Aura Mejalani hubungan dengan kekasihnya selama dua tahun, dan mereka sudah merencanakan sebuah pertunangan, namun siapa sangka jika Aura justru melihat sang kekasih sedang berciuman di bandara dengan sahabatnya sendiri. Aura yang marah memiliki dendam, gadis 23 tahun itu memilih menggunakan calon ayah mertuanya untuk membalaskan dendamnya. Lalu apakah Aura akan terjebak dengan permainannya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Selera kamu ternyata daun muda Mas, pantas saja kamu menolak perjodohan kita,"
Deg
Aura meremas kedua tangannya di bawah meja, jadi wanita didepanya ini adalah wanita yang pernah dijodohkan dengan Haikal.
Melihat ketegangan di wajah Aura secara halus, Haikal perlahan mengulurkan tangannya dan menggenggamnya di bawah meja dengan lembut.
"Bukan hanya karena dia daun muda, tapi karena aku sudah memilihnya lebih dulu."
Bukan hanya Vina dan pak Haryo yang bingung, Aura jauh lebih bingung dengan apa yang Haikal katakan.
"Maksud kamu Mas?"
Aura bergantian menatap wanita yang sejak tadi banyak bicara, ia agak terganggu dengan panggilan 'Mas' pada Haikal.
'Kenapa dia begitu mesra panggil laki orang,' Batin Aura jengkel.
"Vina sudah, kamu terlalu banyak bertanya membuat nak Haikal tak nyaman!" Tegur Tuan Haryo.
Vina mendengus, ia benar-benar penasaran dengan ucapan Haikal barusan.
Usia Vina memang sudah tak muda ia termasuk wanita sudah cukup umur untuk berumah tangga, karena karir dan banyak pemilik pria yang akhirnya membuat Vina tak menikah-nikah, dan saat menyukai sosok pria seperti Haikal justru dirinya yang ditolak bukan sebaliknya yang sudah sering Vina lakukan. Namun tanpa rasa putus asa Vina masih mengharap Haikal menjadi miliknya.
*
*
Sepanjang perjalanan pulang sampai apartemen Aura banyak diam dan hanya sesekali bicara jika mendapat kesempatan. Gadis itu masih memikirkan ucapan Haikal yang membuatnya banyak berfikir.
Sampainya di apartemen Aura hendak masuk namun pria dibelakangnya selalu mengekor.
"Om, aku mau istirahat!" Katanya dengan nada sedikit kesal dan ketus.
Haikal mengerutkan keningnya dengan alis terangkat sebelah.
"Kamu marah?" Tanya Haikal yang mendengar nada bicara Aura berbeda.
Wajahnya juga sejak tadi ditekuk macam cucian habis diperas.
"Marah untuk apa," jawabnya dengan cuek dan berpaling.
Aura tersenyum masam dengan perasaanya sendiri yang tak biasa.
"Hey.. apa kamu lagi PMS?"
Aura membelalakkan matanya lebar, dari mana Haikal tahu tentang PmS, padahal pria ini bujang lapuk.
"Auk ah...!" Aura langsung masuk tanpa memberi kesempatan untuk Haikal, Aura langsung menutup pintu dengan cepat tepat didepan wajah Haikal yang tertegun.
"Kenapa dia marah-marah, apa dia benar-benar sedang datang tamu," pikir Haikal sambil menggaruk keningnya pelan.
"Dasar Om-om genit," kesal Aura mengingat bagaimana Haikal menanggapi ucapan Vina yang tak berfaedah, membahas hal yang menurut Aura sangat memuakkan.
Aura mengambil botol air dingin dan meminumnya hingga tandas, berharap bisa mengurangi rasa panas dalam dirinya yang mendadak gerah.
*
*
Di apartemen Lisa, Mario sejak tadi hanya duduk tanpa melakukan apapun, Lisa yang baru saja selesai membersihkan diri justru kesal dibuatnya. Mario sengaja datang ketempatnya bekerja, tapi pria itu datang hanya untuk mencari Aura. Beruntung Mario tak bertemu, tapi tetap saja membuatnya kesal.
"Kamu ngak mandi," Ucap Lisa yang sudah duduk disisi Mario.
Lisa sudah terbiasa berpakaian seksi jika ada Mario, jadi saat ini ia hanya menggunakan dress pajang sepaha dengan tali kecil yang menggantung di pundak, bahkan tonjolan kecil dibalik kain tipis itu menerawang.
Mario tak bergeming, justru mencium aroma wangi tubuh Lisa membuatnya darahnya berdesir. Beberapa hari Mario seperti kehilangan semangat untuk beraktifitas, ia tidak ke kantor tak pula pulang kerumah ayahnya, Mario belum bisa menerima kenyataan jika ayahnya benar-benar memiliki hubungan dengan mantan kekasihnya itu.
Melihat rambut setengah basah Lisa dan paha putih mulus itu terpampang membuat diri Mario yang layu kini justru bergairah.
"Kenapa kamu menatap ku seperti itu," Kata Lisa dengan tatapan kesal.
Pasalnya Mario tak mau membujuknya, padahal sejak tadi Lisa selalu memasang wajah masam setelah kejadian di kantor.
Tapi kali ini Mario tak benar-benar peka apa yang Lisa inginkan.
"Mario bagaimana kalau menemui Papa mu bersama kerumahnya lusa, aku yakin papamu pasti sudah tidak marah lagi," Kata Lisa yang memilih membahas masalah Mario dan ayahnya.
Lisa segera ingin Mario mendapatkan pengesahan di kantor, agar dirinya semakin bisa membuat Aura menyesal.
"Emm, lusa ya." katanya sambil memajukan wajahnya dan mencium aroma wangi rambut Lisa.
"Ya, aku akan membuatkan sesuatu untuk papamu.. kira-kira dia menyukai makanan apa?" Tanya Lisa antusias.
Selain harus megambil hati anaknya, bukankah Lisa juga harus megambil hati papamu mertuanya. Agar dirinya menjadi calon menantu idaman.
"Apa saja, aku menyukainya semua," gumam Mario dengan suara beratnya.
Sehari saja tidak meng-chager rasanya Mario seperti ada yang kurang, setiap hari mereka bercinta bahkan sampai berkali-kali demi hasrat bi*nak keduanya.
Lisa menelan ludah saat tatapan Mario berubah, dan tentu saja Lisa tahu apa yang sedang di inginkan kekasihnya itu.
'Jika aku mendapatkan anak, hubungan kami pasti akan sangat baik,' Batin Lisa dengan seringai tipis disudut bibirnya.
Lisa pun memajukan wajahnya untuk meyambut bibir Mario, keduanya kambali memadu kasih yang tak pernah bosan untuk dilakukan. Keduanya sudah seperti akan haus se*x yang mana tak membuat keduanya akan puas dalam sekali waktu.
Jika keduanya sedang memadu kasih lain halnya dengan wanita yang berada di kediaman Haryono. Sejak pulang setelah bertemu Haikal wanita itu tampak terus merengek pada ayahnya.
"Ayah... bagaimana kalau ayah gunakan kekuasaan ayah..aku yakin Mas Haikal akan memilih mempertahankan yang sudah ia bangun dengan susah payah dari pada gadis itu." Ucap Vina yang sejak tadi tak henti berbicara tentang Haikal.
Pak Haryo sampai memijat kepalanya yang terasa pusing, Vina adalah putri satu-satunya, terbiasa hidup mewah dan dipenuhi kasih sayang dalam kemanjaan membuat wanita itu terkadang egois dan tak tahu malu.
"Vina, ayah tidak bisa melakukan itu.. kamu tahu sendiri saham ayah saja lebih sedikit dari milik Haikal," tuturnya dengan frustasi.
Tentu saja frustasi, pak Haryo tak bisa mungkin melawan Haikal yang kekuatan bisnisnya diatas miliknya, bisa-bisa bisnisnya yang akan hancur sebelum dia berhasil membuat Haikal goyah.
"Ayah ngak sayang aku!" Pekik Vina langsung beranjak pergi dengan kemarahan.
Vina memang tubuh remaja tanpa sosok ibu, hingga sampai saat ini wanita itu seperti kehilangan sosok kasih sayang seorang ibu, yang mana pak Haryo hanya melimpahi Vina dengan materi tanpa berusaha bersusah payah, terlalu dimanja.
"Kamu tidak tahu, seperti apa Haikal Vina..air yang tampak terlihat tenang akan keruh jika diusik." Batin pak Haryo yang pasrah harus membujuk Vina.
Malam hari Aura memilih untuk memasak mie instan yang sangat menggoda bagi Aura. Sudah lama ia tak menikmati makan murah namun disukai sejuta umat ini.
"Mie rebus dengan dua telur," gumam Aura sambil menyesap lidahnya sendiri karena sudah tak sabar untuk menikmati mie kuah itu.
Saat akan menyantap mie dengan segala keinginan yang tak tertahan, tiba-tiba bel apartemen berbunyi membuat Aura mendengar kesal.
"Jangan bilang dia Om Haikal," Gumamnya yang terlihat kesal.
Tapi biarpun kesal Aura tetap membukakan pintu, karena password yang pertama diketahui Haikal sudah ia ganti tadi. biarkan saja, itu protesnya kalau sedang merajuk.
Ceklek
"Surprise...!!"
Aura begitu terkejut sampai tubuhnya terhuyung belakang dengan wajah tegang.
'Apa-apaan ini,'