Jiwanya tidak terima di saat semua orang yang dia sayangi dan dia percaya secara bersama-sama mengkhianatinya. Di malam pertama salju turun, Helena harus mati di tangan anak asuhnya sendiri.
Julian, pemuda tampan yang berpendidikan dibesarkan Helena dengan penuh cinta dan kasih sayang. Tega menghunuskan belati ke jantungnya.
Namun, Tuhan mendengar jeritan hatinya, ia diberi kesempatan untuk hidup dan memperbaiki kesalahannya.
Bagaimana kisah perjalanan Helena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sosok Misterius
Di ambang pintu Helena melihat pak Edi berdiri menunggunya.
Pak Edi. Aku senang melihatmu sehat seperti ini. Maafkan aku karena dulu terlalu mempercayai Ferdinan sehingga kau menjadi korban kemarahanku dan dipecat begitu saja digantikan oleh supir pilihan Ferdinan. Kali ini, kau harus hidup bahagia dan selalu berada di sisiku.
"Pak Edi! Bagaimana kabar Bapak dan keluarga?" tanya Helena sambil tersenyum manis, matanya berkaca-kaca membuat laki-laki paruh baya itu kebingungan.
"Ah, Nyonya, saya dan keluarga baik-baik saja. Terima kasih atas perhatian Anda," jawab Pak Edi masih dengan rasa bingung di hati.
Dia ingat betul, sebelum salju turun Helena adalah sosok yang dingin terhadap semua pekerja. Tidak pernah tersenyum, apalagi menyapa. Memandang semua pekerja sebagai orang rendahan. Semua itu karena Ferdinan yang memintanya.
"Jika Bapak butuh sesuatu jangan sungkan untuk berbicara kepadaku. Bapak adalah orang kepercayaan ibu, Bapak juga sudah seperti ayah bagiku. Jadi, jangan sungkan jika ada sesuatu yang dibutuhkan," ujar Helena dengan suara yang bergetar.
Teringat kehidupannya di masa lalu, oleh karena Pak Edi dipecat dia jatuh sakit. Istrinya harus membanting tulang bekerja, sedangkan anak-anak mereka masih membutuhkan biaya untuk sekolah dan kehidupan sehari-hari. Satu per satu hancur setelah Pak Edi meninggal karena sakit parah dan tidak ada uang untuk berobat. Rasanya, Helena ingin bersujud meminta maaf kepada laki-laki tua itu.
Pak Edi termangu, menatap Helena tanpa berkedip, napasnya tercekat di tenggorokan. Ia tak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Pak Edi, Nyonya berbicara dengan Anda," tegur Lina mengembalikan kesadaran laki-laki itu.
"Ah, iya, Nyonya. Terima kasih banyak. Untuk saat ini semua kebutuhan sudah tercukupi," jawab Pak Edi dengan kepala tertunduk.
Helena masuk bersama Keano, duduk dengan tenang di mobil. Pak Edi melirik anak itu, ia tersenyum.
Anak ini jauh lebih baik dari pada anak yang dibawa oleh nyonya tua itu.
Ia bergumam menilai Keano sebelum menjalankan mobilnya. Berkali-kali ia melirik Keano yang di tangannya memegang buku. Di samping anak itu, Helena mendampingi. Akan menjelaskan saat anak itu tidak mengerti.
"Namanya Keano, dia anak angkat ku sekarang. Aku akan mengurus surat-surat adopsinya hari ini juga. Setelah itu aku akan membawanya berbelanja." Helena tersenyum saat menjelaskan perjalanannya hari itu.
Pak Edi menganggukkan kepala mengerti, dia merasa senang karena pada akhirnya Helena tak perlu lagi kesepian seperti dulu. Ferdinan hanya status saja, tapi tak bisa memberi rumah yang aman dan nyaman untuk Helena.
Nyonya, Nona sudah sangat lama menderita. Berharap memiliki sandaran setelah menikah, tapi ternyata sama saja. Nona seperti hidup sendiri, tanpa pasangan. Sekarang, ada tuan muda Keano yang akan menghilangkan kesepian Nona. Anda sudah cukup tenang sekarang, bukan?
Pak Edi bergumam di dalam hati, ia tahu bagaimana kehidupan Helena selama hidup bersama Ferdinan. Ingin rasanya membela, tapi saat itu Helena selalu mengutamakan Ferdinan dari pada dirinya sendiri.
****
Helena tersenyum sembari menatap selembar kertas berisi namanya dan Keano. Hanya mereka berdua karena selama ini pernikahannya tidak pernah tercatat di kantor sipil.
"Akhirnya ada nama orang lain di kartu ini. Aku tidak lagi sendirian," ucapnya menghela napas lega.
Ia menunduk, menatap Keano yang tersenyum memandangnya.
"Kita pergi belanja. Akhir pekan seperti ini pusat perbelanjaan pasti ramai dikunjungi orang. Apalagi hujan salju sudah mereda, orang-orang sudah memulai aktivitasnya," ajak Helena yang diangguki Keano.
Keduanya memasuki mobil, duduk dengan tenang. Keano membelalakkan mata saat melihat seseorang di sekitar mobil mereka. Ia berpaling ketika sosok itu menoleh. Menghindari tatapan mata tajam si pemilik yang begitu menakutkan.
"Hei, ada apa?" tanya Helena saat menyadari kegelisahan Keano.
Ia menatap keluar dan mendapati seorang laki-laki yang berdiri di tepi jalan bersebrangan dengan mobil mereka.
"Kau mengenal laki-laki itu?" Helena kembali bertanya tanpa mengalihkan tatapan dari sosok laki-laki yang mengenakan kacamata hitam itu.
"I-ibu, a-aku takut. Sebaiknya kita segera pergi dari sini. Aku tidak mau kembali kepadanya," ucap Keano dengan suara bergetar.
Ia melirik, dan kembali berpaling saat mendapati laki-laki itu masih berdiri di sana.
"Pak, ayo, berangkat!"
Pak Edi mengangguk dan menjalankan mobil meninggalkan gedung tersebut. Keano menghela napas lega, mengusap dada yang sempat berdebar kencang.
"Siapa laki-laki tadi? Sepertinya dia orang baik," tanya Helena setelah menjauh dari sosok misterius tersebut.
Keano mendongak tak percaya.
"Apa yang Ibu katakan? Orang baik? Apa Ibu tidak melihat wajahnya yang dingin itu? Dia menyeramkan, Ibu. Suka menyerang anak-anak, meminta ini dan itu. Aku takut," sela Keano dengan ekspresi wajah gelisah bercampur bingung.
Helena tersenyum, mengusap kepalanya pelan.
"Baiklah. Kita akan menghindarinya jika bertemu lagi," ucap Helena.
Keano mengangguk patuh.
Sepertinya ada yang disembunyikan oleh anak ini. Aku harus menyelidikinya.
dan kekuatan sekali jika itu adalah ayah kandungnya si Keano 👍😁
Tapi kamu juga harus lrbih berhati” ya takutnya mereka akan melakukan sesuatu sama kamu dan Keano 🫢🫢🫢