Season 2 sudah tayang ya🥰
"Karena rezki telah tertakar dan jodoh tidak akan tertukar."
Sebuah pembuktian seorang gadis bernama Raras kepada seorang lelaki yang bernama Simon Anderson yang telah dijodohkan oleh Mirna ibu mempelai pria bahwa putra satu-satunya itu bukanlah pria Impoten seperti rumor yang beredar.
Raras adalah pribadi yang supel mudah bergaul dengan siapapun dan dimanapun, dia juga punya dua teman gesrek yang tergabung dalam geng Trio Cendol Dawet yang selalu bisa membuat semua orang tertawa dengan semua tingkah konyol dan absurd juga kocak mereka.
Shanum dan Mala juga mempunyai kisah pahit dan manis bersama dengan pasangan mereka masing-masing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iska w, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Kencan sebelum menikah.
...HAPPY READING...
💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘💘
..." Ketika tiba di sebuah persimpangan dan harus memilih jalan yang dilalui. Terkadang, rasanya seperti berjalan di atas treadmill, berlarian di tempat yang sama."...
Kedatangan Simon dirumah Raras hanya menambah kesedihan gadis cantik bertubuh seksi bak gitar Spanyol itu.
Makin sesak rasanya hati Raras untuk menerima semua ini, tapi apalah daya, orang tuanya sendiripun sudah menyetujui pernikahan ini, entah apa yang dibicarakan Mirna ditelpon kemarin, sampai - sampai Melati pun ingin cepat - cepat menikahkannya.
" Udahlah Ra nangisnya, kayak anak kecil deh!"
Ucap Simon yang sedari tadi bosan melihat Raras menangis.
" Kamu yang bikin aku kayak gini, kamu juga yang nyalahin aku!"
Umpat Raras sambil sesenggukan.
Simon tidak menjawab umpatan Raras, dia malah mengajak berbicara Shanum dan Mala yang masih terbengong sedari tadi melihat drama dadakan.
" Kalian sudah dapat baju yang pas belom?"
Tanya Simon memasang tampang datarnya.
" Eemm.. eh.. udah, kami sudah dapat ini, yaa kan La?"
Ucap Shanum tersadar sambil menyenggol Mala yang masih melamun entah kemana.
" Kalau begitu, bisa saya pinjam Raras dulu?"
Tanya Simon santai.
" Kamu kira ini Bank apa? bisa simpan pinjam!"
Sahut Raras kesal.
" Mending di Bank ada bunganya, lha ini? nangis muluk kayak bunga Bankee!"
Ucap Simon ketus.
" Apa..! kamu bilang aku apa?"
Raras yang emosi langsung berkacak pinggang dan mendekat ke arah Simon dengan mata melotot.
Greepp..
Simon seketika langsung mengendong Raras ala bridal style sambil tersenyum licik tanpa memperdulikan dua sahabatnya yang kembali melongo hella - hello melihat aksi Simon yang seperti diluar nalar.
" Inikah wajah asli Big bos kita La?"
Bisik Shanum.
" Dia punya kembaran kagak ya Num?"
Ucap Mala ngelantur.
" Emang kenapa?"
Tanya Shanum heran.
" Mau gue pelet biar termehek - mehek ama gue, dia pasti lebih keren lagi kalau beraksi!"
Mala sudah membayangkan wajah kembaran Simon yang mustahil itu.
" Gila Loe.. mau kau tarok mana cowok Loe itu!"
Ucap Shanum menoyor kepala Mala yang sedikit oleng itu.
" Kami tinggal ya, kami mau keluar, jangan tungguin kami pulang, entah kami pulang apa tidak!"
Ucap Simon memperpanas suasana.
" Aaarrgghhh.. mau kamu bawa kemana aku?"
Ucap Raras memberontak.
" Ke penghulu!"
Senyum Simon kembali terbit dengan indahnya sambil melangkah keluar tanpa menunggu jawaban Shanum dan Mala.
" Num.. kita pulang yuk!"
Ucap Mala bergegas.
" Masih jam segini La, awal lagi ini mah? kita ngafe dulu yuk?"
Ucap Shanum ketika melihat jarum jam ditangannya.
" Aku mau pulang aja!"
Ucap Mala buru - buru mengemas kebaya yang dia pilih.
" Ngapain?"
Tanya Shanum heran, biasanya Mala paling rajin kalau diajak ke kafe.
" Mau minta gendong ama bebeb kek Raras, kayaknya seruh deh! kamu pulang naik taksi ya Num, aku mau langsung pulang."
Ucap Mala bergegas pergi.
" Heeeiii... dasar Bule pe... aaaaaa! kurang kerjaan amat kamu ya? wooooiiii... !"
Shanum murka melihat gelagat gila Mala yang memang mempunyai wajah blasteran itu.
Sedangkan saat Raras diturunkan dikursi mobil depan oleh Simon, dia sudah pasrah saja, tenggorokannya sudah kering dia rasa, kebanyakan nangis, kebanyakan teriak, jadi dia memilih diam saja sambil melihat arah depan seperti patung.
" Ra... pake sabuk pengamannya, bunyi terus nih!"
Ucap Simon menoleh ke arah Raras.
" Bodo amat!"
Ucap Raras jutek.
" Wuuuaahh.. ada Cicak gede amat diatasmu!"
Ucap Simon melihat kearah atas kepala Raras.
" Masak? mana?"
Raras mendongakkan wajahnya keatas.
Ceklik..
Simon menarik dan mengancingkan sabuk pengaman Raras sambil menaikkan satu sudut bibirnya.
" Dasar Bocah!"
umpat Simon sambil tertawa geli.
" Dasar tuti..!"
balas Raras.
" Siapa tuti?"
Tanya Simon tertawa.
" Tukang tipuuu!"
Ucap Raras memejamkan kedua matanya malas melihat Simon yang sepertinya bahagia sekali mengerjainya sedari tadi.
Setelah kurang lebih lima belas menit perjalanan, Simon berhenti diparkiran sebuah Mall terbesar di kota itu.
" Ayok turun!"
Ajak Simon membukakan pintu buat Raras.
" Aku malas!"
Jawab Raras acuh.
" Kamu punya dua pilihan, jalan sendiri dengan nyaman, atau aku gendong sambil mempermalukan?"
Ancam Simon dan berhasil membuat Raras langsung beranjak pergi dari mobil Simon.
" Kita mau ngapain sih? ngapain ngajak aku ke Mall? dirumahku aja tadi kamu lihatkan? baju - baju menumpuk kayak di Mall?"
Ucap Raras sambil berdecak malas, sepanjang perjalanan wajahnya ditekuk terus, udah seperti jemuran yang kusut yang ketumpuk berbulan - bulan di kranjang.
" Mau ambil sesuatu!"
jawab Simon singkat.
" Apa ---"
" Hai Raras!"
Terdengar suara sesosok lelaki yang datang berjalan mendekati dirinya.
Panjiii..? Gilee.. makin tampan aja tuh mantan! bodynya tambah kekar lagi beeeuuhhhh...!
Mata Raras langsung berubah berbinar, seperti pepohonan yang layu kemudian tersiram air seempang.
Raras menegakkan tubuhnya, kemudian memasang senyum terindahnya dan mengeluarkan jurus termaut yang dia punya, dikibaskannya rambut indah Raras yang menjuntai, bahkan tepat didepan wajah Simon yang daritadi mengamati sosok pria yang selalu tersenyum ke arah calon istrinya itu.
" Haiii.. kamu Panji kan?"
Ucap Raras tersenyum.
" Iya Ra.. kamu apa kabar?"
Panji mengulurkan tangannya untuk bersalaman.
" Aah.. aku baik, lama nggak ketemu, sedikit pangling tadi, hehe.."
Raras tersenyum kik kuk sambil membalas uluran tangan Panji.
Aura Simon mulai berubah, hawa disekelilingnya mendadak menjadi mendung, awan yang cerah berganti menjadi awan hitam yang menggumpal, bahkan seperti muncul kilatan - kilatan petir yang menyambar.
Satu detik..
Dua detik..
Tiga detik..
Jabatan tangan mereka belum juga terlepas, bahkan mereka sepertinya menikmati dan saling mengenang kenangan yang sudah terkubur dalam hati.
" Sayang.. mamah sudah nunggu kita sedari tadi lho."
Ucap Simon langsung merangkul leher Raras, bahkan sedikit menekankan pergelangan tangannya karena kesal.
Seketika Panji langsung melepas jabatan tangannya dengan perasaan hambar.
Haaaiiss.. sial ini Simonyong, ngerusak suasana aja! nggak tau apa, kita lagi reuni mantan.
Raras memandang Simon dengan jengah.
" Aaah.. kalau gitu, aku pamit dulu Ra, nomormu masih sama yang dulu kan?"
Ucap Panji memastikan.
" Tidak.. nomornya udah ganti sekarang, kalau mau hubungi dia, ke nomor ini saja!"
Simon memberikan kartu namanya kepada Panji.
Panji menerima kartu nama itu dengan ragu - ragu.
...SIMON ANDERSON...
...Chief Executive Officer (CEO)...
...ANDERSON GROUP...
Siaaaallll.. dia pemilik perusahaan raksasa itu, bahkan perusahaanku sedang mengajukan proposal untuk dapat bekerja sama dengan perusahaannya, untuk menaikkan nama baik perusahaanku.
Wajah Panji langsung mengkerut, nyalinya langsung lembek seperti kerupuk terkena air panas.
Wasalam.. daripada makin berabe, mundur cepat, bukan mundur alon - alon lagi.
" Baik.. terima kasih pak, silahkan menikmati kencan kalian, saya pamit dulu, permisih.."
Ucap Panji sedikit membungkukkan badannya dan berlalu pergi.
Raras hanya bisa melongo sedari tadi melihat perubahan sikap Panji, dari yang pertama seperti cuek dan enjoy saja, tapi setelah menerima kartu nama Simon menjadi berubah drastis bahkan menjadi lebih hormat, seperti anak yang ketahuan berbohong pada bapaknya.
" Ayo jalan..!"
Ucap Simon melepas rangkulan ditubuh Raras dengan senyum kemenangan.
Baru liat kartu namaku aja udah klepek - klepek, udah kayak ikan kehabisan air saja.
Simon berjalan mendahului Raras dengan senyum sombongnya.
" Mau kemana sih, buru - buru amat!"
Ucap Raras sedikit berlari untuk mengejar langkah panjang Simon.
" KENCAAANN..! seperti yang temanmu katakan tadi!"
Ucap Simon menekankan suaranya.
" Ciiihh.. nggak ada asyik - asyiknya kencan denganmu!"
Umpat Raras kesal.
Langkah kaki Simon berhenti disalah satu toko perhiasan Berlian terbesar di Mall itu.
" Mbak Cincin yang saya pesan sudah jadi kan?"
Ucap Simon.
" Bapak Simon ya?"
Tanya pelayan toko itu berbinar melihat wajah tampan asli Simon.
" Hemm."
Jawab Simon datar.
" Sudah pak, kami sudah menyiapkan tiga ukuran untuk cincin yang bapak pesan."
Ucap Pelayan itu ramah dengan senyum yang tidak pernah surut diwajahnya sambil menunjukkan cincin indah itu.
" Coba kamu pakai!"
ucap Simon kepada Raras.
Raras hanya terbengong tanpa menjawab ucapan Simon, dia masih belum percaya melihat keindahan cincin yang menurutnya sangat emejing itu.
Seumur - umur dia belum pernah memakai cincin seindah dan semewah itu, bahkan bermimpi saja dia tidak berani.
" Malah bengong, sini tanganmu!"
Simon meraih jari tangan Raras dan mencoba mana yang pas buat jari manis Raras.
" Okeey.. aku ambil semuanya, dan ingat jangan pernah membuat cincin yang sama persis seperti itu! kalau kalian sampai membuatnya, aku hancurkan toko kalian!"
Ancam Simon dengan suara baritonnya.
" Baik pak."
Pelayan tadi menunduk terkejut.
" Dan ini buat kalian!"
Simon melempar tiga gepok uang bergambar bapak - bapak yang tersenyum berwarna merah.
" Terima kasih pak."
Mereka tersenyum sumringah melihat uang bonus didepan matanya.
Simon menarik tangan Raras keluar dari toko itu, karena dia masih saja terkejut dengan perlakuan Simon.
The Real Holang Kaya.
" Trus yang dua cincin ini buat siapa?"
Tanya Raras heran.
" Simpan saja, jangan berani - beraninya kamu menjual cincin itu, kalau sampai terjadi, ginjalmu aku buat sebagai ganti ruginya!"
Ucap Simon tersenyum jahat.
" Wuaaahh.. ngeri amat, tapi kan sayang, mubazir kalau nggak dipake."
Ucap Raras mengamati paperbag yang dia bawa.
" Kamu bisa memberikannya untuk anak - anak kita nanti."
Ucap Simon santai.
Blousssingg...
Tiba - tiba pipi Raras memerah, saat mendengar kata anak, namun akhirnya dia kembali mengingat sesuatu.
" Ciiihh.. kayak kamu bisa bikin anak saja."
Ucap Raras lirih.
" Kamu ngomong apa?"
Ucap Simon menoleh kurang jelas.
Ngomong... Othor mau cincinnya juga bang Mon 🤣🤣
Maaf ya, Othor baru update, kemarin sibuk buat ketupat.
SELAMAT HARI RAYA IDUL FTRI 1442 H yaa..