NovelToon NovelToon
Pembalasan Anak Korban Pelakor

Pembalasan Anak Korban Pelakor

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Cerai / Keluarga / Balas Dendam
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Tiga Dara

"Aku akan menghancurkan semua yang dia hancurkan hari ini."
Begitulah sumpah yang terucap dari bibir Primordia, yang biasa dipanggil Prima, di depan makam ibunya. Prima siang itu, ditengah hujan lebat menangis bersimpuh di depan gundukan tanah yang masih merah, tempat pembaringan terakhir ibunya, Asri Amarta, yang meninggal terkena serangan jantung. Betapa tidak, rumah tangga yang sudah ia bangun lebih dari 17 tahun harus hancur gara-gara perempuan ambisius, yang tak hanya merebut ayahnya dari tangan ibunya, tetapi juga mengambil seluruh aset yang mereka miliki.
Prima, dengan kebencian yang bergemuruh di dalam dadanya, bertekad menguatkan diri untuk bangkit dan membalaskan dendamnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiga Dara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Semua Dikecewakan Pramudya

Nyonya Julia terkejut melihat siapa yang berada di depan pintu apartemennya. Terlebih lagi laki-laki itu datang untuk mencari Pramudya. Sementara ia merasa tidak pernah memberitahu siapapun tentang Pramudya.

"Siapa kamu?"

"Nyonya tidak perlu tahu siapa saya. Saya datang ke sini hanya untuk mencari Tuan Pramudya."

"Tidak ada. Orang yang kamu cari tidak ada di sini."

"Nyonya, saya harap Nyonya bisa bekerja sama dengan baik. Saya hanya butuh bertemu dengan Tuan Pram dan saya tidak akan membuat keributan di sini."

"Memangnya kamu siapa? Lancang sekali menyuruh saya?"

"Tuan Pramudya! Tolong keluar!"

Tak menghiraukan amarah Nyonya Julia, Pak Yusuf berteriak memanggil Pramudya. Iya mengarahkan suaranya ke dalam apartemen Nyonya Julia.

"Cukup!! Jangan buat keributan di apartemen saya atau saya panggilkan security!"

"Silahkan Nyonya panggil security. Dengan begitu semua orang akan tahu siapa Anda yang sebenarnya."

Nyonya Julia meradang menatap Pak Yusuf yang dengan berani melawan gertakannya. Iya sudah menebak bahwa laki-laki di hadapannya ini adalah sopir Pramudya yang pernah diceritakan kepadanya, bahwa sopir ini mengetahui keberadaan Pramudya dengan Julia di apartemen ini. Namun ia tidak menyangka bahwa sopir Pramudya akan seberani ini.

"Tuan Pram, saya mohon segera keluar."

Pak Yusuf kembali berteriak, membuat Pramudya tak punya pilihan lain selain keluar menghampiri Pak Yusuf yang dengan gagah berdiri di depan Nyonya Julia yang berkacak pinggang menahan amarah.

"Pak Yusuf, hentikan!"

Dengan mengenakan piyama tidur yang sama seperti yang Nyonya Julia kenakan, Tuan Pram keluar tersungut-sungut mendengar namanya berkali-kali di teriakan oleh pak Yusuf.

"Jangan membuat keributan di sini malam-malam pak Yusuf."

"Saya tidak akan membuat keributan asal tuan segera turun ke basement parkir dalam 10 menit, saya tunggu di bawah."

Tanpa memberi kesempatan Pramudya untuk mendebat, pak Yusuf berlalu meninggalkan Tuan Pram yang menatapnya di samping Nyonya Julia yang terlihat begitu murka. Lalu sejenak mereka berdua saling tatap sebelum Nyonya Julia melengos dan masuk ke dalam apartemen dengan kesal.

"Kurang ajar sekali sopirmu itu, berani-beraninya dia mengancam orang yang menggajinya."

"Aku harus segera turun menemuinya."

Tuan Pram mengambil kemeja dan celana yang tergeletak di sisi ranjang. Iya bahkan tidak diberi kesempatan untuk sekedar mandi atau membersihkan diri terlebih dahulu. Nyonya Julia hanya bisa terdiam dengan perasaan dongkol melihat laki-laki yang sudah ia tahan di apartemennya dengan susah payah, agar laki-laki itu melupakan janjinya dengan istrinya.

"Tidak usah menungguku datang lagi, aku tidak bisa janji aku bisa kembali ke sini malam ini."

Sambil mengenakan baju dengan buru-buru, Tuan Pram bahkan tak sempat memperhatikan wajah Julia yang sudah memerah menahan amarah.

"Aku pergi dulu. Besok kembalilah ke Singapura dengan hati-hati dan tunggu kabar dariku selanjutnya."

Bergegas Tuan Pram keluar dari apartemen dan menuju pintu lift untuk turun ke basement parkir. Sementara Nyonya Julia hanya bisa berteriak kesal melihat kepergian Pramudya.

Tepat di samping mobil yang dikendarai oleh Pramudya, Pak Yusuf berdiri bersandar di body mobil sambil menyalakan sebatang rokok. Wajahnya tampak begitu tegang. Ia tahu yang ia lakukan cukup beresiko mengingat Tuan Pram adalah orang yang paling tidak suka kalau ada yang mengganggu kesibukannya. Namun Pak Yusuf mengambil resiko itu karena tahu jika Tuan paham tidak datang di acara makan malam keluarga itu maka akan terjadi keributan besar di rumah keluarga Tuan Pram.

"Apa sebetulnya yang kau lakukan Pak Yusuf? Kenapa kamu datang kemari? Lancang sekali tindakanmu itu!"

Tuan Pram langsung memarahi Pak Yusuf begitu ia sampai di basement.

"Tuan boleh marah dengan saya, tapi lakukan itu nanti. Tuan harus segera menemui Nyonya Anita dan Nona Prima di restoran tempat kalian berjanji akan makan malam bersama."

"Apa Anita tahu kalau aku ada di sini?"

"Jika Tuan tidak segera datang ke sana, saya pastikan Nyonya Anita akan tahu kalau Tuan berada di sini dengan Nyonya Julia."

"Jadi kamu mengancam saya?"

"Ya Tuan, anggap saja saya mengancam Tuan. Jadi bergegaslah menyusul istri dan Putri Tuan sebelum mereka benar-benar kecewa karena Tuhan tidak datang malam ini. Saran saya, hubungi mereka sekarang dan katakan kalau Tuan dalam sedang perjalanan ke sana."

Lagi-lagi Pak Yusuf tak memberikan kesempatan untuk Tuan Pram berbicara. Ia bergegas pergi meninggalkan Tuan Pram yang terkejut melihat keberanian Pak Yusuf.

Pak Yusuf masuk kembali ke dalam mobil yang ia pakai untuk mengantar Nyonya Anita. Dengan gesit ia meluncur meninggalkan tuan sendirian di basement.

Pramudya terkesiap. Iya sedikit terkejut karena ia melupakan janjinya untuk makan malam bersama keluarganya. Bagaimana mungkin ia bisa melupakan janji itu begitu saja hanya karena rayuan Julia yang tidak bisa ia abaikan, batin Pramudya sedikit menyesal.

Pramudya meraih ponselnya dari dalam saku kantong celananya, bermaksud untuk menelpon istrinya. Alangkah terkejut, saat ia melihat panggilan tak terjawab berkali-kali di layar ponsel Pramudya.

dalam sekali nada dering Nyonya Anita mengangkat telepon dari tuan Pram.

"Sayang maafkan aku, aku baru saja selesai meeting dengan klien penting. Apa kalian masih ada di restoran?"

"Iya kami masih ada di sini. Cepatlah datang, Prima sudah marah-marah dari tadi."

Suara Anita menyahut dari seberang sana.

Bergegas Pramudya masuk ke dalam mobilnya dan memacu dengan kecepatan penuh begitu iya menutup saluran telepon dari istrinya. Restoran yang tak berada jauh dari apartemen Julia itu terlihat ramai dan meriah malam itu.

Setengah berlari Pramoedya menaiki tangga menuju ruangan yang sudah ia pesan sebelumnya. Dengan badan yang masih berpeluh sisa-sisa gairah cintanya dengan Nyonya Julia, ia berusaha tampak senyaman dan setenang mungkin menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi karena keterlambatannya.

Pramudya mendorong pintu ruangan VIP ruangan restaurant tempat di mana istri dan anaknya menunggu. Ia baru sadar, bahwa itu adalah ruangan yang sama yang ia pesan saat makan malam bersama Julia beberapa hari yang lalu.

"Papa jahat!"

Sambut Prima begitu melihat ayahnya masuk. Iya membuang muka dari tatapan ayahnya dengan wajah yang sangat kesal.

"Iya, Papa salah. Papa minta maaf. Papa baru saja selesai rapat penting di kantor."

Primordya berlutut di hadapan putrinya. Iya berusaha untuk merayu Prima agar memberinya maaf.

"Papa siap menerima hukuman apapun darimu sayang, asal hari ini Papa bisa menemanimu makan malam dengan senyuman."

Prima masih tak bergeming. Betapa tidak, ia harus rela menahan lapar satu jam lebih hanya karena menunggu ayahnya yang datang terlambat.

"Setelah selesai makan malam, kamu boleh minta apapun dari Papa. Papa janji akan menuruti permintaanmu itu asal maafkan papah dan kasih senyuman termanismu untuk papa."

Tuan Pram menatap wajah istrinya mengiba, berusaha untuk meminta bantuan agar ia merayu Prima untuk memaafkannya.

Anita hanya bisa tersenyum. Cintanya yang begitu besar kepada Pramudya membuatnya luluh begitu melihat tatapan mata Pramudya.

***

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!