Ingin berbuat baik, Fiola Ningrum menggantikan sahabatnya membersihkan apartemen. Malah menjadi malam kelam dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Kesuciannya direnggut oleh Prabu Mahendra, pemilik apartemen. Masalah semakin rumit ketika ia dijemput paksa orang tua untuk dijodohkan, nyatanya Fiola sedang hamil.
“Uang yang akan kamu terima adalah bentuk tanggung jawab, jangan berharap yang lain.” == Prabu Mahendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Bertemu (1)
“Saya sudah atur lagi pertemuan dengan PT. X . Semua sudah siap tinggal eksekusi,” jelas Gama dengan posisi berdiri.
Prabu mendengarkan sambil menikmati makan siangnya. Tidak menjawab dan tidak menoleh. Sampai akhirnya ia meletakan sendok dan garpu lalu meneguk air dan menyeka bibir dengan tisu.
“Lalu?”
“Gadis semalam bernama Fiola,” lanjut Gama.
“Aku sudah tahu. Kamu hanya dapat informasi itu saja.”
Mendapatkan tatapan tajam seakan menusuk dari atasannya, membuat Gama berdehem pelan. Sepertinya Prabu masih emosi dengan apa yang terjadi semalam, karena salahnya tidak mengantisipasi kemungkinan tersebut hingga membuat kekacauan.
“Kompetensimu mulai melemah, sepertinya aku perlu mencari asisten baru. Bagaimana menurutmu?”
“Tidak pak, tidak akan terjadi lagi,” sahut Gama. “Nama gadis itu Fiola Ningrum, rekan kerja juga sahabat Maya. Kemarin Maya tidak bisa bekerja karena ada keperluan ke luar kota lalu digantikan dengan Fiola,” tutur Gama.
“Hm.”
Prabu bersedekap masih menatap Gama, kali ini dengan raut wajah datar.
“Dari rekaman CCTV terlihat kalau Fiola tertidur di sana.” Gama menunjuk sofa di ruang tengah dekat buffet dan televisi. “Lalu terbangun dan ….”
“Cukup.” Prabu memotong ucapan Gama. “Tunggu sampai dia menemui atau menghubungiku. Dia pasti meminta bayaran, kompensasi atau apalah itu. Siapkan saja dan berikan. Tidak mungkin dia menyia-nyiakan kesempatan untuk mendapatkan uang. Selama jumlahnya masih masuk akal, kabulkan saja. Aku sudah mengambil kesuciannya. Jangan sampai dia menimbulkan masalah di masa depan.”
“Tapi ….”
“Pergilah!” usir Prabu lalu beranjak menuju kamarnya.
Gama menghela nafas. Awalnya ia sudah merencanakan pertemuan untuk bicara serius dengan Fiola, Prabu dan pengacaranya untuk menyelesaikan masalah ini. Namun, Prabu sudah memutuskan sepihak dengan materi.
***
Beberapa hari berlalu, tapi belum ada Ola atau perwakilannya menghubungi Prabu atau Gama. Tentu saja ini menjadi tanda tanya, khawatir akan menjadi bom waktu yang bisa meledak kapan saja. Bagaimana pun kejadian malam itu antara Prabu dan Ola adalah skandal.
Prabu melempar dokumen yang sedang dia baca ke atas meja lalu beranjak dan berdiri menatap keluar jendela besar yang berada tidak jauh dari kursi kerjanya. Banyak tanya di benaknya, karena perempuan itu belum menghubungi apalagi menunjukan wajahnya untuk meminta ganti rugi.
“Apa dia tidak merasa rugi, aku sudah ….” Prabu terdiam lalu mengusap kasar wajahnya mengingat adegan malam itu. Setiap ia mengingat, seakan kembali merasakan hasrat dan berhasil membuatnya sakit kepala.
“Shittt,” umpat Prabu lalu menggeleng pelan berusaha mengenyahkan bayang-bayang wajah Fiola.
“Pak,” panggil seseorang.
Prabu hanya berdehem menjawab Gama.
“Setelah makan siang, pertemuan dengan PT X.”
Rasanya ingin kembali mengumpat bahkan kalau perlu ia tugaskan orang untuk menghajar perwakilan PT X yang sudah membuat ia melakukan adegan dewasa dengan Fiola. Lagi-lagi ia mengingat Fiola.
“Aku tahu. Tadi pagi kamu sudah ingatkan, sekalian saja kamu pasang banner atau baliho lengkap dengan informasi kita sudah dibodohi.”
Gama tidak menjawab, sudah biasa dengan sikap Prabu yang tegas, cuek, arogan dan kadang kalimat yang keluar dari mulutnya tajam bagai silet.
“Apa dia sudah menghubungi?” tanya Prabu masih menatap keluar jendela.
“Sudah, tempat pertemuan kali ini mereka yang menentukan. Jangan khawatir, saya sudah pastikan semua aman dan rencana mereka tidak akan berhasil,” jawab Gama. Padahal dari kalimatnya jelas ia sudah berusaha untuk mengamankan situasi Prabu, tapi malah dijawab dengan decakan.
“Maksud aku Fiola.”
“Oh, kalau itu … belum ada pak,” sahut Gama. “Untuk masalah ini saya tidak berani inisiatif tanpa persetujuan Bapak,” ujar Gama lirih.
Prabu kembali duduk di kursi kebesarannya dan menggerakan jarinya ke atas meja. Terdiam karena sedang berpikir. Gama benar, ia tidak boleh salah sangka apalagi salah langkah. Bisa-bisa masalah ini jadi bumerang.
“Apa perlu saya temui nona Fiola?”
“Jangan. Selidiki dulu, jangan langsung ditemui. Jangan-jangan dia sudah punya rencana.” Prabu kembali fokus dengan pekerjaan dan menunda sementara masalah skandalnya dengan gadis bernama Fiola Ningrum.
Sementara di tempat berbeda, tepatnya di kamar kost Ola. Beranjak malas dari ranjang dan menyeret kakinya untuk membuka pintu. Ketukan tidak sabar lebih mirip dengan gedoran, siapa lagi yang berani melakukan itu kalau bukan Maya.
“Lama amat sih. Lagi bok3r apa semaput, gue udah lumutan di depan pintu.”
“Lebay,” sahut Ola lalu kembali menuju ranjang dan merebah di sana setelah mematikan televisi.
“Lo kenapa? Tampang kayak orang sakit gini.” Maya duduk di karpet dan bersandar ke sisi ranjang.
“Nggak pa-pa, lagi mager aja.”
“Gaya lo mager. Katanya mau rajin cari duit biar bisa bayar kuliah terus lulus, cari kerja yang lebih baik, nikah sama pemilik perusahaan biar garis hidup tujuh turunan berubah drastis.”
“Emang gue males-malesan. Nggak ‘kan?” kali ini Ola berbaring miring membelakangi Maya.
“Lo kenapa sih, pasti ada masalah. Tumben amat nggak cerita.”
“Masalah apa, nggak ada tuh.” Ola ragu untuk menceritakan kejadian malam itu di apartemen majikan sahabatnya.
“Nggak ada masalah, tapi nggak pernah kelihatan di unit. Di telpon juga nggak mau jawab, di chat balesnya pendek-pendek.”
“Lagi mager, terus gue banyak tugas kuliah.”
Maya beranjak duduk di ranjang dan menepuk bok0ng Ola.
“Aduh, apaan sih. Sakit tahu.” Ola berbalik sambil mengusap area yang dipukul Maya.
“Lo lagi galau ya. Siapa yang nembak duluan? Denis si security apa Om Arta yang ganteng?”
“Ngaco,” ucap Ola lalu kembali memunggungi Maya.
“Eh, serius. Lo ditembak salah satu dari mereka? Terus gimana? Mending sama Arta aja, udah cakep kaya opa-opa pemain drakor. Tajir pula. Kalau Denis, masa depan lo bakal begini-begini aja.”
Ola menghela nafasnya. Setelah kejadian malam itu, ia belum datang ke apartemen. Kebetulan majikannya sedang keluar kota dan dia izin untuk tidak datang. Entah masa depannya akan seperti apa, ia sudah rusak. Mana ada pria baik yang mau menerima kondisinya.
“Jadi mau pilih yang mana?” tanya Maya masih penasaran.
“Nggak ada May, bukan mereka.”
“Yang seumuran tapi hidup pas-pasan, nggak diterima. Yang tajir dan tampang oke, juga lewat. Terus lo mau yang mana?”
Ola diam saja, enggan mengomentari ocehan dan pertanyaan Maya.
“Atau mau sama yang dewasa, pengalaman dan cool kayak majikan gue? Prabu Mahendra, lebih ganteng dari Arta dan Denis. Tajir sudah pasti. Gimana, mau?” tanya Maya.
Mendadak hatinya teriris mendengar candaan Maya. Kedua matanya pun mengembun. Tidak bisa membayangkan akan berjodoh dengan Prabu, sedangkan pria itu sudah menodainya. “Apaan sih, nggak jelas.” Ola membenamkan wajahnya ke bantal, tidak ingin kesedihannya tampak oleh orang lain.
Maya terbahak dan kembali menggoda Ola.
“Gue jamin Pak Prabu nggak tertarik sama isi rekening dan saldo pay later punya lo, nggak kayak mantan gue yang busuk itu.”
Maya menatap sekeliling kamar Ola yang sempit, mencari makanan.
“La, gue laper. Lo nggak ada makanan?”
Ola menjawab dengan gelengan pelan.
“Lo udah makan belum?”
Lagi-lagi dijawab dengan menggeleng.
“Ampun dah, pantesan aja badan lo ramping. Jarang makan. Kita pesan online aja ya.” Maya pun mengeluarkan ponsel dari tasnya. “Lo pesen apa?”
“Juice aja, jangan pake gula.” jawab Ola sudah berganti posisi menjadi duduk dan kembali menghidupkan televisi.
Maya tiba-tiba terdiam menatap layar ponsel dan mengernyitkan dahi.
“Ola,” ujarnya.
“Hm.”
“Mas Gama, chat gue,” ucap Maya masih dengan wajah tegang.
“Gama siapa? Gebetan baru?” tanya Ola sudah turun dari ranjang menuju meja dan mengambil gelas.
“Asisten Pak Prabu, dia minta ketemu. Kenapa ya, apa kita ketahuan kalau lo pernah gantiin gue.”
Prank.
“Ola!”
crazy up thor semangat"
anak kandung disiksa gak karuan ehh anak tiri aja disayang² gilakk
kalo maya pindah nanti sepi
. kasian a' gama kn gak ada gandenganya wk wk wk