NovelToon NovelToon
Pembalasan Dendam Sang Tumbal

Pembalasan Dendam Sang Tumbal

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Mata Batin / Kutukan / Hantu / Tumbal
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Melati, mantan atlet bola pingpong, menjadi tersangka pembunuhan sepupunya sendiri yang adalah lawan terakhirnya dalam turnamen piala walikota. Setelah keluar dari tahanan, ia dibantu teman baiknya, Aryo, berusaha menemukan pelaku pembunuhan yang sebenarnya.

Namun ternyata Melati bukan hanya menghadapi licik dan bengisnya manusia, namun juga harus berurusan dengan hal-hal gaib diluar nalarnya.

"Dia, arwah penuh dendam itu selalu bersamamu, mengikuti dan menjagamu, mungkin. Tapi jika dendamnya tak segera diselesaikan, dibatas waktu yang ditentukan alam, dendam akan berubah menjadi kekuatan hitam, dia bisa menelanmu, dan mengambil kehidupanmu!" seru nenek itu.

"Di-dia mengikutiku?!" pekik Melati terkejut.

Benarkah Aryo membantu Melati dengan niat yang tulus?
Lalu, siapa pelaku yang telah tega menjejalkan bola pingpong ke dalam tenggorokan sepupunya hingga membuatnya sesak napas dan akhirnya meninggal?

Mari berimajinasi bersama, jika anda penasaran, silahkan dibaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Petunjuk yang Samar.

Dua jam cukup bagi Melati untuk mengisi sesi latihan bagi para siswa dari cabang  bola pingpong. 

"Kakak rasa cukup ya, yang harus kalian perhatikan saat saat bertanding, bukan hanya tujuan untuk sekedar unggul dan menang, tapi menjunjung tinggi sportifitas dan mempelajari teknik bermain lawan, hingga berhasil menemukan kelemahannya, itulah pemenang sejati!" pesan singkat dari Melati saat ia mengevaluasi latihan hari itu.

Siswa-siswa yang mendengarkan pesan Melati tampak terinspirasi dan termotivasi. Mereka mengangguk serempak, menunjukkan keseriusan mereka dalam menyerap setiap kata-kata Melati. "Terima kasih, Kak," ucap mereka serentak, sebelum Melati memberi aba-aba untuk membubarkan diri.

Setelah sesi latihan selesai, Melati merasa puas dengan kemajuan siswa-siswanya. Dia mengumpulkan peralatan latihan dan berencana untuk kembali ke ruang pengajar untuk mempersiapkan materi latihan hari berikutnya. Namun, saat dia berjalan menuju ruang pengajar, dia tidak kembali teringat akan Mika.

Melati memutuskan untuk kembali melihat Mika di UKS. 'Hm, dia masih terlelap dibawah pengaruh obat di sini,' gumamnya dalam hati setelah melongok ke dalam bilik UKS. 

"Tapi dimana dokter itu?" monolognya kemudian saat tak mendapati Dokter Nita di ruangan itu. "Bukankah dia tadi bilang akan menjaga Mika?" imbuhnya mulai ada rasa kesal bercampur curiga. 

Melati berdiri di dekat jendela di samping meja kerja sang dokter, dimana dari tempat itu, ia bisa melihat hampir setiap sudut  penting di sekolah itu.

"Hanya ruangan ini saja yang memiliki jendela selebar ini, jendela yang hanya bisa melihat dari satu sisi. Kira-kira untuk apa seorang dokter membutuhkan jendela sebesar ini di samping mejanya, selain agar ruangan ini selalu terang." lirihnya berpikir sambil mengawasi para siswa yang berlalu lalang.

Kemudian pintu UKS pun terbuka, seseorang melongok dari ambang pintu. "Melati, kamu disana, maaf tadi aku melihatmu masuk ke ruangan ini, aku memanggilmu, tapi kau sepertinya tak mendengarnya." ucap Adit masih berdiri di ambang pintu. 

"Ya, Pak Adit, ada apa?" sahut Melati kemudian berjalan mendekati staf itu.

"Aku tadi lupa memberitahumu, jika selesai mengisi lembar evaluasi siswa terkait kegiatan latihan yang kamu ajarkan, di hari yang sama, jangan lupa serahkan itu ke bagian kesiswaan ya, di mejaku."

"Oh, begitu. Ini sudah selesai, Pak."

"Kalau begitu aku minta saja, biar bisa kusimpan. Jika suatu saat kamu membutuhkannya, kamu bisa memintanya padaku."

"Baik, Pak." jawab Melati singkat seraya menyerahkan beberapa lembar kertas yang diminta oleh staf itu.

Adit menerima lembar evaluasi dari Melati dan memasukkannya ke dalam map yang dipegangnya. "Terima kasih, Melati. Kamu memang sangat profesional dalam melakukan tugasmu," puji Adit dengan senyuman.

Melati balas tersenyum.  "Terima kasih, Pak. Saya hanya melakukan tugas saya," jawabnya singkat.

“Oh, ya kamu butuh sesuatu, atau kamu kurang sehat? Dokter Nita baru di ruang kepala sekolah, tunggulah sejenak, atau perlukah kupanggilkan?” tanya Adit kemudian, seraya memperhatikan melati. Ada nada khawatir terdengar dalam ucapannya.

Melati menggeleng kecil tetap dengan senyum hangatnya. “Ah, saya baik-baik saja, Pak. Saya cuma datang untuk melihat Mika,” terangnya sambil menunjuk ke salah satu bilik tempat Mika terbaring. 

Semua bilik tertutup tirai pembatas, hingga membuat Adit yang hanya berdiri di ambang pintu, tidak bisa melihatnya. “Oh, begitu.”

Selesai dengan tujuannya, Adit pun meninggalkan Melati untuk melanjutkan pekerjaannya yang lain. Sementara Melati berdiri di lobi depan UKS itu, menatap lurus ke arah ruang kepala sekolah. 

“Aku harus kesana, setidaknya hanya untuk bertanya kenapa Dokter Nita meninggalkan pasiennya sendirian!” tekad Melati kemudian berjalan tegas menuju ke ruang kepala sekolah. 

Benar saja, sesampai di depan kantor kepala sekolah, ia mendengar keributan kecil, nun tak begitu jelas. Melati berusaha menajamkan pendengarannya, ia sedikit mendekatkan wajahnya pada daun pintu yang tertutup rapat itu. 

“Jangan takut, biar kubantu buka, mereka terkadang memang berselisih pendapat, tapi bukan pertengkaran serius.” 

Tanpa Melati duga, Adit telah berdiri di belakangnya, dan justru mengetuk cepat pintu  itu, dan membukanya tanpa menunggu dipersilahkan dari yang empunya ruangan. 

Melati terkejut, menatap Adit dengan ekspresi campur aduk. “Pak Adit….” lirihnya mengambang. 

"Kalian jangan sering bertengkar, anak baru ini bisa salah paham!" teriak Adit melongok ke dalam ruangan, lalu pergi begitu saja.

Melati berdiri masih berdiri canggung, karena otomatis, ia langsung terlihat jelas berdiri tepat di ambang pintu, menerima tatapan tajam dari dalam ruangan. 

"Maaf, saya pikir saya tiba di waktu yang tidak tepat," pamit Melati merasa sungkan, meski sebenarnya ia sangat ingin tahu tentang percakapan serius ketiga orang itu.

Melati melangkah mundur, berpura-pura ingin meninggalkan ruangan itu. 'Pak Adit sialan! Bagaimana dia bisa selalu ada di semua tempat? Bukankah dia tadi berjalan ke arah yang berbeda!' gerutu Melati dalam hati.

Melihat Melati berdiri takut, Pak Banu kembali teringat pada ucapan sang ibu, lalu bangkit memanggil Melati. "Ah, ini hanya percakapan biasa, kami sedikit berbeda pendapat tentang sesuatu. Sita, bisakah kami meminta pendapatmu?" bohong pak Banu.

Melati berhenti melangkah mundur, lalu kembali ke arah Pak Banu dengan sedikit rasa penasaran. "Tentu, Pak. Apa yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan senyum.

Pak Banu tersenyum kembali, "Kami sedang membahas tentang acara sambutan untukmu sebagai pelatih baru. Kami ingin membuat acara yang spesial, dan aku ingin mendengar pendapatmu tentang ide-ide yang sudah kita diskusikan."

Melati memperhatikan ketiga orang itu, masih bisa merasakan ketegangan di udara. Namun, dia tidak ingin memperpanjang situasi yang tidak nyaman, jadi dia memutuskan untuk bermain aman.

"Saya rasa ide makan malam di rumah Pak Kepala Sekolah sudah bagus. Saya yakin akan menjadi kesempatan yang baik untuk mengenal lebih dekat dengan staf dan guru-guru lainnya," kata Melati dengan nada yang sebisa mungkin terdengar santai meski ia sedang menahan degup jantung yang tak bisa pelan.

"Nah, kalian dengarkan, Sita tidak ingin disambut dengan terlalu meriah," ujar pak Banu menatap penuh makna pada dua stafnya yang duduk bersedekap, membalasnya dengan tatapan jengah.

"Maafkan kami, Sita. Sejak tadi kami hanya mendebatkan soal sepele. Ah, bagaimana hari ini, latihan anak-anak berjalan lancar kan?" celoteh Banu lagi berusaha mengalihkan perhatian Melati.

"Aku harus kembali ke UKS!" tukas Dokter Nita bergegas bangkit tanpa peduli dengan keberadaan Sita, maupun ucapan sang kepala sekolah.

Pelatih Man pun menyusul bangkit, "Aku harus ke stadion untuk memastikan sesuatu."

Melati memperhatikan Dokter Nita dan Pelatih Man yang bergegas meninggalkan ruangan, ada keanehan yang menggantung sangat jelas.

"Ya, latihan hari ini berjalan lancar, Pak," jawab Melati, mencoba untuk tetap fokus pada percakapan dengan Pak Banu.

Pak Banu tersenyum, "Bagus, bagus. Aku senang mendengarnya. Sita, aku harap kamu bisa membuat tim pingpong sekolah ini menjadi yang terbaik."

Melati mengangguk, "Saya akan berusaha sebaik mungkin, Pak."

Setelah beberapa saat, Pak Banu akhirnya mengizinkan Melati untuk pergi, dan Melati meninggalkan ruangan dengan perasaan yang masih penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi di sekolah ini. Dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Pak Banu dan staf lainnya.

"Stadion, untuk apa pelatih bola pingpong mengunjungi stadion bukannya ke gedung olahraga?" pikir Melati seraya berjalan kembali ke mejanya di ruang pengajar.

Melati melirik jam tangannya, ia menghentikan langkah tepat di depan mejanya, ia kembali teringat dengan sikap aneh yang ditunjukkan pelatih Man dan dokter Nita.

'Dua puluh menit, aku rasa akan cukup untuk melihat ke stadion!' pikirnya saat terbersit sebuah kemungkinan buruk.

"Hal pertama yang harus kulakukan adalah melihat siswi itu, Mika!"

Melati bergerak secepat mungkin. Pertama ia melihat ke UKS, namun tempat itu kosong, Mika sudah tak ada lagi di sana, bahkan dokter Nita juga.

Lalu Melati bergerak cepat menuju ruang latihan dan ke beberapa ruangan lainnya, termasuk ruang kelas, namun tak mendapati Mika dimanapun.

...****************...

Bersambung

1
❤️⃟Wᵃf_Yuli a
waduuuuh..... piye iki...???
mika digondol PK man... 🤣🤣🏃🏃🏃
Ai Emy Ningrum: air es ato air mata 👀
total 5 replies
❤️⃟Wᵃf_Yuli a
maaf saya tidak mendengar bnyk... cuma tau doang apa yang kalian bahas..🤣🤣🤣🏃🏃🏃🏃
Ai Emy Ningrum: ya harus nya gitu 😋
total 3 replies
❤️⃟Wᵃf_Yuli a
dokternya aneh bngt ya. semua orang mencurigakan nggak sih...
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅☕: lhoo kok aq
total 4 replies
❤️⃟Wᵃf_Yuli a
sebenernya kepala sekolah baik atau enggak..?
❤️⃟Wᵃf_Yuli a
makin penasaran... lanjut pk othor...
❤️⃟Wᵃf_Yuli a
Aryo sebenarnya baik gak sih .😄
❤️⃟Wᵃf_Yuli a
kenapa sih.. pemuda ini../Scare/
❤️⃟Wᵃf_Yuli a
kenapa tuh cowok ya..? kok aneh. 🤭
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅☕
lhaaa mika kmn coba

ahh semua masih misteri deh
💜⃞⃟𝓛 ☘𝓡𝓳❤️⃟Wᵃf•§͜¢•🍒⃞⃟🦅☕: @Ai Emy Ningrum yoo kipasan too bermdam dang
total 6 replies
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
wo'o.. kalian ketahuan... wkwkwkwkwkwk...
ayo melati.. akting yg bagus y..
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
suntik bius kali y.. biar mika nggak ngoceh kesan kemari.. kasihan sekali kau mik... mau jadi tumbal..
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
lah.. alah... niat menolong malah dituduh-tuduh... males banget mel....
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
sebenarnya gimana ini ya... kok si pemuda juga baik.. trus siapa yang jahat ya..
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
sebenarnya gimana ini ya... kok si pemuda juga baik.. trus siapa yang jahat ya..
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
Laila kok gitu sih...🤣🤣
Ai Emy Ningrum: Laila knp siih gituh mulu 🙄😙
total 5 replies
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
kok nggak tau sih Laila....
Ai Emy Ningrum: Laila tau nggak kok sih 😳
total 3 replies
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
maksudnya nenek si Laila kan.. dendam laila
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
piye Iki Yo... makin kesini kok makin kesana...🚶🚶🚶
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳: wkwkwkwkwkwk...😙 laper .
total 4 replies
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
piye Iki Yo... makin kesini makin kesono
Ai Emy Ningrum: gak usah gmn 🙄🤔🤔
total 5 replies
❤️⃟Wᵃf~YULIA🏡s⃝ᴿ☘𝓡𝓳
GK baca 3 hari aja dh ketinggalan jauh..🚶🚶🚶
Ai Emy Ningrum: biasane udh bgituh mah suka mles baca 😹 baca dikit2 ditinggal terus lg
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!