Nyaris diperkosa oleh teman suaminya, membuat Syma mengalami trauma yang mendalam. Sang suami sendiri, bukannya merangkul sang istri. malah menuduhnya melakukan perselingkuhan dan dengan kejamnya merampas hak asuh anaknya. Memisahkan sang anak dari ibunya.
hal itulah yang menyebabkan Syma terpaksa menjadi simpanan pria kaya yang memiliki kekuasaan tinggi agar bisa mengambil kembali hak asuh atas anaknya.
"Tidak ada yang menyayangi anakku, melebihi aku sendiri !
aku mungkin bisa kehilangan suami, tapi tidak dengan anakku. Akan kuperjuangkan sampai mati."
"Jadilah simpananku, maka aku akan membuatmu mendapatkan kembali hak asuh anakmu."
Tentu saja Syma menerimanya meski ada rasa berat dihatinya. Namun demi anaknya, dia rela menerima tawaran itu.
Dari tawaran itu juga Syma meminta agar Ersad menikahinya sah secara agama.
Ersad menyetujui keinginan Syma.
Kehidupan rumah tangga mereka awalnya harmonis. Ersad juga mulai terbuka dengan istri barunya itu. Dan perlahan... rasa itu mulai tumbuh.
Semuanya berubah ketika istri pertama Ersad meninggal. Syma harus menghadapi kebencian suaminya karena tuduhan atas pembunuhan istri pertamanya yang bernama Erika.
Lalu bagaimana cara Syma mengembalikan cinta suaminya? akankah kebenarannya terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aff18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TMS EPS 25 : KEJADIAN TAK TERDUGA
"Kak Erika ingin bicara berdua saja dengan Syma," ucap Nora nampak dingin. Bahkan dia enggan menatap kearah Syma.
Ersad menggenggam erat tangan Syma sebelum melepasnya. Membiarkan wanita itu berbicara dengan Erika dari hati kehati. Sebagai mana sesama wanita. Syma mengangguk pelan dengan senyuman tipis diwajahnya. Kemudian masuk kedalam ruangan rawat Erika.
"Assalamu'alaikum,"
Erika menoleh kesumber suara. Tangannya memberikan sebuah gerakan agar Syma mendekat kearahnya.
"Wa'alaikumsalam. Jadi kau yang bernama Syma?" tanya Erika begitu lembut.
"Benar,"
Erika menatap wajah yang pernah berbicara lembut padanya ketika dia sedang koma. Saat itu mungkin matanya terpejam. Tapi dia bisa mendengar setiap ucapan yang ada disekelilingnya.
"Aku hanya ingin mengatakan padamu, jangan pernah tinggalkan Mas Ersad."
Sontak hal itu membuat Syma bingung.
"Kenapa? bukankah Anda sudah membaik. Hubungan diantara kami hanyalah sebatas perjanjian. Jangan membuatku merasa telah menjadi perusak rumah tanggamu," ucap Syma menyela ucapannya.
"Mas Ersad membutuhkanmu, Syma. Karena aku akan... "
"Erika kau kenapa?" tanya Syma yang panik melihat Erika kesulitan bernafas. Dia nampak kesakitan menahan sesak didadanya. Syma bingung harus berbuat apa.
Terdengar suara alarm tanda bahaya yang membuat Ersad dan Nora tiba-tiba membuka pintu dan melihat Erika tengah kesakitan, sampai akhirnya menutup matanya.
Syma yang masih bingung dengan apa yang terjadi hanya membeku ditempatnya.
"KAKAK......
APA YANG KAU LAKUKAN PADA KAKAK KU!!" teriak Nora mendekati Erika namun tatapan tajamnya tertuju pada Syma.
"Syma apa yang terjadi?" Tanya Ersad yang juga tidak kalah panik.
Beberapa awak medis pun berdatangan. Dan langsung memeriksa keadaan Erika.
"Mohon maaf kalian harus menunggu diluar terlebih dulu," ucap salah satu Dokter yang menanganinya.
Mereka akhirnya keluar dengan perasaan kacau. Sementara Syma masih begitu kebingungan.
Nora mendekatinya dengan amarah yang sudah berada di ubun-ubun.
"KATAKAN PADAKU APA YANG KAU LAKUKAN PADA KAK ERIKA! JAWAB... " Nora mencengkram kedua bahu Syma dan mengguncang nya kuat.
Ersad segera datang untuk melerai mereka.
"HENTIKAN NORA, JAGA SIKAPMU. INI RUMAH SAKIT!" Ersad membentak Nora dengan keras.
"Kenapa Kakak membelanya? Jelas-jelas Kak Erika tadi baik-baik saja. Lalu setelah dia datang, semuanya jadi begini. Pasti dia telah melakukan sesuatu. Dasar wanita iblis... " Maki Nora menatapnya penuh kebencian.
"Aku tidak tahu... Aku benar-benar tidak tahu apa-apa.
Aku sendiri bingung kenapa Erika bisa seperti itu," ucap Syma mulai membuka suaranya. Kecemasan masih terlihat jelas di wajahnya.
Belum sempat Ersad menanggapinya, tiba-tiba Dokter telah keluar dari sana. Mereka pun segera mendekat untuk menanti penjelasan sang dokter.
"Bagaimana keadaan istriku, Dok?"
"Maaf Tuan. Kami telah berusaha sebisa mungkin. Tapi nyonya Erika tidak bisa lagi kami selamatkan." Dokter itu menunduk menyesal.
"Bagaimana bisa? Semalam dia baik-baik saja ! Aku selalu menemaninya, bahkan tidak beranjak sedikitpun. Pasti ada sesuatu yang salah," Nora nyaris mengerang ketika mengatakannya.
"Maafkan atas kelalaian kami Nyonya, tapi sepertinya ada seseorang yang sengaja mengubah pengaturan Ventilator nya sehingga Nyonya Erika kesulitan bernafas."
Mereka semua pun terkejut mendengarnya. Mata Nora langsung tertuju pada Syma. Wanita itu langsung mendorong Syma sampai terhuyung kebelakang.
"WANITA SIALAN... APA YANG KAU LAKUKAN PADA KAKAKKU? APA SALAHNYA PADAMU? KENAPA KAU MEMBUNUHNYA?" Teriak Nora begitu histeris. Dia tidak bisa menerima kematian Erika begitu saja.
Ersad sendiri terdiam ditempatnya. Bingung apa yang harus dia lakukan sekarang.
"Apa yang telah kau lakukan, Syma? Jawab dengan jujur," ujar Ersad begitu pelan. Namun siapapun bisa melihat dengan jelas amarah bercampur kecewa dimatanya.
"Percayalah padaku, Mas. Aku tidak melakukan apapun. Demi Allah, aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi... " lirih Syma mencoba menjelaskan. Syma nampak ketakutan, dan ketakutannya itulah yang membuat Nora semakin gencar menekannya agar mengaku.
"Pembohong ! Bisa-bisanya kau masih ingin mengelak. Padahal sudah jelas semua bukti tertuju padamu. Kau iblis betina yang bersembunyi dibalik jilbabmu.
Lebih baik kau lepas saja jilbabmu itu. Apa kau tidak malu sedikit saja, Hah! Sudah merebut suami orang, kau malah membunuhnya. Padahal Kakak ku itu sudah mau menerimamu. Tapi apa yang kau lakukan? Kau malah membunuhnya... Kau jahat, kau wanita munafik!" Maki Nora yang tidak ada puasnya.
Syma tidak memperdulikan hal itu. Yang membuat hatinya sakit saat ini adalah, ketika melihat bahwa suaminya juga meragukannya. Ersad juga merasa bahwa Syma lah pelakunya.
"Bagaimana bisa kau mengatakan tidak tahu apapun, sementara didalam tadi hanya ada kalian berdua. Dan Erika sebelumnya baik-baik saja.
Kenapa kau melakukan ini Syma... Aku pikir kau berbeda...
Aku pikir kau wanita baik-baik. Tapi kenapa kau membunuhnya... Padahal kau tahu aku sangat mencintainya," Ersad menatapnya penuh kecewa.
Sesekali pria itu menarik kasar rambutnya. Tatapannya nampak kosong.
"Kau tidak percaya padaku, Mas? Katakan padaku atas dasar apa aku membunuhnya? Apa alasanku membunuhnya, Mas!" ucap Syma yang mulai kesal, atas semua tuduhan itu.
"Tentu saja karena kau ingin memilikiku seutuhnya. Kau begitu serakah. Kesalahan terbesarku, pernah mengenalmu. Bahkan dengan bodohnya aku menjadikanmu simpananku.
Dan sekarang aku menyesal. Aku menyesal atas kebodohan yang telah aku lakukan. Kau telah menghancurkan semuanya, Syma. Kau telah merusak kebahagiaanku."
Syma terdiam. Air matanya mengalir begitu saja. Begitu sakit dia rasakan, ketika lagi-lagi harus merasakan fitnah keji seperti ini. Rasanya begitu menyakitkan hingga dadanya terasa sesak. Tenggorokan nya terasa tercekat, seolah ada kerikil yang mengganjal disana.
Syma kecewa. Kecewa pada kenyataannya lagi-lagi orang yang dia cintai tidak percaya padanya. 'Apa aku memang tidak pantas untuk dipercaya' batinnya.
"Sekarang Kakak baru sadar dan melihat sendiri siapa wanita ini sebenarnya.
Aku tidak rela, Kak Erika meninggal begitu saja. Dia harus membayar semuanya. Aku akan melaporkan hal ini kepihak berwajib. Wanita ini harus ditahan karena telah melakukan pembunuhan," ucap Nora segera melakukan hal yang baru saja dia ucapkan.
Syma sendiri tidak terlihat khawatir atas ucapan Nora. Karena dia merasa tidak bersalah. Jadi terserah apa yang ingin dia lakukan.
Yang dia pikirkan hanyalah suaminya.
Syma lagi-lagi harus menelan pahitnya kekecewaan. Dia kecewa karena tidak ada satupun orang yang mempercayainya. Bahkan saat ini, dia terlalu malas untuk membuktikan bahwa dia tidak bersalah.
"Jika Mas tidak percaya. Aku bisa apa...
Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku sudah terlalu lelah untuk membela diri.
Aku tidak perduli jika seribu orang didunia ini membenciku atau tidak mempercayaiku. Tapi....
Asal jangan suamiku." Syma berucap lirih dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya.
Ersad hanya diam. Dia bahkan tidak perduli dengan isak tangis Syma yang begitu pilu. Pikirannya terlalu kosong. Tubuhnya terasa lemas. Bawah sadarnya masih tidak bisa menerima kepergian Erika.
Karena semua ini terasa begitu cepat untuk dia pahami.