S U G I H Ronggeng

"Nyaiiiii" Ucap Eman kepada istrinya Sati.

"Eh Akang, tos uih gening" (Eh Akang, sudah pulang rupanya) Sahut Sati.

Sati dan Eman masuk ke dalam rumah.

Eman pun bertanya mengenai keberadaan Kinasih.

"Neng Kinasih dimana?" Tanya Eman.

"Nuju di dapur Kang, ngabantosan Abdi masak" (Lagi di dapur Kang, membantu Saya masak) Jawab Sati.

Sati pun seperti biasa membuatkan teh hangat untuk Eman, namun ketika akan membuatkan teh, stok teh di rumahnya habis. Mau tidak mau Sati harus belanja ke warung yang jaraknya lumayan jauh dengan rumahnya.

"Akang, enteh na seep gening, kumaha? Abdi meser heula nya, tapi rada lami, teu nanaon?" (Akang, teh nya habis ternyata, gimana ya? Saya beli dulu ya, tapi agak lama, tidak apa apa kan?) Tanya Sati kepada suaminya.

"Enya Nyi, di antos ku Akang di bumi nya" (Iya Nyi, Akang menunggu di rumah ya) Jawab Eman.

Sati pun berjalan ke luar rumah menuju warung untuk membeli teh. Di tengah perjalanan, Sati melihat ada warung baru yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Sati senang, dan berharap semoga ada teh di warung tersebut.

Selintas, Eman memiliki niat kotor. Tapi niatan tersebut di tahan karena takut membawa masalah berkepanjangan.

Namun hasrat pria matang tersebut menggebu - gebu, terlebih pekerjaannya berada di bawah tekanan Jaya yang terkadang membuatnya penat. Eman pun belum sempat menyentuh Sati istrinya sehingga hasrat nya pun belum tersalurkan.

"Eh Akang tos uih?" (Eh Akang sudah pulang?) Sahut Kinasih.

"Eh Neng Kinasih, kumaha damang?" (Eh Neng Kinasih, gimana kabarnya) Jawab Eman.

"Sae Akang, nuhun" (Baik Akang, terimakasih) Jawab Kinasih dengan suara halusnya.

Sebagai pria normal, melihat kecantikan Kinasih dan kemolekan tubuh Kinasih tak ayal membuat pikirannya kotor.

Tanpa sadar Eman pun mendekat kepada Kinasih dan meraba pinggul Kinasih yang padat dan berbentuk.

"Eh Akang, kunaon?" (Eh Akang, ada apa?) Tanya Kinasih sembari kaget.

"Punten Neng, teu maksad nga lelece, mung ningal Neng Kinasih janten hilap" (Maaf Neng, tidak bermaksud melecehkan, hanya saja hal yang wajar jika melihat wanita cantik, selintas pikiran jadi khilaf) Jawab Eman.

Kinasih pun memaafkan dan selintas merasa ingin di sentuh juga atas dasar keinginannya.

Kinasih mengetahui bahwa Sati sedang berjalan ke warung yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya. Kinasih berpikir mungkin jika sedetik tidak masalah baginya.

"Akang" Ucap Kinasih kepada Eman dengan nada sedikit terdengar menggoda.

Eman pun walau statusnya sebagai pesuruh, perawakan Eman tidak kalah gagah dari Amirudin pria idaman Kinasih semasa dahulu. Eman memiliki tinggi badan ideal laki - laki pada umumnya, badannya kekar, dan wajahnya manis. Kinasih pun berpikir tidak ada salahnya mencoba melampiaskan nafsu bayangannya dengan Amirudin namun dilepaskan bersama Eman.

Kinasih pun sengaja melepas kain yang melilit tubuhnya yang molek itu, dan

"Akang...." Ucap Kinasih sambil menyentuh perlahan dan memutar kedua dada kenyalnya dengan kedua tangannya sendiri untuk memikat Eman.

Eman tanpa berlama - lama langsung mendekati Kinasih dan hubungan terlarang pun terjadi.

"Neng... " Eman pun mendesah.

"Akang, ternyata Akang perkasa, Neng kagum" Timpal Kinasih sembari menikmati kenyamanan bercinta bersama Eman.

"Neng... sakedap deui" (Neng... sebentar lagi) Eman pun dengan kecepatan super segera mencapai puncaknya.

"Akang... Ih" Desahan Kinasih pada saat itu merasakan kenikmatan.

Kali ini Kinasih menikmati momen bercintanya dengan Eman karena atas kemauannya sendiri.

Walau belum terlaksana bersama Amirudin, setidaknya Kinasih bisa melampiaskan keinginannya bersama pria sebayanya Amirudin.

"Cukk kucukk kucukkk"

(Suara sandal Sati yang berjalan perlahan pulang kerumahnya).

Dengan perasaan penuh bahagia, Sati pun berpikir, kini barang yang di butuhkannya sewaktu - waktu nanti, tidak perlu jauh - jauh lagi untuk mencari, karena di dekat rumahnya sudah ada warung baru.

Sambil tersenyum kegirangan,

"Akanggg...." Sati pun membuka pintu rumahnya dan,

"Pluk"

(Keresek di tangan Sati terjatuh).

Senyuman Sati perlahan pudar, tubuh Sati gemetaran, air mata Sati turun, dan Sati benar - benar serasa kesambar petir dengan apa yang Sati lihat ketika Sati membuka pintu rumahnya.

Betul. Sati melihat Eman suaminya telanjang bulat dengan Kinasih orang yang numpang di rumahnya dengan posisi berdiri sembari bersandar di tembok.

Sati pun jatuh pingsan,

Eman dan Kinasih belum sempat mencapai puncaknya dan mereka pun bergegas memakai pakaiannya kembali dan Eman mengangkat Sati istrinya menuju kamar tidurnya.

Kinasih yang kebingungan bagaimana kedepannya ketika Sati terbangun, apa yang harus dilakukannya? Apa yang akan di jelaskannya?

Eman pun memiliki pemikiran yang sama. Eman hanya sebatas nafsu kepada Kinasih, karena ada celah tersebut, Eman pun khilaf dan menyesal. Terlebih Eman mengingat perjuangannya untuk mendapatkan Sati tidaklah mudah, yang tentu saja Sati pun jika di lihat dari paras wajah tak kalah cantik dari Kinasih. Namun apa boleh buat, mata nya di butakan oleh rayuan Kinasih.

Awal mula petaka pun dimulai.