

🌹🌹🌹🌹🌹

1
Tri Andy
ceritanya bagus 👍
Dedeh Rokayah
Lumayan
Dedeh Rokayah
Biasa
Sella Anggrainy
Luar biasa
Nafisa Aprilia
Lumayan
Nafisa Aprilia
Biasa
Shuhairi Nafsir
Goblok banget Al. kenapa nga bikini medical check out. Sama sintia
Normila Aspul Anwar
ayo Al, mata2 ai kegiatan sintia
Normila Aspul Anwar
thor buat adinda jdi kuat,,jgn lemah begitu...
Normila Aspul Anwar
peran adinda terlalu lemah min,,,jdi kasian
Normila Aspul Anwar
cari tau lagi Al,,jgn jadi bodoh
Hariaini Har
Lumayan
Wardani Lestari
Luar biasa
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
lah masa dengan mengancam baru bisa mengalahkan David.😏 David aja hanya menyuruh AL ke rumah sakit karena Diandra langsung mau 😌


yg bener" CEO disini adalah David ..dya bisa bermain dengan mengalahkan siapun dengan caranya gak pake ancaman segala. lah yg dikatakan CEO hebat malah sebaliknya ..L E M B E K.

apalagi Al..mending ganti aja pemeran utamanya kalau perlu karakternya. gak cocok.
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
gak bisa diganti lah, kalaupun iya rasanya gak akan sama karena yg kedua itu acara rasa bersalah.


setelah kejadian ketololannya gw gak ada rasa suka dan simpati lagi sama AL..bukan lagi idola gw.

apapun yg dya lakukan baginya dya adalah pria plin plan yg digambarkan. cinta tulus gak ada hanya ucapan saja dan itu terselip kesalahan masa lalunya. dan gw udah gak mood untuk bacanya jadi gw skip aja😪

yg cwnya juga lembek..gak ada tegas"nya . yg satu labil yg satu lembek.
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
idiiiii anak udah mau tiga tahun baru berasa kenyataan?

trus mimpinya dan setelah tau adinda lah yg memperkosanya. bukan kenyataan?

masa hanya vidio dya baru bilang mengetahui kenyataanya. dan lagi apa hubungannya vidio dengan bisa mbuat Al sadar tdk menyakiti istrinya lagi..emng rasa bersalah dan segala maafnya yg mungkin ribuan itu tdk bisa membuatnya gak menyakiti istrinya lagi?

helelehhhh bisa tapi dipaksa gak bisa

kalau cinta ,maka dya akan sadar bahwa dya punya istri. kalau rasa bersalah maka dya sadar bahwa istrinya gak lebih penting dari wanita masa lalu yg dicintainya.
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
elleeeeh gak guna...hanya Karan vidio malah mau pulang. emng gak ada cinta di hati Al buat adinda dari vido dan sadarnya dia adalah bukti kalau dya hanya merasa bersalah pada pada adinda dengan sebagai penebusnya dengan menikahinya.


masa gergara vidio baru mau tegas...astagaaa..
knp CEOnya disini yg katanya di gini ,tegas ,berpendirian sama sekali gak ada pd diri Al.😪
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
apapun alasannya..tetap gak dibenarkan. karena Lo lebih peduli wanita lain ketimbang istri Lo.

bener" dah salah karma. adinda yg gakelakukan apa" malah dikasih karma seperti balasan dari Sintia saat itu dimana Al meninggalkannya.

emng othornya ini gak ada logikanya...masa adinda yang harusembayar perbuatan Al
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
bisa GK Thor..cari alasan yg masuk akal dikit aja. jangan berbelit kalau ujung"nya gak nyambung.


Lo kan sendiri menciptakan karakter Al sebagai orang sangat penting. Lo sendiri yg ceritain gmn Al memanjakan istri dan anak"nya...dengan diajak jalan" keluar rumah. gak mungkin seorang Al kalau sdh diluar rumah gak lepas darinpasang mata bawa anak lagi. mereka punya.mata yg.melihat kecuali orang "buta".

ya kalliiii gak ada yg ngeh itu anaknya apa kagak, secara mereka mirip ..kan Lo sendiri yg nulis.
masa gergara pernikahan belum sah ..ultah anaknya gak dirayain...

ya kaliiiii undang keluarga aja dirumah buat pesta gak bisa....haduewwww🤦
gerakan tambahan🤸🍋🌶️🥒🥕
emng perlu lah pernikahan dirayakan setiap tahun namanya juga anniversary...bodoh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!