Vivienne terbangun, dan melihat tempat itu berbeda dari rumahnya. Dia mengingat bahwa merayakan festival tahun baru untuk pertama kalinya. Di tengah keramaian yang penuh sesak itu, dia mengalami serangan panik dan penyakit nya asma yang mungkin membuat nya meninggal.
Vivienne melihat sekeliling, "Dimana aku?"
"Tentu saja di kamar anda, ya mulia," ucap seseorang membuyarkan lamunannya.
"Ya mulia? siapa aku?"
"Anda Ya mulia permaisuri Vivienne Greyhaven."
Vivienne seketika teringat sebuah novel yang berjudul I'm a villain mom. Dimana tokoh sang ibu mati dengan mengenaskan di tangan ketiga pangeran, anak-anak nya. Lalu bagimana nasib Vivienne sekarang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere Lumiere, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
[25] Mengajar
Setelah beberapa hari lalu, sibuk membujuk putranya untuk ikut kelas kerajaan. Akhirnya putranya mau setelah melihat guru nya yang terlihat ramah dan sering tersenyum itu.
Sedangkan Vivienne kini sedang di sibukkan dengan tumpukan dokumen yang mulai menggunung setelah dia mengambil tugas istana, bahkan dia tak bisa duduk tenang sekarang.
"Hah… aku pikir jadi bangsawan sama seperti di cerita fantasi barat itu ternyata tidak sama, semua harus berurut dan di atur, aku tidak suka di atur," gumam Vivienne meregangkan ototnya.
"Apa lagi aku sekarang permaisuri, sedang apa ya para bangsawan itu," Vivienne membayangkan mungkin mereka sedang minum tah di taman.
"Ya Mulia,"
Tiba-tiba seseorang memanggil dengan lembut, Vivienne kemudian menoleh dengan tersenyum simpul, dia tau itu pasti Anna yang membawa sesuatu untuk menyenangkan hatinya.
"Anna, apa yang kamu bawa itu?" tanya Vivienne.
"Ya Mulia saya membawa sedikit cookies, teh serta es yang di bawa dari utara, Ya Mulia," ucap Anna tersenyum menoleh pada permaisuri nya yang menuju kearah sofa di ruangan itu.
"Apa teh es?" Vivienne berbinar dan lebih cepat berjalan dari sebelumnya.
Anna terlihat bahagia melihat tuannya bahagia, "Saya senang, melihat Anda senang Ya Mulia, saya sudah berfikir ini akan menyenangkan hati Anda,"
Anna memasukkan beberapa barang es kedalam cangkir teh, sedangkan Vivienne nampak menjatuhkan pantatnya di atas sofa ruangan itu.
Saat Anna mulai menuangkan minuman di dalam cangkir tercium dengan jelas bau teh yang kas dengan kombinasi mawar yang menyengat. Setelah selesai Vivienne mengambil cangkir itu dan mencium aromanya.
"Astaga Anna ini harum sekali," ujar Vivienne langsung menghirup nya sedikit, dan dia merasa terpukau seperti terbang di awan karena sensasi yang berbeda di lidahnya, karena rasa dari teh yang baru dia coba itu.
"Mama!" panggil Asher.
Mendengar nya Vivienne menjauhkan teh itu dari wajahnya dengan masih memegangi nya, kini matanya menoleh pada sumber suara. Nampak Asher dengan setengah berlari menghampiri Vivienne.
"Asher, Hati-hati nanti kamu terjatuh," nasihat Vivienne ketika Asher sudah menubruknya dan naik ke sofa dengan buru-buru.
"Maaf Ma," ujar nya lesu.
"Kamu kenapa? muka mu di tekuk seperti itu, mama tidak menyakiti hati mu kan," ucap Vivienne takut perkataan nya tadi menyakiti hati putranya.
"Bukan mama, tadi aku belajar kan, tapi tidak mengerti sama sekali isi buku ini. Ma, aku jadi malu pada pak guru," ujar Asher menujuk kan buku yang dia pegang.
"Sejarah kerajaan dan negara, …" baca Vivienne membolak-balikan sampul buku itu.
"Hem… ini memang sedikit sulit, kamu bisa mengambil kertas dan pena mama di atas meja kerja mama," pinta Vivienne dengan lembut.
"Baik Mama," angguk Asher, lalu mengikuti perintah ibunya untuk mengambil pena dan kertas yang Vivienne inginkan.
Tidak berselang lama, Asher berlari dengan terburu-buru membawa pena dan kertas di tangan kecil nya dan kembali duduk di sebelah Vivienne.
"Ini Mama,"
Asher menyerahkan pena dan kertas itu pada Vivienne dengan penuh pertanyaan namun tidak ingin bertanya, dia ingin fokus dengan apa yang dikatakan ibunya nanti.
Vivienne meletakkan kertas itu di atas meja, terlihat Anna sedikit menyingkirkan makanan dan minuman yang dia sajikan tadi agar tidak menganggu tuannya bekerja.
"Liat ini, kerajaan kita memiliki empat pelindung negara, yang akan melindungi kerajaan dari musuh hingga sekarang," ujar Vivienne mengambarkannya kemudian menulis masing-masing tokoh dengan demikian penjelasan menjadi lebih sederhana. Vivienne berharap kali Asher mengerti.
"Apa kamu sudah mengerti sekarang?" tanya Vivienne setelah penjelasan sederhana itu.
Asher mengangguk kencang, "Iya Mama, Asher paham sekarang, terima kasih mama,"
Vivienne kemudian mencium pucuk kepala putranya itu karena senang, Asher bisa mencerna semua yang di katakan.
"Asher, mau ku cookies sekarang?" tanya Vivienne.
"Bagus, kamu memang hebat,"
Vivienne menoleh sumber suara dan tepuk tangan yang bergema di seluruh penjuru ruangan kerjanya.
Vivienne kemudian memicingkan mata nya dan terlihat lah kaisar berada di dekat pintu ruang kerja nya, entah sejak kapan.
"Ya Mulia, Anda mengangetkan saja, seperti hantu," ujar Vivienne menyipitkan mata nya hingga hidungnya berkerut dalam.
"Aku hanya kebetulan lewat dan mendengarkan kamu mengajari Asher," jawab Magnus mengelus tengkuknya pelan, karena tak ingin Vivienne mengetahui bahwa dia sengaja lewat sana, dan ingin melihat permaisuri nya diam-diam
"Hanya lewat atau sengaja lewat, karena ini istana ku artinya dia harus berbalik arah dari istana raja, pasti dia sengaja, apa maksud pria peti es ini," Vivienne memicingkan mata dan bergumam dalam hati, jengkel dengan kebohongan Magnus.
Namun, dengan cepat Vivienne mengubah ekspresi nya, agar tidak terlalu pusing memikirkan isi pikiran Magnus, "Ah… baik lah kalau begitu Ya Mulia, apakah kamu ingin bergabung bersama kami?" tawar Vivienne menepuk sofa kosong di sebelah nya.
"Tidak, aku masih ada urusan, sebenarnya aku ingin menanyakan…" tolak Magnus memalingkan wajahnya, karena merasa pipi memerah dan sedikit tersenyum karena kehangatan yang di berikan Vivienne.
"Apa Ya Mulia?" tanya Vivienne penasaran dengan tujuan Magnus.
"Apakah kamu bisa membuat buku seperti yang kamu jelaskan pada Asher? agar anak-anak yang kesulitan belajar dan kesulitan ekonomi bisa belajar dengan cepat dengan metode mu itu," jelas Magnus sedikit gengsi untuk memohon, namun ada banyak rakyatnya yang butuh pendidikan yang mudah diakses.
"Ya Mulia, aku belum mempuni untuk jadi tutor, atau sejenis nya, aku rasa aku tak bisa, Ya Mulia," tolak Vivienne dengan menyilangkan tangan nya.
"Baiklah, tapi kasihan anak-anak itu," ucap Magnus sedikit murung.
Vivienne menyipitkan matanya, heran dengan Magnus yang tidak pernah memperlihatkan kepribadian nya, karena hanya ekspresi datar nya lah yang selalu menghiasi wajahnya.
"Hah… Baik Ya Mulia, aku akan melakukan nya, Anda puas," hela Vivienne akhirnya menyetujui keinginan Magnus, dia tidak bisa melihat pria dingin itu sedih.
"Baik terima kasih, Permaisuri ku," jawab Magnus, langsung meninggalkan ruangan itu.
Vivienne melirik kepergian nya dengan kesal, karena Magnus pergi begitu saja tanpa sepatah kata perpisahan. Dia kemudian menoleh pada Anna, setelah mengerutkan hidungnya dalam.
"Anna, apakah aku tidak memiliki undangan dari para bangsawan?" tanya Vivienne, karena dia memerlukan hal seperti untuk jadi pendukungnya atau kekuatan dalam dunia politik kerajaan yang kejam ini.
"Maaf Ya Mulia, Anda tidak pernah mendapatkan undangan apapun setelah Anda menyerahkan seluruh urusan istana pada Rosalind," jawab Anna menundukkan padangannya.
"Apa?! apa aku sudah gila waktu itu menyerahkan tugas istana ku pada nya dan membuat nya berlagak seperti permaisuri?! Seperti aku permaisuri boneka saja," geram Vivienne hampir mematahkan pulpen di tangannya.
"Maaf Ya Mulia," ujar Anna terduduk di lantai setelah mendengar bentakkan Vivienne.
"Mama, Asher takut," ucap Asher mengenggam gaun Vivienne dengan kuat.
Vivienne lalu menoleh pada Asher dan mengelus surainya, dia baru sadar bahwa bentakkan nya tadi membuat kecemasan di dalam ruangan itu.
"Anna, ayo bangun, maafkan aku, itu bukan salah mu, coba jelaskan pada ku …"
ingat qmampir thor.
jangan setengah2 ya thor.