Rubiana Adams, seorang perempuan jenius teknologi dan hacker anonim dengan nama samaran Cipher, terjebak dalam pernikahan palsu setelah dipaksa menggantikan saudari kembarnya, Vivian Adams, di altar.
Pernikahan itu dijodohkan dengan Elias Spencer, CEO muda perusahaan teknologi terbesar di kota, pria berusia 34 tahun yang dikenal dingin, cerdas, dan tak kenal ampun. Vivian menolak menikah karena mengira Elias adalah pria tua dan membosankan, lalu kabur di hari pernikahan. Demi menyelamatkan reputasi keluarga, Rubiana dipaksa menggantikannya tanpa sepengetahuan Elias.
Namun Elias berniat menikahi Vivian Adams untuk membalas luka masa lalu karena Vivian telah menghancurkan hidup adik Elias saat kuliah. Tapi siapa sangka, pengantin yang ia nikahi bukan Vivian melainkan saudari kembarnya.
Dalam kehidupan nyata, Elias memandang istrinya dengan kebencian.
Namun dalam dunia maya, ia mempercayai Cipher sepenuhnya.
Apa yang terjadi jika Elias mengetahui kebenaran dari Rubiana sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17. JEJAKNYA
Pagi berikutnya, berita tentang tuntutan balik Edward Adams memenuhi media bisnis nasional. Judul-judul besar kembali menghiasi laman berita:
'Elias Spencer Dituntut Balik atas Pencemaran Nama Baik!'
'Skandal Besar di Balik Tuntutan Pengusaha Muda!'
'Apakah Elias Spencer Menyembunyikan Masa Lalu Keluarganya?'
Para investor mulai menarik diri, sebagian saham perusahaannya turun drastis dalam satu malam. Tapi Elias tidak bereaksi sebagaimana yang diharapkan publik. Ia tetap tenang, terlalu tenang, hingga membuat lawan-lawannya gelisah.
Di balik pintu tertutup ruang rapatnya, Elias dan Raven memeriksa data yang dikirim oleh Chiper lagi. Kali ini lebih dalam, menembus firewall yang seharusnya tak bisa ditembus.
"Lihat ini," kata Raven sambil menunjuk ke satu file dengan nama samar: Project D-13. "Ini muncul di server pribadi milik Edward Adams," lanjutnya.
Elias membuka file itu. Layar seketika dipenuhi dengan dokumen rahasia, laporan keuangan, jadwal pertemuan, dan beberapa catatan investigasi yang tak pernah dirilis publik. Tapi yang paling mengejutkan adalah folder bertanda
'Incident: Darian S.'
Raven menahan napas. "Jadi benar ...."
Elias menekan file itu. Muncul foto lama; gambar mobil yang terbakar di pinggir jalan, yang dulu dikatakan sebagai lokasi pembegalan. Tapi dari hasil analisis digital Chiper, terlihat jelas bahwa mobil itu sudah disabotase sebelum Darian berangkat malam itu.
Ada log data panggilan telepon terakhir, menunjukkan nomor asing yang terhubung langsung ke network server Death Eater Group.
Raven bergumam pelan, "Mereka menjebaknya. Membuatnya terlihat seperti kecelakaan."
Elias mengepalkan tangannya di atas meja. Suaranya rendah tapi bergetar. "Dan mereka pikir aku tidak akan pernah tahu."
Raven meletakkan tangannya di bahu Elias. "Sepertinya kita benar-benar akan mengusut kasus Darian lagi."
Elias menatap sahabatnya itu sejenak, lalu mengangguk pelan. "Aku tidak akan bisa sendiri kali ini, Rav. Mereka akan datang padaku. Dan mungkin ... pada Ruby, karena dia darah daging si Edward bajingan itu."
Nama itu membuat suasana ruangan berubah. Raven terdiam, menatap Elias dalam-dalam.
"Kau pikir mereka tahu soal dia?" tanya Raven hati-hati.
Elias menarik napas panjang. "Kalau Edward tahu aku mulai menggali kasus Darian lagi, maka cepat atau lambat, dia akan menggunakan siapa pun untuk menjatuhkanku. Dan itu termasuk Ruby," jawabnya.
Raven mengepalkan tangan di meja. "Sial. Gadis itu sudah cukup menderita. Aku tidak ingin dia masuk dalam konflik ini."
"Karena itu kita tidak boleh salah langkah lagi," ujar Elias dingin. "Kita harus tahu siapa saja yang masih loyal di instansi hukum, siapa yang sudah jadi anjing Death Eater Group."
Raven mengangguk. "Aku akan mulai dari dalam kementerian, lihat siapa yang dulu menandatangani laporan kematian Darian. Kalau benar Cornelius White terlibat, aku akan bongkar semuanya."
Elias menatap layar di depannya, menelusuri nama-nama yang muncul di daftar jaringan Death Eater. Edward Adams, Cornelius White, Frederick Miles, dan beberapa nama besar lain yang terlibat dalam bisnis gelap lintas negara, senjata, perdagangan manusia, bahkan penghapusan identitas digital.
"Mereka semua iblis," cemooh Raven saat tahu apa yang orang-orang itu lakukan.
"Darian tahu sesuatu tentang mereka," ujar Elias. "Dan dia mati karena itu."
Malam di Boston turun dengan hujan deras, namun bukan itu yang membuat Elias Spencer tak bisa tidur malam itu. Bukan pula suara denting hujan di jendela besar kantornya, atau cahaya redup dari layar laptop yang menampilkan ribuan baris kode dan laporan keuangan.
Yang membuat dadanya sesak adalah satu kalimat sederhana dari Chiper, yang datang dalam pesan terenkripsi di jam dua dini hari.
'Koordinat: Redwood City, California. Data Darian terdeteksi aktif terakhir kali di sana sebelum kematiannya.'
"Redwood City," ucap Raven pelan, "itu di jalur antara San Francisco dan San Jose ... berarti dia memang sempat ke sana sebelum dibunuh. Kenapa dia bisa sejauh ini dari Boston?"
Elias tak menjawab. Tatapannya kosong pada layar, tapi pikirannya melesat jauh ke masa lalu, malam di mana ia melihat peti kayu berisi tubuh Darian terbujur diam, wajah kakaknya nyaris tak dikenali karena lebam dan luka. Ia masih ingat detak jantungnya yang tak terkendali saat polisi dengan dingin berkata, "Pembegalan biasa, Mr. Spencer. Kami akan pastikan pelakunya segera tertangkap."
Namun sampai hari ini, tak ada yang tertangkap.
Dan kini, potongan puzzle itu perlahan muncul.
"Siapkan jet malam ini," ucap Elias akhirnya. Suaranya datar, tapi ada api kecil yang menyala di balik nada dingin itu. "Kita berangkat ke California."
Raven mengangguk cepat. "Kau pikir ini bisa saja jebakan?"
"Segalanya mungkin. Tapi jika memang ini jejak dari alasan Darian terbunuh, aku akan temukan apa yang sebenarnya terjadi padanya," kata Elias.
Elias pamit ke Ruby di pagi buta kalau dirinya dan Raven akan ke luar kota dengan alasan pekerjaan, tak ingin membuat gadis itu cemas.
Perjalanan menuju Redwood City memakan waktu hampir enam jam. Langit di sana bersih ketika mereka tiba, dengan cahaya pagi menjelang siang menembus pepohonan redwood yang menjulang tinggi. Kota kecil itu tampak tenang, nyaris terlalu tenang untuk menyimpan rahasia kelam.
Raven mengemudikan mobil sewaan, sementara Elias duduk di kursi penumpang, menatap keluar jendela. Pikirannya berkelana di antara ingatan dan tanda tanya. Ia masih ingat bagaimana Darian, dengan rambut berantakan dan tawa yang menular, dulu selalu berbicara tentang rancangan teknologi masa depan.
Namun, setelah Darian bekerja di sektor teknologi dan bekerja sama dengan sebuah perusahaan teknologi dari California, semua berubah. Ia menjadi pendiam, waspada, dan selalu menolak membicarakan detail pekerjaannya. Sampai akhirnya, dia ditemukan tewas. Elias tidak tahu apa pun.
Mereka berhenti di depan sebuah bangunan tua di pinggiran Redwood City. Menurut peta digital dari Chiper, sinyal terakhir dari laptop Darian berasal dari gedung ini, sebuah laboratorium kecil yang tampaknya sudah lama ditinggalkan.
"Tempat ini," Raven menatap dindingnya yang penuh lumut. "Masih ada jejak keamanan aktif."
Elias turun dari mobil dan memeriksa pintu logam yang berkarat. Di salah satu sudutnya, logo pudar bertuliskan 'TechNova Research Facility' masih terlihat samar.
"Darian pernah bekerja sama dengan salah satu cabang TechNova, kan?" tanya Raven.
Elias mengangguk. "Ya, sebelum dia meninggal. Tapi TechNova gulung tikar tak lama setelah kematiannya."
Keduanya saling berpandangan.
Terlalu banyak kebetulan untuk diabaikan.
Raven mengeluarkan alat kecil dari saku, pemindai digital buatan Chiper. Ia menempelkannya ke kunci pintu, dan dalam hitungan detik terdengar klik lembut. Mereka masuk.
Di dalam, udara lembap dan berdebu menyambut. Peralatan elektronik berlapis debu memenuhi ruangan. Beberapa monitor retak, sementara kabel berserakan di lantai. Namun yang paling menarik perhatian Elias adalah loker baja di pojok ruangan, dengan label kecil yang sudah berkarat, bertuliskan:
D. Spencer.
"Ini dia," ucap Raven.
Elias berlutut, menyentuh permukaan logam dingin itu. Tangannya sedikit bergetar. Ia tahu, setiap sentuhan pada loker itu seperti menyentuh masa lalu yang sudah lama ingin ia lupakan.
Setelah membuka kuncinya, mereka menemukan sebuah drive eksternal kecil berwarna hitam, disertai secarik kertas kusam.
Tulisan tangan Darian.
'Jika kau menemukan ini, berarti aku gagal. Death Eater bukan sekadar organisasi. Mereka sedang membangun sesuatu yang bisa menghapus kendali manusia atas teknologi. Jangan biarkan mereka berhasil. Jangan percaya siapa pun, termasuk mereka yang berpakaian rapi dan duduk di atas hukum.' - Darian Spencer
Raven membaca pelan, napasnya tercekat. "Teknologi yang bisa menghapus kendali manusia atas teknologi? Maksudnya ... semacam AI ekstrem?”
Elias memejamkan mata. "Project D-13."
"Jadi ini yang ditemukan Darian?" tanya Raven. "Project itu milik Death Eater?"
Elias mengangguk pelan. "Dan dia mencurinya dari mereka. Entah untuk tujuan apa."
Keheningan menggantung. Di luar, suara burung bersahut-sahutan di antara pepohonan redwood, tapi bagi Elias, dunia seakan berhenti berputar.
Malamnya, mereka memutuskan tinggal di motel kecil di tepi kota. Raven menyambungkan drive peninggalan Darian ke komputer terenkripsi milik Elias. Layar menyala menampilkan serangkaian folder berlabel aneh: D-13, Prototype, Memory Control, Phase 0.
Setiap folder terkunci dengan kode ganda.
Raven mengetik cepat. "Aku akan minta bantuan Chiper untuk membukanya."
"Lakukan." Elias bersandar di kursi, menatap layar yang memantulkan bayangan wajahnya sendiri. Ada sesuatu yang berputar di dadanya, sebuah rasa bersalah dan kehilangan yang lama terkubur.
Raven melirik Elias seraya menunggu balasan dari Chiper. "Kau masih menyalahkan dirimu, ya?"
Elias terdiam.
"Kau tahu, Darian memilih jalan itu sendiri tanpa ada yang tahu," lanjut Raven pelan.
"Tapi aku bisa saja mencegahnya jika tahu," suara Elias serak. "Aku bisa saja memintanya berhenti, tapi aku terlalu sibuk dengan bisnis ... terlalu sibuk dengan diriku sendiri."
Raven menatap sahabatnya itu lama. "Terkadang aku sendiri tidak mengerti dengan apa yanh ada di pikiran Darian. Bahkan setelah enam tahun tiba-tiba selama ini dia berhubungan dengan jaringan ilegal."
Elias memejamkan mata, mengingat suara kakaknya yang dulu hangat. Suara yang kini hanya tersisa dalam ingatan.
Beberapa jam kemudian, layar komputer bergetar pelan. Chiper memberikan balasan dengan file yang telah selesai di proses.
"Chiper sudah selesai membuka semua file. Aku akan membuka salah satunya," kata Raven.
Begitu ia buka, di dalamnya terdapat sejumlah file video dan catatan eksperimen. Elias memutar salah satunya. Gambar kabur muncul, ruang laboratorium dengan simbol tengkorak kecil di dinding. Seorang pria berjas putih berbicara di depan kamera.
"Project D-13 adalah tahap pertama dari penggabungan sistem neurodata manusia dengan kecerdasan buatan. Subjek manusia akan dikendalikan penuh oleh sistem pusat tanpa kesadaran diri. Kami menyebutnya 'Zero Protocol', manusia jenius yang dilahirkan dari gabungan teknologi."
Raven membeku. "Mereka ... mereka ingin menciptakan manusia tanpa kehendak bebas? Seperti robot?"
"Bukan hanya itu," Elias menjawab perlahan. "Mereka ingin menciptakan sistem yang bisa mengendalikan manusia melalui teknologi. Otak yang terhubung dengan jaringan."
File berikutnya menampilkan logo Death Eater Group, bukan sekadar organisasi kriminal, tapi jaringan global yang memanfaatkan teknologi untuk mengendalikan pemerintahan, ekonomi, bahkan militer.
Raven menatap layar dengan wajah tegang. "Kalau ini benar, Death Eater bukan sekadar kelompok kriminal. Mereka semacam bayangan kotor di dunia."
Elias memandangi nama dalam dokumen-dokumen itu, dan salah satu nama membuat napasnya tercekat.
Edward Adams.
Raven menatap tajam. "Jadi dia benar-benar bagian dari Death Eater."
Elias mengepalkan tangannya, rahangnya menegang. "Dan dia tahu Darian menyusup ke mereka."
"Yang berarti ...," Raven melanjutkan dengan suara pelan, "Edward mungkin salah satu orang yang memerintahkan pembunuhan Darian."
Ruangan itu mendadak terasa dingin.
Elias tak bergerak. Hanya matanya yang menatap layar, membiarkan kata-kata itu menggema di kepalanya.
Enam tahun. Enam tahun ia menelan kebohongan polisi, menutup rasa bersalah, dan berusaha melupakan masa lalu. Dan kini, semua kembali, bersama rasa marah yang jauh lebih dalam dari sebelumnya.
"Raven," katanya perlahan, suaranya bergetar, "aku akan menuntut mereka satu per satu. Semua orang yang terlibat dalam pembunuhan Darian. Termasuk Edward. Jika hukum tidak bisa, biarlah tanganku penuh darah kali ini."
Raven menatapnya, tahu bahwa kalimat itu bukan sekadar ancaman. Itu sumpah.
Namun sebelum mereka sempat melanjutkan analisis, tiba-tiba lampu motel berkedip. Komputer berdering pelan, tanda serangan digital masuk. Raven segera menutup koneksi, namun tidak cukup cepat.
Layar berubah menjadi hitam, lalu muncul simbol tengkorak. Tulisan merah darah perlahan terbentuk di tengah layar.
'Kau seharusnya tidak membuka ini'
Raven menelan ludah. "Mereka tahu kita membuka file-nya!"
"Cabut semua koneksi!" Elias berdiri, menyambar drive dari port USB. Tapi bahkan setelah kabel tercabut, simbol itu tetap menyala di layar, seolah-olah file itu hidup.
Lalu layar kembali mati.
Keheningan mencekam menyelimuti ruangan. Di luar, hujan turun perlahan, membasahi jendela motel.
Elias menatap drive di tangannya, wajahnya pucat namun matanya penuh tekad. "Mereka masih memantau. Berarti data ini belum lengkap. Masih ada bagian yang disembunyikan Darian."
"Dan hanya dia yang tahu di mana bagian itu," sambung Raven pelan. Ia menatap sahabatnya. "Atau seseorang yang Darian percayai."
Elias terdiam. Bayangan wajah kakaknya kembali muncul di benaknya, senyum tenang, tatapan yang dalam.
Sampai telepon masuk di ponsel Elias membuat mereka berdua kalang kabut.
"Lari dari tempat itu sekarang juga! Bersembunyi dan jangan gunakan mobil yang sama!" seru Chiper dari seberang telepon.
Dan saat itulah, baik Elias dan Raven langsung seperti orang kebakaran jenggot. Bahaya mendekati mereka.
antara kasian n seneng liat ekspresi Rubi.
kasian karena d bohongin kondisi Elias,seneng karena akhirnya Elias tau siapa Rubi sebenarnya.
😄
hemmmm....kira kira Ruby mo di kasih
" HADIAH ' apa ya sama Elias....😁🔥
tapi tak kirain tadi Elies pura² terluka ternyata enggak 😁
Elias tau Rubi adalah chiper,,hm
apa yg akan Rubi katakan setelah ini semua
Rubiiii tolong jujurlah sama Elias,apa susahnya sh.
biar xan jadi punya planning lebih untuk menghadapi si adams family itu,,hadeeeh
syusah banget sh Rubi 🥺
makin penasaran dgn lanjutannya