Aku hanya seorang figuran dalam kisah cintamu. Tapi tidak apa-apa, setidaknya Aku masih bisa melihatmu. Aku masih bisa menyukaimu sebanyak yang Aku mau. Tidak apa-apa Kamu tidak melihatku, tapi tetap ijinkan Aku untuk melihatmu. Karena keberadaanmu bagai oksigen dalam hidupku. (Khansa Aulia)
*Update Senin-Sabtu
*Minggu Libur 😁
^ErKa^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 9 - Aku Ingin Mandiri
Alex bersikeras bertanya alasanku menangis. Meskipun Aku tidak mau menjawabnya, namun Alex menahanku agar memberinya jawaban. Akhirnya Aku mengatakan alasannya.
Wajah Alex tampak lega. Sepertinya dia sudah membayangkan hal-hal aneh. Mendengar penjelasanku dia lega karena masalah yang kurasakan tidak sebesar yang dia pikirkan.
"Minum dulu." Alex menyerahkan bungkusan plastik yang sedari tadi dibawanya. Dengan ragu-ragu Aku menerimanya. Di dalam bungkusan itu terdapat sebotol susu rasa stroberi dan roti isi berukuran besar. Aku menatap Alex penuh tanda tanya.
"Aku tidak pernah melihatmu ke kantin. Kupikir Kamu pasti lapar." Alex menjelaskan dengan sedikit rona merah menghiasi wajahnya. "Makanlah."
Perasaanku campur aduk. Di saat hatiku sedang lemah, terpuruk mengecam diri sendiri yang tak berguna, tiba-tiba Alex kembali datang.
Aku meletakan bungkusan itu di samping tubuhku dan menatap Alex dalam-dalam. Begitu banyak pertanyaan di kepala, namun tidak bisa kujawab. Aku tidak bisa menghentikan diriku untuk bertanya.
"Alex..."
"Ya?"
"Boleh Aku bertanya sesuatu?"
"Pertanyaan apa? Kesediaanku untuk menjadi tutormu? Oke, Aku bersedia." Alex tersenyum kecil.
"Alex... Kenapa Kamu sangat baik padaku?"
"Ha?"
"Anak-anak yang lain mengacuhkanku. Menganggapku tidak ada. Tapi mengapa Kamu begitu baik?"
"Sudah jelas bukan, alasanku melakukannya." Alex menjawab dengan santai.
"Ha?"
"Karena Kamu temanku. Tidak ada salahnya bukan memperlakukan teman dengan baik?" Aku hanya bisa melongo mendengar penjelasan Alex. Sungguh penjelasan yang sangat sederhana.
"Cepat makan rotinya. Kamu pasti lapar." Alex berbalik, bersiap-siap untuk pergi. Namun sejurus kemudian dia menghentikan langkahnya. "Mulai saat ini Aku akan menjadi tutormu. Siapkan otakmu untuk belajar, oke?" Dia tersenyum kecil dan berbalik pergi. Meninggalkanku yang masih terbengong melihat punggung lebarnya menjauh.
***
Alex benar-benar menepati janjinya. Setiap jam istirahat datang dia akan mengajariku mata pelajaran yang menurutku sangat sulit. Ada trio matpel yang membuat otakku mendidih yaitu Fisika, Kimia dan Matematika. Alex dengan sabar mengajariku.
Hari ini adalah hari kedua dia menjadi tutorku. Jam istirahat pun tiba. Dia kembali mengajariku. Aku memperhatikan penjelasannya dengan seksama. Entah karena dia yang memang cerdas, seluruh penjelasannya tampak sangat mudah di mengerti.
Namun adakalanya pikiranku tidak konsentrasi. Berada dalam jarak dekat dengan pria tampan sepertinya pasti akan membuat gadis-gadis seumuranku panas dingin, tak terkecuali Aku.
Dalam kondisi serius wajahnya terlihat semakin tampan. Aku baru sadar ternyata Alex memiliki bulu mata yang panjang. Aku iri sekali melihatnya. Bagaimana mungkin seorang laki-laki memiliki bulu mata seindah itu?
"Ay, ngapain?" Kedatangan Diana membuyarkan lamunanku. Tiba-tiba saja cewek itu sudah berdiri dibelakang Alex dan menyentuh bahunya.
"Lho, sudah datang?"
"Ay, Kamu ngapain? Ayo ke kantin. Aku lapar nih." Suara Diana terdengar manja.
"Sebentar Yank, ini masih ngajari Khansa Fisika. Kemarin ujian dia hasilnya nggak memuaskan. Minggu depan kan ada ujian lagi jadi..."
"Kenapa harus Kamu sih Ay yang ngajarin? Kan dia bisa ikut bimbel. Ayo ke kantin sih." Diana memaksa. Dia berbicara seolah-olah tidak ada Aku di sana.
"Aku sudah mengerti. Aku bisa belajar sendiri. Terima kasih sudah mengajariku." Aku membereskan buku-bukuku, pertanda ingin menyudahi bimbel kilat itu. Aku merasa tidak enak setiap kali melihat tatapan Diana.
"Serius sudah mengerti Khans?"
"Iya, sudah mengerti."
"Tuh kan, dia sudah ngerti tuh. Ayo Kita ngantin." Diana menarik tangan Alex sehingga membuat pria itu dengan pasrah mengikutinya.
"Aku ke kantin dulu ya Khans." Alex melambaikan tangan. Aku hanya bisa menganggukkan kepala.
"Kenapa harus Kamu sih Ay yang ngajarin dia?! Aku nggak suka ya Kamu deket ma dia. Emang dia siapa sih sampai Kamu perhatiin segitunya?!" Aku mendengar suara Diana yang masih mengomel. Sepertinya Diana sengaja mengeraskan suaranya agar Aku bisa mendengar ketidaksukaannya padaku.
"Dia temanku Yank. Temanku. Apa salahnya sih ngajari teman sendiri?"
"Kamu menganggapnya teman! Tapi dia pasti tidak seperti itu! Jangan terlalu baik sama cewek lain. Aku nggak suka!"
"Ya ampun Yank, Kamu tahu kan Aku sayangnya cuma sama Kamu."
"Pokoknya nggak mau tahu. Jangan dekat-dekat dia lagi."
Dan sepertinya percakapan mereka masih sangat panjang. Aku tidak bisa mendengar percakapan mereka lagi karena jarak mereka yang semakin jauh.
Pantas kalau Diana tidak suka. Cewek mana sih yang suka cowoknya dekat cengan cewek lain? Meskipun sebatas menjadi tutor saja? Sepertinya Aku harus benar-benar menjauhi Alex. Aku tidak ingin gara-gara Aku hubungan Alex dan Diana semakin memburuk.
***
Aku benar-benar berusaha menjauhi Alex. Ketika istirahat tiba Aku akan pergi lebih dulu. Tempat persembunyian paling aman adalah di perpustakaan.
Aku memilih tempat di pojok ruangan dan menghabiskan waktuku dengan melamun. Terkadang Aku juga bersungguh-sungguh belajar. Namun di waktu lain Aku hanya akan membaca novel-novel yang ada di sana.
Alex berusaha untuk berbicara denganku. Namun usahanya tidak pernah berhasil. Entah itu karena kedatangan Diana atau guru yang menginterupsi pembicaraannya.
Hari ini adalah hari ke empat Aku tidak berkomunikasi dengan Alex. Sebenarnya kalau boleh jujur hatiku terasa semakin hampa. Mudah untuk diucapkan, tapi sulit untuk dilakukan. Itu yang Aku alami sekarang.
Aku pikir dengan tidak berkomunikasi dengannya akan membuat perasaanku padanya sedikit demi sedikit akan berkurang. Namun ternyata tidak seperti itu.
Semakin hari Aku semakin merindukannya. Waktu yang paling membahagiakan untukku adalah saat-saat berada di kelas. Meskipun Kami tidak bisa bercakap-cakap seperti sebelumnya, namun setidaknya Aku bisa menatap punggungnya.
Alex... Aku menyukaimu...
"Kamu di sini ternyata. Aku mencarimu kemana-mana." Tiba-tiba wajah yang kurindukan berada tepat di depanku. Campuran rasa terkejut, bingung dan rindu menjadi satu. Aku menatap lekat-lekat Alex yang sudah duduk dengan nyaman di depanku.
"Jadi di sini persembunyianmu?" tanyanya sembari memperhatikan sekitar.
"Ke-kenapa Kamu bisa tahu Aku di sini?"
"Oh, Aku bertanya pada beberapa anak. Ada yang melihatmu di sini. Gimana? Sudah benar-benar paham dengan materinya?" Alex mengambil buku di depanku. Matanya terlihat heran dan memerah ketika melihat buku itu. Kemudian dia mengembalikan buku itu lagi padaku.
"Ehem. Sudah bisa belum?" tanyanya lagi.
"Eh, oh... Materi matpel Fisika? Su-sudah bisa..."
"Yakin?"
"Iya."
"Coba Aku test." Alex mengambil buku tulisku dan menuliskan soal di sana. "Coba kerjakan ini. Waktunya 7 menit."
"Iya." Aku mengambil soal itu dan mulai mengerjakannya. Aku merasa Alex sedang menatapku. Tapi Aku tidak berani untuk memastikannya. Aku mengerjakan dan mengerjakan. Belum 7 menit Aku sudah menyelesaikannya. Alex memeriksa pekerjaanku dan tampak senang ketika mengetahui jawabanku benar.
"Khansa..."
"Ya?"
"Kenapa beberapa hari ini Kamu menghindariku? Apa Aku berbuat salah?"
Mendapat pertanyaan seperti itu membuatku tertampar. Bukankah sudah jelas alasannya karena Diana tidak suka Alex dekat dengan cewek lain? Mengapa Alex malah menanyakan hal seperti itu?
"Nggak... Kamu nggak pernah salah. Aku hanya ingin belajar sendiri saja." Aku terdiam beberapa saat dan melanjutkan. "Aku pikir tidak baik selalu bergantung padamu. Aku ingin lebih mandiri."
"Maksudmu?"
"Aku ingin melakukan semuanya sendiri. Kamu tidak perlu peduli lagi. Terima kasih untuk semua kebaikanmu. Aku harap kedepannya Kita tidak perlu berkomunikasi lagi." Aku segera berdiri dan merapikan buku-bukuku. Kemudian dengan cepat berlalu dari hadapan Alex yang tampak terkejut mendengar ucapanku.
***
Happy Reading 🥰
akunya
Emg keren lu Thor/Ok/