Orang Tua meninggal, Jatuh Miskin dan Dikhianati Orang terdekat, Apalagi hal lebih buruk yang akan menimpanya? Kematian?
Ya, Dia mati setelah ditikam Mantan Sahabat dan Pacarnya, benar benar hidup yang menyedihkan. Tapi tunggu...
Ah, Dia kembali bangun! Dunia yang penuh keajaiban dan Misteri, Dunia dimana Kekuatan menjadi kunci utama apakah di Dunia ini Ia akan kembali menjadi sampah?
Ya, Dia sampah sebelumnya, sampah yang kemudian berubah menjadi Berlian yang tak ternilai berharga, menjadi tokoh utama Dunia ini. Bersama Istri mungilnya, menaklukan segala rintangan, menggetarkan seluruh Dunia, membinasakan musuh yang menghadang dan mengubah takdir yang berjalan.
Semua itu berkat dirinya yang terlahir kembali dan berkat...
The System!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon T-Riq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
War In Dapur
Kini di dapur berdiri 3 Orang sudah siap dengan perlengkapan masak di tangannya.
Feng berdiri berhadapan dengan Rara dan Ran yang asyik menggeliat tak nyaman karna celemek yang Mereka berdua pakai.
Nenek Zi yang menatap sambil makan tertawa kecil, Ia juga bingung saat tiba di dapur dan melihat Rara dan Ran menggunakan celemek.
Feng kemudian menceritakan yang terjadi pagi ini dan mengatakan hukumannya, Nenek Zi mengangguk setuju sambil tersenyum saja menganggapi hal tersebut.
"Suami, apakah Kita harus memakai Ini?" tanya Rara sambil memegang celemeknya, Ran juga mengangguk setuju dengan perkataan Istri Gurunya tersebut.
"Harus!" Jawab Feng tegas namun dalam hati Ia benar benar tertawa geli melihat keduanya.
"Baiklah, Istri kemari," ucap Feng menarik Rara kedekat pembakaran, diatas pembakaran nampak cairan putih yang jika di Bumi bernamakan santan sedangkan di Dunia ini Feng mengetahuinya dengan nama Serat putih.
"Sekarang aduk ini terus seperti ini," ucap Feng memperagakan mengaduk dengan putaran, Rara mengangguk dan menirukannya.
"Terus aduk jangan berhenti," pesan Feng kemudian kembali berjalan ke dekat Ran.
"Ran, kemari," ucap Feng, Ran mengangguk kemudian mendekat ke meja, diatas meja nampak sebuah tatakan, Pisau dan 7 Buah Bawang api.
"Potong Bawang api ini hingga menjadi kecil kecil seperti Ini," ucap Feng memperagakkan memotong Bawang kecil kecil.
Ran mengangguk kemudian menirunya, Feng kemudian berlalu kembali ke tugasnya.
5 Menit Kemudian...
"Aaa..," teriak Rara, Feng yang sudah menebak apa yang terjadi tersenyum kecil lalu berjalan menghampiri Rara.
"Suami, tolong, Ini kok banyak banget?!" kata Rara menunjuk Serat putih yang mengembang dan melimpah persis seperti Santan yang dimasak tanpa diaduk.
"Tuh kan, makanya kalo dibilang aduk ya aduk terus," omel Feng pura pura Marah, Rara menundukkan Kepalanya.
"Maaf," ucap Rara lirih, Feng tersenyum kemudian memperbaiki kesalahan Rara dan kembali menyuruh Rara melanjutkannya.
"Lanjutkan, ingat! jangan berhenti," pesan Feng, Rara mengangguk cepat.
"Aaa..," kini giliran Ran yang berteriak, sama dengan Rara tadi Feng juga sudah tau apa masalah yang dialami Ran kali ini.
Benar saja, ketika Feng mendekat tampak Ran yang sedang mengucek matanya namun menggeliat geliat di lantai.
"Guru... Pedih," ucap Ran, Feng sedikit merasa bersalah karna tadi lupa memberi tau untuk tak mengucek mata jika pedih.
"System beli obat untuk rasa pedih pada mata Ran."
[Ding! Pil Obat Mata : - 5 Point]
Feng kemudian menyuruh Ran menelan obat itu dan langsung dituruti Ran.
Kini mata Ran tak lagi pedih bahkan mata yang tadi merah kembali ke warna asalnya.
"Kalau memotong Bawang ini memang pasti akan pedih sampai keluar air mata, tapi jangan gosok matamu dengan tangan bekas potong Bawang itu," jelas Feng, Ran mengangguk sambil menundukkan kepalanya.
...- - -...
"Bagus! Bumbu sudah ada, sekarang tugas kalian membakar Ikan," ucap Feng pada Rara dan Ran, Rara dan Ran yang mendengar itu membulatkan matanya ingin protes namun mengingat kesalahan Mereka kembali pasrah.
Feng tersenyum tipis, tahu Mereka sebenarnya keberatan namun Ia melakukan ini juga demi kebaikan Mereka.
"Ikut Aku," Feng berjalan diikuti Rara dan Ran, Mereka berjalan sampai dibelakang Rumah Nenek Zi.
"Nek, sudah selesai bumbunya?" tanya Feng, Nenek Zi tadi menawari Feng bantuan namun Feng menolaknya alhasil Nenek Zi terus memaksa hingga akhirnya Feng memperbolehkan namun hanya hal kecil.
"Sudah, Tuan Feng, bumbu yang Tuan Feng suruh buat memang benar benar luar biasa!" ucap Nenek Zi semangat, Feng tersenyum geli mendengar hal tersebut, bagi di Dunia Zaman Dahulu ini mungkin itu luar biasa namun saat di Bumi ini hal biasa.
"Jika Nenek mau, gunakan saja resepnya untuk membuka Rumah makan," ucap Feng sambil membenarkan kayu kayu bakar yang di susun.
"Benarkah?" tanya Nenek Zi terkejut, pasalnya bahkan jika Feng menjual Resep ini Ia dapat mendapatkan banyak Koin perak.
"Iya," jawab Feng singkat, Nenek Zi tersenyum lebar lalu bergegas masuk mengambil pena dan kertas lalu menulis cara pembuatan dan bahan bahannya.
"Baiklah, Kalian berdua bakar Ikan ini seperti ini lalu sesekali oleskan bumbunya, cukup sampai Hitam sedikit saja kulit bagian luarnya lalu angkat," ucap Feng mempraktekan cara membakar Ikan dengan bolak balik. Rara dan Ran menyimak dengan serius kemudian beberapa saat mengangguk paham.
"Lalu jaga nyala Api, jangan sampai padam dan Istri tak diperbolehkan menggunakan Qi untuk menjaga nyala Api," Rara membulatkan matanya mendengar hal tersebut namun akhirnya pasrah juga.
"Ingat bakar Ikan Ikan itu," kata Feng mengarahkan telunjuknya pada sebuah tempat besar, Rara dan Ran mendekat dan terkejut melihat ada lebih dari 30 Ikan besar yang sudah dibersihkan dan dibumbu, hanya tinggal di bakar.
"Ingat! jangan ceroboh!" pesan Feng kemudian masuk kedalam Rumah Nenek Zi kembali memasak Gulai Ikan.
Rara dan Ran saling memandang kemudian bersama menghela nafas berat.
...- - -...
Satu jam kemudian...
Desa Hijau Lumut terbangun semua saat hidung Mereka menangkap bau yang sangat enak.
Satu persatu Warga keluar dari Rumah Mereka lalu saling memandang satu sama lain dengan perut berbunyi.
"Bau apa ini? Aku jadi lapar!" ucap salah Satu Warga.
"Ya! Bahkan makanan di Rumah makanku tak se enak ini," ucap Warga yang memiliki Rumah makan.
"Lihat! sepertinya bau ini berasal dari Rumah Nenek Zi!" ucap yang lainnya menunjukkan asap yang membumbung tinggi di belakang Rumah Nenek Zi.
"Ya, Ayo kita lihat," ucap Warga yang lainnya lalu berjalan ke Rumah Nenek Zi diikuti Warga yang lainnya.
Belakang Rumah Nenek Zi
Rara dengan bercucuran keringat terus membolak balik Ikan sesekali mengoleskan bumbu sedangkan Ran terengah engah sambil sesekali kembali meniup Api agar tak padam.
Feng dari kejauhan tersenyum kecil melihat Mereka berdua yang telah berusaha keras.
Feng kemudian dengan Element tanahnya membuat sebuah meja panjang dan kursi panjang untuk duduk, Ia sengaja membuat porsi banyak untuk Warga Desa Hijau Lumut juga.
Benar saja, 15 Menit kemudian Warga Desa Hijau Lumut telah berkumpul dibelakang Rumah Nenek Zi.
Mereka terkejut saat tau yang menyebabkan hau enak tersebut adalah Gadis yang Mereka kenal dengan Istri Pahlawan Desa Hijau Lumut dan yang paling mengejutkan Mereka saat tau Ran sudah sehat kembali.
Feng kemudian memberi kode Nenek Zi untuk menceritakan secara sederhana pada Warga Desa tentang semuanya, Nenek Zi paham lalu menceritakkan bahwa Feng memiliki Obat untuk Tuan Mudanya dan langsung sembuh, Warga mengangguk paham dan menatap kagum pada Feng, kini bagi Mereka Feng bukan lagi Pahlawan namun sudah seperti Dewa yang bisa segalanya.
Feng sendiri langsung menyiapkan semua masakan di atas meja sambil menyuruh Rara dan Ran mandi untuk makan.
Setelah Rara dan Ran Mandi, Feng mengajak Rara dan Ran serta seluruh Desa untuk makan bersama, Warga awalnya menolak karna segan apalagi Mereka juga memberikan kesan buruk pertama kali pada Feng.
Namun Feng tetap memaksa dan akhirnya Warga setuju dan memulai makan makanan yang enak tersebut.
Pagi Hari itu di awali kebersamaan di Desa Hijau Lumut!
...- - -...