Squel "Menikahi Wanita Ternoda"
Dicap sebagai wanita liar karena kabur di hari pernikahan, Ayanna Nerodia Tanzeela memiliki alasan tersendiri untuk itu. Namun, ditengah pelariannya dia justru menemukan seorang bayi mungil yang terbungkus kain, membuatnya terpaksa menjadi Mommy dadakan, bersama seorang pemuda yang tidak dia kenal.
Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Ayanna kabur, padahal pesta pernikahan sudah dia rancang dengan sempurna? Dan siapakah sebenarnya bayi itu? Mengapa dia memiliki keterikatan dengan pemuda yang baru Ayanna temui?
Jangan lupa follow akun dan sosmed ngothor buat tahu info lainnya😍
FB @Nita Amelia
Ig @nitamelia05
TT @Ratu Anu👑
Salam Anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25. Drama dan Akting Agnes
Untuk bertemu dengan Deana ternyata tidak semudah yang Agnes bayangkan. Jadi, dia memutuskan untuk mengubah rencananya. Kini dia duduk menunggu saat resepsionis memanggil dokter Adam, karena sejak Deana dirawat disana pria itu selalu menginap di rumah sakit setiap malam.
"Maaf, Dok, saya mengganggu waktu istirahat Anda," ucap sang resepsionis saat melihat wajah Adam yang kuyu dan beberapa kali menguap, dia yakin tadi pria itu sudah tidur.
"Tidak masalah, ada apa sampai kamu mendatangi ruanganku? Bukankah dokter yang bertugas malam ini bukan aku?" tanya dokter Adam sambil menatap lekat.
"Di luar ada seseorang yang mengaku sebagai teman Nyonya Deana, dia ingin bertemu dengan Anda," jelas wanita itu apa adanya. Dia sudah meminta Agnes untuk datang kembali lain waktu, tapi wanita itu menolak dengan alasan ingin menyampaikan sesuatu yang penting, jadi sang resepsionis pun mengalah.
Kening dokter Adam berkerut. Teman Deana?
"Laki-laki atau perempuan?"
"Perempuan, Dok, namanya Agnes, sepertinya dia tahu sesuatu tentang Nyonya Deana, makanya dia mendesak saya untuk memanggil Anda."
Kata-kata sang resepsionis membuat dokter Adam semakin penasaran, apakah seseorang yang datang ini akan membuka tabir tentang yang terjadi pada Deana dan pria yang mengaku sebagai suaminya itu.
Gegas dokter Adam pun meminta resepsionis memanggil Agnes untuk masuk ke ruangannya. Dan di sinilah Agnes sekarang, berhadapan dengan seorang dokter yang berhasil menyelamatkan Deana. Dalam hati dia tersenyum licik, sementara wajahnya memperlihatkan mimik sendu.
"Aku Agnes, aku sahabat Deana satu-satunya," ucap Agnes memperkenalkan diri, siap mendramatisir keadaan dengan kebohongan yang sudah dia susun di kepala. "Aku bersyukur Deana bertemu denganmu, Dok. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padanya kalau dia tidak mendapat pertolongan."
"Maaf, tapi sebelumnya bisakah saya mendapatkan bukti kalau Anda benar-benar teman Deana?" ucap dokter Adam tak langsung percaya begitu saja. Sikapnya sama seperti ketika bertemu Daniel.
Tangan Agnes terkepal di bawah sana. Ternyata orang yang menyelamatkan Deana benar-benar hati-hati.
"Saya tidak bermaksud menyinggung Anda, tapi saat ini Deana mengalami amnesia. Dia tidak bisa mengingat siapapun," lanjut dokter Adam menjelaskan, membuat Agnes benar-benar tercengang hingga menutupi mulutnya yang menganga.
Ini adalah fakta baru yang dia dapat. Dan sepertinya akan sangat menguntungkan.
"Amnesia?" ulang Agnes semakin menjual kesedihan. Sementara hatinya berseru girang, karena dengan begitu Deana juga tidak bisa mengingat siapa Daniel. "Dok, aku memang tidak bisa membuktikan bahwa aku dan Deana berteman melalui foto atau video kebersamaan kami, karena malam itu—"
Tiba-tiba Agnes terisak-isak, membuat dokter Adam mengerutkan keningnya, kemudian menyodorkan kotak tisu ke depan wanita itu. Agnes langsung pura-pura mengelap air matanya.
"Deana itu istri kedua, Dok, dia dijadikan mesin anak oleh suaminya yang jahat. Dia terpaksa menerima karena hidup sebatang kara dan dijanjikan banyak kemewahan. Tapi setelah anaknya lahir, suaminya malah menceraikan Deana dan ingin merebut hak asuh anak itu. Tentu saja Deana tidak mau, meski dia disiksa sekalipun, dia tetap ingin mempertahankan anaknya. Dan akhirnya terjadilah malam itu, dimana suami Deana merebut paksa anak Deana, dia sempat meminta pertolonganku, jadi aku datang. Tapi—tapi aku malah dijegal oleh anak-anak buah suaminya, sampai hp-ku juga dirampas karena ingin mengambil bukti kebejatan mereka. Aku bersyukur, aku benar-benar bersyukur karena Deana berhasil kabur. Dari kemarin aku mencoba mencari info tentangnya, dan aku dengar katanya Deana dirawat di rumah sakit ini, jadi aku langsung datang, karena aku takut—aku takut Daniel lebih dulu menemukannya," jelas Agnes panjang lebar sambil tergugu. Dia benar-benar berakting dengan baik, bahkan dengan susunan drama yang terasa seperti nyata, hingga dokter Adam pun terprovokasi.
'Seharusnya dia percaya padaku 'kan? Apalagi Deana amnesia, pasti Deana belum sempat cerita apa-apa.'
"Untuk itulah aku mendesak untuk bertemu dengan dokter, aku mohon sekali—jangan pertemukan Deana dengan pria bernama Daniel, dia adalah pria paling jahat yang tega menyakiti Deana dan anaknya!" lanjut Agnes kembali mengelap air mata buayanya menggunakan tisu. Saat menunduk dia tersenyum tipis melihat reaksi wajah dokter Adam yang sepertinya mulai terpengaruh dengan ceritanya.
Ya, pria itu mencoba mencerna semuanya. Mengumpulkan kepingan cerita yang terasa cukup masuk akal. Dari pada Daniel, dia lebih percaya pada Agnes.
"Jujur saja memang benar kemarin ada yang mengaku sebagai suami Deana. Dan menanyakan bayi yang dibawa Deana. Makanya Deana cepat-cepat aku bawa kemari, karena aku tidak ingin gegabah," ucap dokter Adam akhirnya memberitahu tentang kedatangan Daniel.
Agnes langsung terperangah dengan membulatkan kelopak matanya. "Benarkah? Daniel dan anak buahnya benar-benar bergerak cepat. Tapi sekarang Deana sudah ada di tempat yang aman, anak Deana juga ada di sinikan?" tanya Agnes untuk memastikan dimana bayi itu berada.
Dokter Adam menggelengkan kepala. Karena sejak ditolong Deana hanya seorang diri, namun di pelukan Deana terdapat kain yang sepertinya memang dipakai untuk membungkus anaknya tersebut.
"Saya tidak tahu apa-apa tentang bayi itu."
*
*
*
Pukul tiga pagi, dimana udara terasa begitu dingin dan menusuk pori-pori, apalagi jika tak ada selimut atau apapun yang dapat melindungi tubuh, dengan naluri orang-orang terus bergerak mencari kehangatan.
Seperti apa yang dilakukan oleh Dallie, di kamar satu petak itu tanpa sadar Dallie beranjak dari sofa, lalu merebahkan tubuh di samping Ayanna sambil menarik selimut.
Bahkan karena terlalu nyaman, dia menarik guling hidup di sebelahnya dan didekap dengan erat. Tak ada penolakan sebab Ayanna terlihat sangat pulas, dia kelelahan hari ini sampai tak ingin melewatkan waktu istirahatnya.
Dan begitu matahari mulai menyingsing, terdengar suara tangisan Nael seperti sebuah alarm untuk keduanya. Namun, Ayanna malah semakin melesakkan wajah ke dada Dallie, hingga dia menyadari suara nafas yang teratur juga gerakan kembang kempis.
Deg!
Ayanna mengerjap dan yap dia berteriak. "Argh! Kenapa kamu di sini?" serunya reflek mendorong Dallie hingga jatuh dari kasur, sementara Nael yang terkejut langsung menghentikan tangisnya.
Pemuda itu juga tersentak kaget, seperti baru saja jatuh dari atas gedung tinggi.
"Kamu—kamu nggak macem-macemin aku 'kan?" seru Ayanna lagi, panik memeriksa anggota tubuhnya, semua masih lengkap, belum ada yang terlepas sedikitpun.
Dallie mengernyitkan dahinya, lalu menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil menguap. "Hah? Macem-macemin apa?"
"Kamu baru aja melanggar kesepakatan dengan tidur di atas kasur. Padahal kamu sendiri yang ngajuin buat tetap tidur di sofa. Otak kamu mulai nggak beres ya?" tukas Ayanna menuduh yang bukan-bukan, padahal semalam dia juga menikmati momen tersebut.
"Astaga, aku nggak sadar! Namanya lagi tidur mungkin aku ngelindur!" balas Dallie jadi ikut menggebu karena dituduh yang tidak-tidak. Sedangkan Nael malah jadi pendengar setia.
Mendengar itu, Ayanna malah mendengus kasar, seolah ucapan Dallie hanyalah bualan semata, karena saat ini dia malah melihat sesuatu yang tegak paripurna. Ya, dia tidak tahu kalau kebiasaan itu dimiliki setiap pria normal saat pagi hari.
"Aku nggak percaya, soalnya bukti ada di depan mata." Ayanna segera menggendong Nael, turun dari kasur dan melewati Dallie yang masih terbengong-bengong. "Pokoknya kalo kamu ulangi sekali lagi, jangan tidur di kamar! Bersihin juga tuh otak caboel kamu, supaya ularmu nggak bangun sembarangan!" lanjut Ayanna dengan tatapan tajam sambil menghentak-hentakkan kaki. Dia baru sadar bahwa ternyata ucapan sang ayah itu benar, walau bagaimanapun ia dan Dallie adalah sepasang manusia yang memiliki hawa nafsuu.
"Ihh, jangan sampe karena kelakuan kamu aku jadi dikawinin sama berondong!" gerutu Ayanna yang masih didengar jelas oleh Dallie.
"Dih siapa juga yang mau kawin sama kamu? Rambutmu itu bau minyak kelapa!" seru Dallie membalas gerutuan Ayanna. Sontak langkah Ayanna langsung berhenti, sementara tatapan matanya sudah setajam silet yang siap menyaayat tubuh Dallie.
Kita lihat, apakah penolakan ini akan terus terjadi? Atau akan jadi cerita ketika mereka sudah jadi suami-istri?
*
*
*
Gaes, sejak pagi aku kurang enak badan, jadi maapin yak telat updatenya. Moga masih ada yang melek🤗
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Laki" kok.mau enake tok..
Pak Junior,,jgn galak" sm Dallie...
Gitu" Dallie kan kesayangan Ayana...
🤭🤭🤭
cihh dasar bajigurr Kau Thom.. mau enaknya doang. mulai sekarang jangan terlalu berharap banyak sama thomas , yang penting thomas kasih duit anaknya saja sudah cukup, selebihnya kamu harus belajar menjadi wanita mandiri, lagian apa yang ingin kamu harapkan dari thomas? dia tak bisa menjadi kepala keluarga yang baik.
darah lebih kental dari air..namanya seorang ibu pasti punya ikatan batin saat ketemu anaknya. semoga saja Deana cepat sembuh dan bisa mengingat smeuanya.
waduh apa bentar lagi Nael akan kembali ke mama kandung nya Deana ??
si Rafael mcm kerja sehari dua hari d keluarga uler.....pakek acara maen2 sma keluarga uler .....ya siap² aja terima konsekuensi nya