Sang Pengacau

Di dalam ruangan itu Teja masih mempelajari ilmu Dewa Naga.

Setelah mengetahui sistem kerja dari kitab tersebut Teja semakin bersemangat untuk mempelajari nya .

Bila tenaga dalamnya sudah tersedot saat membuka kitab itu , dia berhenti dan melakukan meditasi.

Dan saat tenaganya sudah pulih kembali digunakan untuk mempelajari jurus - jurus yang ada di kitab tersebut.

Kemudian meditasi lagi dan setelah pulih digunakan untuk membuka kitab lagi.

Hal seperti ini terus berulang ulang dilakukan.

Hingga akhirnya kitab tersebut dapat terbuka semuanya.

Kurang lebih ada delapan puluh halaman , terdiri dari delapan bab . Dan tiap bab menerangkan jurus - jurus yang berbeda - beda .

Bab I Jurus Baju Baja.

membahas tentang pertahanan diri, mengajarkan penguatan tulang dan badan, kuda kuda yang menguatkan setiap jurus.

juga badan yang kebal terhadap senjata.

di bab ini juga diterangkan tentang ilmu pengobatan dan ilmu racun.

Bab II Cakar Naga Besi

mengajarkan jurus pukulan yang hebat sebagaimana naga mencakar mangsanya.

Bab III Amukan Naga Api

Mengeluarkan hawa panas di pukulannya yang bisa membakar musuhnya.

Bab IV Langkah Naga

Mempelajari tentang kelincahan dan gerakan yang gesit dan secepat kilat.

Bab V Tendangan Seribu Naga

Mempelajari jurus tendangan yang bisa menghancurkan dan meluruhkan bukit.

Bab VI Naga Penghancur Bumi

Mempelajari jurus pukulan jarak jauh yang di lambari tenaga dalam yang besar.daya hancurnya besar.

Bab VII Naga Surgawi

Ditahap ini mempelajari semua bab di awal dan menyempurnakannya

Bab VIII Nafas Naga

Seseorang yang sudah sempurna mempelajari ilmu Dewa Naga akan mampu berteriak dan mengeluarkan udara panas dari teriakannya tersebut.

Karena kitab itu lebar dan besar dalam satu halaman saja sudah sangat rinci keterangannya , apalagi sampai ada sepuluh halaman bolak-balik membuat isi kitab itu betul-betul detail , bahkan tak jarang ada gambar ilustrasinya.

membuat Teja lebih mudah mempelajarinya.

Entah sudah berapa hari Teja Kusuma terjebak di ruangan itu , karena suasana di sana selalu sama.

Teja tidak bisa membedakan waktu siang atau malam .

Untuk kebutuhan makan disana Teja hanya mengonsumsi semacam buah-buahan dan semacam jamur.

Makanan itu ditemukan Teja dengan tidak sengaja.

Saat itu Teja sangat kelaparan.

Dia mencari-cari sesuatu yang bisa di makan. kemudian dia melihat semacam buah berbentuk seperti buah sawo ,dan dengan ragu ragu Teja memakannya.

Karena rasanya yang manis sedikit pahit Teja mencoba memakan hanya segigit kecil.

Mula - mula digigit sedikit,terasa agak manis manis pahit ,dia hentikan .

Sambil menunggu reaksi yang terjadi setelah makan buah tersebut dia meditasi.

Ternyata reaksinya sangat mengejutkan ,aliran darah di tubuhnya semakin lancar ,nafasnya terasa enteng , tubuhnya menjadi sangat ringan.

Begitu pun dengan jamur yang dikonsumsi ternyata sangat bermanfaat dan tidak beracun.

Mengetahui hal itu , sejak itu Teja tanpa ragu mulai mengonsumsi buah dan jamur tersebut , bila terasa lapar.

Ditambah dengan minum air yang menetes dari sebuah stalaktit yang ada di ruang itu menjadi tubuh kian segar ,pikiran tambah jernih dan kecerdasan makin meningkat.

Hanya dengan sekali lihat dan membaca isi kitab tersebut, Teja merasa langsung hafal dan ingat.

Ini tidak seperti waktu pertama kali teja berada di ruang tersebut , waktu itu dia harus membaca beberapa kali untuk memahami isi dari kitab Dewa Naga.

Setelah beberapa saat di ruang yang entah berapa lama bila di hitung dengan waktu di luar gua. Teja berhasil menamatkan ilmu dari kitab tersebut.

Ditandai dengan Tenaga yang meluap luap, badan terasa sangat ringan sehingga gerakannya makin cepat, tubuh menjadi sekeras baja dan pukulan menjadi makin mengerikan.

Ternyata semua yang ada di sana seperti sudah di atur untuk saling terkait , berkesinambungan dan saling mendukung.

Seperti misalnya , air yang ada di sana bisa membuat otak menjadi lebih cerdas.

Buah dan jamur yang ada di sana bisa meningkatkan tenaga dalam dan menguatkan organ tubuh,

tulang, usus , otot dan kulit menjadi sekuat baja.

Setelah semua ilmu yang ada di kitab tersebut bisa di kuasai dengan sempurna oleh Teja secara ajaib kitab tersebut menutup dengan sendirinya.

Seakan memiliki jiwa kitab yang ada diatas benda mirip meja batu pualam itu bergetar.

Makin lama getaran itu makin hebat , dan tiba -tiba lantai di bawah meja kecil itu mulai terbuka , meja bergerak masuk melesak kedalam lantai hingga lantai itu menutup kembali.

Bersamaan dengan menutup nya lantai itu getaran di ruangan tersebut makin keras ,bukan hanya bergetar tapi juga memutar.

Teja makin bingung dan tak mengerti dengan situasi yang terjadi saat itu.

Putaran itu makin hebat dan sayup-sayup terdengar suara angin menderu .

Makin lama putaran ruangan itu makin kencang , angin yang berputar mendekat makin besar .Teja Kusuma sudah mulai tidak bisa menguasai diri.

Semua tampak putih dimatanya sampai ia harus memejamkan mata dan akhirnya Teja terjatuh.

Cukup lama Teja terdiam dalam posisi tidur tertelungkup, sampai ia sudah tidak merasakan getaran itu dan suara angin yang menderu berhenti.

Teja mulai membuka mata perlahan di dapati dirinya berada di sebuah ruangan gua yang agak dalam.

Teja mulai mengingat ingat semua kejadian selama ini , berlahan dia berjalan menuju kearah angin bertiup lebih segar .

Sepengetahuannya kalau ingin keluar dari dalam gua cukup dengan menandai angin yang berhembus , lebih segar anginnya berarti lebih mendekati dunia luar.

Teja sudah pengalaman dengan hal itu karena dulu Teja tinggal di gua yang ada di jurang kematian di hutan hantu merah.