Luna punya segalanya, lalu kehilangan semuanya.
Orion punya segalanya, sampai hidup merenggutnya.
Mereka bertemu di saat terburuk,
tapi mungkin… itu cara semesta memberi harapan baru..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CHRESTEA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelindungku
Tiga hari kemudian…
Setiap malam Luna akan selalu terbangun dengan keringat dingin yang mengucur dari seluruh tubuhnya. Teriakan, pukulan langkah panik dan wajah Orion yang melindunginya selalu terbayang. Rasa bersalah terus menghantui pikirannya. Dia selalu takut jika karenanya Orion tidak bisa berjalan lagi.
Selama tiga hari ini Orion hanya terbaring di kasur. Damian dan perawat sementara hanya memberi fisioterapi ringan. Hal yang mmebuat Luna semakin sedih, setiap malam, Orion akan merasakan sakit di kakinya karena efek dosis obat yang cukup tinggi. Dianduduk di kursi dekat ranjang Orion, wajahnya pucat, matanya sembab karena kurang tidur. Tangannya menggenggam buku catatan terapi yang belum disentuh sejak tiga hari lalu.
Orion masih terbaring, kakinya dibalut perban baru, wajahnya terlihat lelah tapi tenang.
Damian berdiri di depan pintu, memperhatikan Luna yang tidak beranjak sedikit pun.
“Aku bisa jaga dia. Kamu harus istirahat dulu, Luna,” ucapnya lembut.
Luna menggeleng pelan. “Aku nggak bisa, Kak. Semua ini gara-gara aku.”
“Bukan salahmu,” Damian mendekat, menatapnya penuh pengertian.
“Orang gila itu yang salah, bukan kamu.”
Luna menunduk, suaranya nyaris berbisik.
“Mungkin apa yang Orion ucapkan benar kak. Kalau aja aku dan dia gak ketemu, mungkin dia gak akan semenderita ini.”
Damian menarik napas pelan. “Luna, dengar. Apa yang baru kamu ucapin itu gak betul. Kalau gak ada kamu di hidup Orion, mungkin sekarang kondisi dia jauh lebih buruk dari sekarang.”
Luna terdiam.
Orion yang sedang tidur, tidak sepenuhnya tertidur. Dia masih bisa jelas mendengar setiap ucapan Luna ataupun Damian. Dalam hatinya dia merasa bersalah telah mengucapkan kata-kata itu pada Luna. Gadis ini terlalu baik untu pria brengsek sepertinya, kalimat itu selalu berputar-putar di kepala Orion. Tapi, karena kebaikan Luna, Orion punya semangat untuk kembali melindungi seseorang.
Orion terbangun, sorot matanya menatap Luna yang terduduk di dekat jendela dengan tatapan kosong.
“Luna..” panggil Orion lembut.
Luna bangkit berdiri dari kursi, berjalan cepat menghampiri Orion. “Kamu udah bangun? Mau minum?” tanya Luna cepat.
“Tidak, duduklah. Kenapa kamu diam aja disana?” Orion meminta Luna duduk di kasurnya.
“Jangan, nanti kamu sempit.” Tolaknya halus. “Aku berdiri aja ya.”
“Kamu masih marah ya sama aku? Makanya kamu ga mau duduk?”
Luna menatap panik, “bukan gitu. Aku cuma takut ganggu kamu aja.”
Orion menggeser tubuhnya perlahan, memberikan ruang untuk Luna duduk.
“Ini kurang luas?”
Luna menghela nafas berat, bergerak duduk di kasur samping Orion.
“Naikin aja kaki kamu.” ucap Orion lagi.
“Hah? gak usah gini aja.”
“Udah ikut aja.” Paksa Orion.
Kini mereka berdua bersandar bersebelahan di atas karus Orion. Jantung Skyla berdebar kencang, bahkan nafasnya nyaris tercekat. Posisinya terlalu dekat dengan Orion.
Tiba-tiba saja Orion menyandarkan kepalanya di pundak Luna, membuat tubuh gadis itu menegang.
“Rion..” panggil Luna lirih.
“Sebentar saja, aku ingin seperti ini.” Orion semakin menengelamkan kepalanya.
Luna bisa merasakan hembusan nafas Orion menerpa lehernya, nafasnya hangat, dia bahkan bisa mencium jelas aroma mint dari pria itu.
“Aku minta maaf, Rion…” bisiknya pelan. “Sampai kapan pun, aku nggak akan lupa waktu kamu berdiri buat aku hari itu.”
Tanpa sadar, air matanya kembali jatuh.
Tapi tiba-tiba, suara serak itu memecah hening. “ plis,Jangan nangis lagi…”
“Aku.. aku menyesal.. aku gak akan maafin diriku sendiri kalau sesuatu yang buruk terjadi sama kamu..” ucap Luna lirih.
“Kalau gitu jangan pergi, ya..”
“Aku..aku cuma nyakitin kamu. Aku terlalu hancur buat kamu..”
“Aku juga sama hancurnya, tapi kamu kasih harapan baru buat aku..aku, gak mau kamu pergi.”
Wajah mereka terlalu dekat, hanya terpisah beberapa inci. Luna menutup matanya tak sanggup menatap Orion.
“Lihat aku Luna.” bisik Orion.
“Aku gak bisa.”
“Kamu bisa, kita bisa. Kamu bilang kita bisa saling mengobati kan? Ayo lakukan itu.” ucap Orion padanya.
Detik itu juga Orion bergerak perlahan, membuat jarak antara dia dan Luna semakin dekat. Bibir hangatnya menempel begitu saja di bibir Luna. Orion terdiam sesaat, dia takut Luna marah. Rupanya tidak ada penolakan dari gadis itu. Perlahan tangan Orion bergerak mengusap lembut pipi Luna yang masih menyisakan ruam.
Orion melumat lembut bibir Luna, sesekali gadis itu meringis kesakitan karena ciuman Orion menyentuh luka di bibirnya. Ini ciuman pertama mereka, ciuman itu intens dan mendebarkan, Luna sedikit kewalahan menyesuaikan tempo Orion. Dia bahkan nyaris kehabisan nafas.
“Maaf.” ucap Orion saat melepaskan ciumannya.
“Gppa..” jawab Luna dengan wajah memerah.
Hening sejenak.
Tapi hening itu bukan lagi dingin. Ada kehangatan yang perlahan tumbuh di antara mereka, seperti luka yang mulai menutup pelan, menyisakan bekas tapi tidak lagi berdarah.
Selepas ciuman tadi, Orion meminta Luna, untuk tetap duduk di sampingnya. Mereka berdua menonton TV bersama, perlahan rasa kantuk menyerang Luna. Beberapa kali, kepalanya terjatuh karena tertidur. Orion yang melihatnya menyentuh kepala Luna, meletakannya bersandar di dadanya.
Kali ini Luna tidak menolak apapun, dia hanya ingin menikmati momen ini bersama denga Orion. Telinga Luna bisa mendengar jelas suara detak jantung Orion. Suaranya bak lagu pengantar tidur untuk Luna, dalam hitungan menit, dia sudah tertidur lelap.
Orion tersenyum kecil, dia membelai wajah Luna lembut. Ruam di wajah Luna, terasa menyiksa hatinya. Semakin melihat Luna, semakin besar rasa ingin melindunginya.
Malam harinya, Damian kembali masuk untuk memeriksa Orion. Langkahnya terhenti seketika, wajahnya tampak terkejut. Tapi ada senyum hangat dari bibirnya.
“Jadi, bagaimana keadaan mu?”
“Baik..” jawab Orion lirih.
Damian mengangguk, “Baiklah, aku kan kembali lagi nanti. Aku tidak ingin menganggu.”
“Oke..” jawab Orion singkat.