Hidup dalam keluarga yang tidak bahagia. Ayahnya, ibunya, serta kakak laki-lakinya lebih perhatian dan melimpahkan kasih sayang pada putri tiri mereka, Rachel Carnida.
Ruby merasa tidak dicintai dan tidak dihargai oleh keluarganya sendiri. Dia berusaha untuk membuktikan dirinya dan mendapatkan perhatian keluarga, tetapi setiap upaya yang ia lakukan selalu gagal.
Ruby tidak pernah menyerah. Sampai suatu hari, Ruby dibawa paksa oleh Cakra ke sebuah club dan diserahkan pada teman-temannya sebagai bentuk kakalahan Cakra dari taruhan. Ruby terkejut, perbuatan Cakra semakin menambah deretan luka yang selama ini sudah ia dapatkan.
Ruby pun akhirnya menyerah. Ia tidak lagi berusaha untuk mendapatkan cinta dari keluarganya. Tujuannya kini hanya satu; membalas dendam terhadap mereka yang selama ini telah menyakiti hatinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diana Putri Aritonang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
RYB 19. Emer Atau Airis?
Pagi ini, Ruby terbangun seperti biasanya, tapi ada yang berbeda dari gadis itu. Ruby lebih memilih untuk langsung bersiap dan berangkat ke kampusnya. Ia mengabaikan semua pekerjaan rumah dan setumpuk aktivitas yang biasanya memang dibebankan padanya—tugas yang seharusnya dikerjakan oleh para pelayan di kediaman keluarga Sanders.
Ruby sudah tidak ingin lagi patuh dan menuruti semua perintah siapa pun jika itu hanya untuk memanfaatkan dirinya. Ia juga putri keluarga Sanders-memiliki hak yang sama, seperti Cakra dan Rachel. Ia tidak akan lagi membiarkan dirinya diperlakukan seperti pelayan di rumahnya sendiri.
Ruby keluar dari dalam kamar. Langkahnya terayun pasti saat menuruni anak tangga, ia menuju ke meja makan dan kedatangannya langsung disambut oleh tatapan terkejut dari Cakra.
"Kenapa kau duduk di sini?" Cakra bertanya dengan tajam, tatapan tak suka selalu ia berikan pada adiknya itu. Ruby seharusnya berada di belakang—bersama para pelayan.
"Apa kau sudah mengerjakan tugasmu?" Tak kalah tajam, Shinta juga melempar pertanyaan pada Ruby. Wanita itu merasa heran, di jam seperti ini Ruby sudah terlihat siap ingin pergi ke kampusnya.
Ruby hanya diam. Ia mengabaikan begitu saja dua pertanyaan yang diberikan untuknya. Dengan gerakan santai, Ruby meraih sarapan dan menikmati makanannya di bawah sorot mata tajam Shinta juga Cakra.
Dari arah lain, Roger yang sudah mengenakan stelan kerja terlihat datang ke meja makan. Ia tak kalah terkejut saat melihat Ruby sudah duduk di sana, menikmati sarapannya dengan begitu tenang.
"Daddy, lihat tingkahnya?" Cakra menunjuk Ruby yang tetap makan dengan tenang tanpa menoleh ketika Roger datang.
Dan tak lama setelahnya, Rachel juga terlihat turun dari kamarnya. Gadis itu melotot saat melihat Ruby ada di sana.
"Apa yang kau lakukan di sini?" Roger bertanya penuh penekanan.
Ruby lagi-lagi tak menjawab. Ia menutup rapat mulutnya, kecuali untuk menikmati sarapan yang tersaji di atas meja.
"Biarkan saja, Dad. Dia kan hanya ingin makan." Rachel mendekat pada Roger. Merangkul lengan ayahnya itu dan membawa Roger untuk segera duduk agar mereka bisa melakukan sarapan bersama. "Sekali-kali tidak apa membiarkan Ruby makan di sini bersama kita. Sebelum ia menikah nantinya." Rachel tersenyum begitu manis, ia membalas tatapan Ruby yang sudah mengangkat wajah dan menatap ke arahnya.
Melihat tatapan Rachel, Ruby bisa merasakan ada yang tidak beres. Kau merencanakan sesuatu, gumam Ruby dalam benaknya saat bisa melihat seringai yang Rachel berikan.
Setelah mendegar ucapan Rachel, keluarga Sanders akhirnya melanjutkan acara sarapan mereka dengan tetap membiarkan keberadaan Ruby di sana.
*
*
*
Ruby berjalan menuju halte bus untuk pergi ke kampusnya. Udara pagi menyambutnya. Ruby menutup mata seraya menghirup udara segar dan merasakan kebebasan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Biasanya Ruby akan selalu terburu-buru berangkat ke kampus. Tidak pernah setenang dan semelegakan ini—tidak lagi memikirkan tentang tugas-tugas rumah yang belum selesai atau perintah-perintah yang harus ia taati
Namun, tampaknya ketenangan itu hanya sesaat. Karena saat ini sebuah mobil tiba-tiba saja menghampiri dan berhenti di sisi Ruby. Kaca mobil itu terbuka, menampakkan seseorang yang tersenyum di dalamnya.
"Kau mau pergi ke kampus?" tanya Rachel.
Ruby tak menjawab, ia memilih meneruskan langkah menuju halte bus.
Melihat sikap Ruby, Rachel hanya tersenyum kecil. Ia menyalakan mobilnya dan kembali mengiringi Ruby.
"Kau terlalu berani, Ruby. Kau tidak tahu apa yang bisa aku lakukan saat aku sudah menginginkan sesuatu. Termasuk membuat Daddy, Mommy, dan Kak Cakra membencimu!"
Langkah Ruby terhenti. Wajahnya menoleh dan menatap Rachel-saudara tirinya dengan tajam.
"Dan sekarang Kak Emer! Aku akan pastikan merebutnya kembali darimu. Aku akan merebut semua yang kau miliki, Ruby!" Rachel menyeringai. Ia berlalu dengan menekan begitu dalam pedal gas mobilnya meninggalkan Ruby.
Ruby berusaha untuk tidak perduli dengan ucapan Rachel. Langkahnya tetap terayun dengan pasti meski ada sudut di hatinya yang mencoba meraba apa sebenarnya yang akan Rachel lakukan untuk memutus hubungannya dengan Emer.
Ketika tiba di kampusnya, Ruby langsung mencari keberadaan sang sahabat-Airis. Selain memang hanya Airis lah orang terdekatnya, Ruby juga ingin menceritakan apa yang terjadi pada dirinya setelah pertunangannya dengan Emer. Airis pasti begitu mengkhawatirkan dirinya.
Namun, sudah hampir separuh area kampus Ruby arungi, ia belum jua menemukan keberadaan sahabatnya itu.
"Apa Airis belum datang?" Ruby sampai memeriksa jam, tapi rasanya tidak mungkin karena Airis selalu datang lebih awal darinya.
Ruby kembali mencarinya, dan semakin khawatir ia karena tetap tidak menemukan Airis di mana-mana. Ruby mencoba mengirimkan pesan singkat kepada Airis, tapi tidak ada jawaban.
Ruby merasa ada yang salah, hingga ia memutuskan untuk pergi langsung memeriksa Airis di kostnya.
Saat Ruby keluar dari kampusnya, ia dikejutkan dengan mobil sport yang tiba-tiba saja berhenti di depannya bersamaan dengan ponselnya yang berdering.
Emer keluar dari dalam mobil dengan tersenyum. Berdiri di hadapan Ruby yang saat ini tengah menerima telepon.
"Kau tidak bisa menemukan Airis, kan?" Suara dingin Rachel terdengar di seberang sana. "Airis sekarang ada di tanganku. Jika kau tidak melakukan apa yang aku katakan, aku pastikan, kau tidak akan pernah lagi melihatnya!"
Deg!
Ruby merasa seperti disambar petir. Ia mematung saat mendengar apa yang Rachel katakan. Sahabatnya-Airis saat ini ada di tangan saudara tirinya itu.
"Apa yang kau lakukan pada Airis?!" tanya Ruby tajam dengan tangan yang sudah mengepal.
"Aku tidak akan melakukan apapun padanya asal kau...," Rachel menggantung ucapannya, di seberang sana ia menyeringai sebelum mengatakan keinginannya pada Ruby. "Kau harus melepaskan Kak Emer dan memintanya memilihku, jika tidak... Airis lah yang akan menanggung semuanya!"
Sekarang pokoknya bahagia dulu aku, Emer dan Ruby jadi nikah juga. Pernikahannya sudah di umumkan 💃🕺💃🕺💃