Alina seorang wanita muda yang harus menerima kehancuran rumah tangganya karena ulah suami dan ibu tirinya yang suka bermain di belakang. 
Selama ini dia sudah menganggap bu Nurma seperti ibu kandungnya sendiri tapi ternyata wanita itu malah mengambil suaminya. 
"Emmhhh Rizal... Tambah lagi ya pompanya" Ucap Nurma sambil memejamkan matanya. 
"Suka ya sayang?" Tanya Rizal dan menambah ritme pompaannya sesuai dengan permintaan Bu Nurma. 
Mau tahu kisah mereka bertiga selanjutnya? baca terus novel ini ya kak, terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitriandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 : Ngambil barang
Sore harinya sesuai dengan rencana, Rizal datang dengan membawa satu mobil pickup untuk mengangkut beberapa barang dari rumah lamanya.
“Kita nanti mau ambil apa aja sayang?” Tanya Rizal saat mereka di dalam mobil, perjalanan ke rumah lama.
“Kasur, lemari pakaian, kompor, kursi di teras, tv sama beberapa alat masak di dapur kan Alina gak pernah masak sayang” Jawab Nurma.
“Oke sayang, jangan banyak-banyak lagian ini nanti Alina juga bikin surat pernyataan jika barang yang kita ambil nantinya akan di hitung saat pembagian harta gono gini nanti” Ucap Rizal.
“kok gitu sih? Kan yang beli barang-barang itu juga kamu sayang” Jawab Nurma.
“Ya tapi kan aku membelinya saat sudah menikah dengan Alina, jadilah semua barang yang ku beli setelah menikah akan menjadi harta gono gini” Ucap Rizal.
“Yaudah nanti sekalian aja kulkas kita bawa” Jawab Nurma.
“Ya terserah kamu saja, lagian kan rumahnya juga mau di jual” Jawab Rizal.
“Terus Alina mau tinggal di mana kalau rumahnya sudah laku nanti sayang?” Tanya Nurma.
“Ya mana ku tahu sayang, lagian kita sudah bercerai jadi gak ada urusan lagi sama aku” Jawab Rizal.
“Oh ya tadi kamu ketemu sama Alina dimana?” Tanya Nurma.
“Tadi saat aku menjual cincin nikahku, Alina masuk ke cafe yang tak jauh dari sana ya sekalian saja aku samperin” Jawab Rizal.
“Kamu gak macam-macam kan sama dia?” Tanya Nurma dengan tatapan menyelidik.
“Ya enggaklah, kalau aku ada niat macam-macam kenapa gak saat dia masih jadi istriku sayang? Kamu kok jadi cerewet dan posesif gini sih sama aku” Ucap Rizal.
“Itu semua aku lakukan karena aku mencintai kamu sayang” Jawab Nurma.
Kini mobil yang di kendarai oleh Rizal tiba di halaman rumah lamanya begitupun dengan pick up yang sudah dia sewa.
“Sebentar ya mas, saya masuk ke dalam dulu. Mas tunggu saja di kursi itu, kalau nanti saya butuh bantuan akan saya panggil” Ucap Rizal pada sopir pick up.
“Oke mas, saya tunggu di sini” Jawab sopir dan mendaratkan bokongnya di kursi teras.
Rizal segera menekan bel rumahnya karena Alina sudah ada di dalam, dia tak bisa sembarangan masuk ke dalam rumah meskipun rumah ini masih menjadi miliknya.
“Dih udah pada datang rupanya” Gumam Alina dari dalam kamarnya, dia baru saja pulang bekerja sepuluh menit yang lalu.
Alina segera keluar kamar dan membukakan pintu untuk tamunya.
Ceklek..
“Masuklah, aku sudah siapkan surat perjanjiannya” Ucap Alina dan langsung berjalan masuk ke dalam rumah.
Nurma dan Rizal duduk di sofa ruang tamu sembari menunggu Alina masuk ke kamarnya untuk mengambil surat perjanjian yang sudah dia buat saat masih di kantor tadi siang.
“Sekalian sofa ini kayaknya perlu kita bawa deh” Ucap Nurma pada Rizal.
“Ngapain? Jangan banyak-banyak lagian kita kan cuma kontrak di sana” Jawab Rizal.
“Hmm yasudah deh, tapi nanti aku mau ambil peralatan masak dan beberapa perabot di dapur” Ucap Nurma.
Belum sempat Rizal menjawab omongan kekasihnya itu, Alina turun dari lantai dua dengan anggun dan tersenyum manis.
Di tangannya membawa dua lembar surat perjanjian yang nantinya akan di berikan satu lembar untuk Rizal dan satu untuk dirinya sendiri.
“Baca dulu” Ucap Alina dan memberikan satu lembar pada Rizal.
Rizal segera membaca semua poin-poin yang sudah di tulis oleh Alina.
“Bagaimana Rizal? Apa kamu setuju dengan poin yang sudah saya tulis di sana?” Tanya Alina.
“Ya saya setuju, mana bollpointnya” Jawab Rizal.
Alina segera memberikan bolpoin pada Rizal dan Rizal langsung menandatangani surat itu.
Isinya memang tak memberatkan siapapun jadi Rizal langsung setuju dengan isi surat perjanjian tersebut.
“Silahkan kalian mau ambil apa?” Tanya Alina.
“Set kursi yang ada di teras rumah, kasur di kamar tamu atas, satu lemari pakaian, kulkas serta beberapa perabot di dapur” Jawab Rizal.
“Waah banyak sekali kayak mau pindahan” celetuk Alina.
“Ya emang kami lagi pindahan” Sahut Nurma.
“Terus kenapa kalian gak beli baru saja? Dari pada bawa banyak dari sini” Ucap Alina.
“Kalau kita punya ngapain beli? Toh barang-barang di rumah ini akan di jual kan” Jawab Nurma.
“Hmm ya terserah kalian saja, Oh ya kompor jangan di bawa belilah sana. Masak iya kompor cuma satu mau di bawa” Ucap Alina.
“Iya Alina” Jawab Rizal.
Nurma segera ke dapur untuk meletakkan beberapa piring, gelas, mangkok serta sendok garpu ke dalam kardus.
“Hmm alat makan juga ambil dari sini?” Tanya Alina yang tiba-tiba ada di belakang Nurma.
“Kan sudah saya bilang dari pada beli, lagian ini cuma ambil masing- masing lima biji saja” Jawan Nurma.
“Ya ambil saja, lagian saya juga sendirian di rumah ini serta jarang makan di rumah” Ucap Alina.
Kini semua barang-barang yang di mau oleh Rizal dan Nurma sudah rapi di bak pick up.
“Kita pulang dulu, terimakasih karena kamu bisa di ajak bekerja sama dengan baik” Ucap Rizal pada Alina.
“Hm ya sama-sama, oh ya kenapa tadi gak ambil kasur di kamar Nurma saja? Kan lebih dekat dari pada naik ke lantai atas” Tanya Alina, dia sejak tadi sangat penasaran tapi karena Rizal sedang ribet mengangkat beberapa barang jadilah dia urungkan terlebih dahulu.
“Kasur di kamar Nurma sudah gak seempuk di kamar atas, kan kamar atas jarang di pakai” Jawab Rizal.
Di kamar Nurma memang kasurnya sudah lama, bahkan dulu itu kasur yang di bawa dari rumah orangtua Alina.
Nurma sendiri yang mengusulkan karena katanya biar selalu ingat sama mendiang ayah Alina.
“Ohh mungkin karena sering di pakai buat enjot- enjotan” Ucap Alina dengan nada sinis.
“Haha ya jelas! Apalagi goyangan Nurma mantap jadi ya harap maklum kalau kasurnya pun sampai sudah gak nyaman” Jawab Rizal dengan tertawa.
“Lagi bahas apa kok ketawa gitu” Ucap Nurma yang baru keluar dari kamarnya dulu, dia mengambil rak tas di gantungan kamarnya.
“Ini Alina tanya kenapa kasur kamu sudah gak nyaman, ya aku jawab aja karena kita mainnya h0t jadi kasurnya jadi kayak gitu” Jawab Rizal.
Alina hanya mencebikkan bibirnya melihat pasangan tak tahu diri ini di depannya.
“Udahlah kita pergi aja dari sini sayang, biarkan janda ini menikmati kesendiriannya” Ucap Nurma dan menggandeng tangan Rizal keluar dari rumah.
“Dasar pasangan z-ina..!” Umpat Alina dan menutup pintu rumahnya dengan sedikit kasar.
Brak..!!
Lantas dia kembali masuk ke dalam kamarnya untuk mandi, setelah ini dia akan keluar cari makan malam.
Sopir pick up sudah menunggu keduanya dan kini mereka beriringan ke kediaman Nurma dan Rizal yang baru.
Seharusnya sih Nurma malu, tapi namanya "muka tembok" jadi biarpun dia yang bikin salah ya..... gak merasa tuh