NovelToon NovelToon
JERAT CINTA LINGGARJATI

JERAT CINTA LINGGARJATI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Obsesi / Selingkuh / Lari Saat Hamil / CEO
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: nitapijaan

Ayudia berpacaran dengan Haris selama enam tahun, tetapi pernikahan mereka hanya bertahan selama dua tahun, sebab Haris ketahuan menjalin hubungan gelap dengan sekertarisnya di kantor.

Seminggu setelah sidang perceraiannya usai, Ayudia baru menyadari bahwa dirinya sedang mengandung janin kecil yang hadirnya tak pernah di sangka- sangka. Tapi sayangnya, Ayudia tidak mau kembali bersama Haris yang sudah menikahi wanita lain.

Ayudia pun berniat nutupi kehamilannya dari sang mantan suami, hingga Ayahnya memutuskan agar Ayudia pulang ke sebuah desa terpencil bernama 'Kota Ayu'.

Dari situlah Ayudia bertemu dengan sosok Linggarjati Putra Sena, lelaki yang lebih muda tiga tahun darinya dan seorang yang mengejarnya mati-matian meskipun tau bahwa Ayudia adalah seorang janda dan sedang mengandung anak mantan suaminya.

Satu yang Ayudia tidak tau, bahwa Linggarjati adalah orang gila yang terobsesi dengannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nitapijaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Paling cantik sedunia

Jangan lupa like, komen and subscribe Broo

Happy reading ❤️

###

"Nginep di sini aja, Dia."

Di minta begitu, Ayudia kontan melirik Bulik Hartini. Tatapan matanya itu seolah berkata, 'bantuin Ayudia jawabnya, Bulik!'.

"Hehe ... Kasian Uti di rumah sendirian, Bude." Tolak Ayudia pada akhirnya. Wanita hamil itu menjadikan Uti Nur sebagai alasan, padahal mah Ayudia yang nggak mau nginap. Masalahnya ada Linggar di sini, meski sudah tak terlalu judes dengannya, tapi Ayudia merasa harus menjauhi apapun yang berhubungan dengan lelaki itu.

"Nggak apa-apa, Nok. Uti wis biasa dewekan, lagian di kota ayu mana mungkin ada maling." Kelakar Bude Sera. Ayudia membalasnya dengan tawa karir.

(Sudah biasa sendiri)

"Iya Nok, nginep aja semalem di sini. Sudah malem juga, meskipun masih di desa yang sama, tapi takutnya terjadi sesuatu sama kandungan kamu." Bulik Hartini menyahut. Hah, kalau sudah begini Ayudia mana bisa beralasan lagi.

"Bulik nginep juga?" Ayudia berharap Bulik akan menjawab iya, sebab dia merasa canggung kalau hanya ada Linggar sekeluarga.

Dan beruntungnya, wanita paruh baya itu mengangguk pelan. Ayudia menghela nafas pelan. Nggak apa-apa lah, ada Bulik ini. Batinnya merasa tenang.

"Bu, Linggar mana?" Tahu-tahu, pakde Narman langsung menyahut. Sebelumnya, di ruang tengah rumah itu memang hanya ada Ayudia, Bude Sera dan Bulik Tini.

"Kok tanya Ibu? Kan dari tadi di luar sama bapak!" Bude Sera protes. Beliau merasa heran dengan suaminya yang selalu mencari Linggar padanya, padahal kan Linggar juga tidak bisa di masukkan kedalam kantong, kan?

"Nggak ada, katanya mau bakar singkong tapi orangnya malah ilang." Pakde Narman merutuk. Lalu atensi beliau tertuju pada Ayudia yang juga mendongak menatapnya, "Nginep, kan, Nok ayu?" Tanya beliau.

Ayudia mengangguk disertai senyuman. "Iya, pakde."

Lelaki paruh baya itu mengangguk-angguk pelan, "Nah bagus tuh, kesenangan si Linggar kalau ada cewek cantik di sini." Canda pakde. Tapi Ayudia tetap bersemu.

Haih, kenapa sih dia selalu di sangkut pautkan dengan Linggar?

Seperti tidak ada pria lain saja.

"Bapak nih di suruh ambil ikan malah nyangkut di sini." Raisa muncul dengan wajah cemberutnya, mengomeli Pakde Narman.

"Lah kamu, masa orang tua di suruh-suruh, Nok." Pakde membalas.

"Kan tadi Bapak bilang mau balik keluar lagi, jadi ya sekalian aja lah." Bela Raisa. Wanita itu kemudian berlalu menuju dapur rumahnya meninggalkan pakde Narman yang menggelengkan kepalanya.

"Betah nggak, Nok, di kota ayu?"

"Betah, Pakde. Tapi panas," Ayudia menjawab pertanyaan pakde Narman.

"Iya begini suasananya, Nok. Kalau nggak kepanasan, yaa ... kedinginan. Apalagi kalau akhir tahun, biasanya hujan badai terus, anginnya juga kenceng, harus ekstra hati-hati."

"Iya, Bude. Beda banget kalo di Jakarta, tiap hari panas terus."

Obrolan seputar kota ayu dan cuaca itu terus berlanjut. Ayudia yang tadinya kaku dan canggung berhadapan dengan orangtua Linggar, kini lebih luwes dan santai. Di tambah Pakde Narman dan Bude Sera juga sempat menyinggung masa kecil mereka bersama Pak Jaya dan Bu Ratna.

Ayudia antusias mendengarnya, karena setiap dia bertanya bagaimana Ayah dan ibunya bertemu, mereka selalu mengelak.

"Dulu Ratna sama jaya itu musuh bebuyutan, Nok. Bahkan kami masih ingat banget mereka sering kejar-kejaran dan berakhir adu jotos, nggak taunya malah berjodoh." Bude Sera tertawa mengingat momen epik tersebut.

Kedua orangtua Ayudia memang berasal dari desa yang sama, yaitu kota ayu. Seperti yang pernah di katakan, kalau orang-orang jaman dulu masih berfikiran kolot dan jarang ada yang pergi merantau. Sehingga menikah pun masih dengan orang dekat tempat tinggal.

Tidak seperti sekarang, dunia sudah semakin canggih. Terlalu banyak perubahan dari tahun ke tahun, sehingga momen yang dirasakan pun semakin berbeda rasanya.

"Yuk makan makan!"

Teriakan Linggar membuyarkan lamunan Ayudia, wanita yang sedang bernostalgia itu seketika sadar.

"Ayo Nok, Tini ayok makan sama-sama." Ajak bude Sera pada Ayudia dan Bulik Hartini.

Ketiganya berjalan menuju teras rumah yang di tengah-tengahnya sudah di alasi daun pisang, di atasnya sudah ada nasi, ikan, seekor Ayam utuh yang sudah di bakar, sayuran rebus dan sambal terasi juga sambal kecap.

Ayudia takjub melihatnya. Serasa menggoda sehingga perutnya langsung keroncongan. Maklum lah, terakhir dia makan jam empat sore tadi, sementara sekarang sudah hampir jam sembilan malam.

"Paha untuk—" Ucapan Linggar terjeda ketika netranya bertubrukan dengan tatapan tajam Ayudia, seolah memperingatkan Linggar supaya tak bicara sembarangan. "Mbak Ayudia ..." lanjutnya dengan cengiran lebar.

Ayudia menghela nafas lega, tapi—

"Yang paling cantik sedunia!"

Gluk! Ayudia menelan ludahnya kasar.

Sementara Linggar malah terbahak tanpa ambil pusing dengan tatapan orang-orang yang melirik mereka dengan kerlingan jahil.

Wanita hamil itu geram, apalagi Linggar seperti tak ada malunya. Padahal seluruh anggota keluarganya melihat mereka dan pastinya Ayudia sangat malu dengan bude dan pakde.

PLAK! Tanpa perasaan Ayudia menggeplak pipi Linggar sampai berbunyi kulit bertemu kulit. Dia tersenyum paksa dan berucap, "Ada nyamuk," dengan santainya.

Linggar mengusap pipinya yang panas, di tambah tatapan mengejek Raisa yang seolah berkata 'Rasain!' begitu kental.

"Manis banget sih sayang, kaya gula Jawa." Oceh Linggar.

Lelaki itu ya, benar-benar tak tau tempat! Bahkan Linggar mengabaikan pelototan mata Ayudia yang menyuruhnya diam.

Dia tetap bersikap santai, mencuil daging ikan bakar lalu menyodorkannya di depan bibir Ayudia. "Aaa ..."

KLUK!

Belum sempat suapan Linggar masuk ke mulut Ayudia, lelaki itu sudah mendapat ciuman dari sendok di keningnya. pelakunya adalah Raisa, wanita itu geram sekali dengan kelakuan adiknya yang somplak.

"Nggak usah gangguin Ayudia makan, kamu mending minggir jauh-jauh deh!" Omel Raisa.

"Ck. Ganggu aja, orang kita lagi —" ucapan Linggar terpotong ketika Bude Sera menyahut.

"Linggar kamu pindah atau nggak usah ikut makan!" Nah, Bude Sera langsung bersabda buat Linggar menyerah. "Pindah cepet!"

Dengan wajah tertekuk sebal, Linggar pun mengalah. Menyingkir dari samping Ayudia dan malah duduk di sebrangnya. Keluarganya yang melihat hanya geleng-geleng kepala, rasanya sudah menjadi rahasia umum kalau Linggar memang serius mau mendekati Ayudia.

Bulik Hartini dan Paklik Ilyas pun tak lagi kaget, sebab Pakde Narman memang sudah menceritakan semuanya pada mereka. Padahal, tanpa di beri tau pun Bulik dan paklik bisa menebak dengan sendirinya.

Tapi mereka juga tak bisa memutuskan, boleh atau tidaknya Linggar mendekati Ayudia. Semua keputusan itu ada di tangan Ayudia sendiri.

"Paklik kok suapin Lilik?" Celetukan Reya mengalihkan perhatian semuanya. Gadis itu itu menunjuk Linggar, lalu Ayudia dengan telunjuk kecilnya.

"Kenapa? Kamu iri?" Linggar menjawab keponakannya dengan nada meledek.

"Nggak! Kan Reya di suapin Ayah," Gadis kecil itu kemudian memelet sebelum menerima suapan besar dari Ayahnya.

Di tengah-tengah makan dan obrolan ringan itu, Ponsel Ayudia dan Linggar berdering bersamaan. Linggar langsung meraih ponselnya dalam saku celana dan menolak panggilan tersebut, bersamaan dengan itu dering di ponsel Ayudia berhenti.

Linggar sibuk mengutak-atik ponselnya, sementara Ayudia malas untuk menengok. Lagian panggilannya juga sudah berhenti.

Sementara itu, Linggar malah mengeraskan rahangnya ketika tau siapa yang menghubungi Ayudia. Dari nomor baru, dan tau siapa pelakunya?

Haris.

Lelaki itu juga mengirim pesan ajakan bertemu yang langsung di hapus oleh Linggar.

"Makan, Nang. Hapeeee teruss!"

"Sabar, Bu. Ini Linggar dalam misi mempertahankan cinta sejati Linggar supaya nggak di gondol buto ijo!" Tanpa menoleh Linggar menjawab.

Bude Sera tak menanggapi lagi, malah mengajak Ayudia mengobrolkan berapa hal. Saat itu juga Linggar menggunakan kesempatannya untuk menghapus riwayat chat dan panggilan dari nomor Haris.

Seperti yang diketahui, jaman sudah makin canggih. Banyak fitur-fitur mulai dikembangkan. Contohnya adalah menyimpan dua nomor dalam satu WhatsUpp. Gampang menyadap akun WhatsUpp seseorang, tinggal membagikan kode otp dan semuanya beres.

1
@Biru791
ning belum up lagi
@Biru791
wah gak niat up lagi kah nih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!