Putri seorang Duke pada zaman abad pertengahan terkejut saat terbangun dari pingsannya di saat pesta debutantenya di kalangan sosialisasi bangsawan kelas atas. Ia kembali mengulang waktu setelah mati dibunuh suami dan selir sang suami saat akan melahirkan bayinya. Sang putri bertekad akan membalas perbuatan mereka dikehidupan lampau dengan pembalasan yang sangat kejam bagi akal sehat manusia pada zaman itu.
Berhasilkah ia membalas kejahatan mereka dikehidupan yang kedua ini?
Akankah ia berhasil menyelamatkan keluarganya dari tragedi pembantaian yang didalangi suaminya di kehidupan lampau?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GadihJambi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siumannya Panglima Deon
"Aku mengantuk!" ucap Ruby menjawab panggilan kakak pertamanya dan langsung pergi memasuki tendanya tanpa niat mau menyapa mereka semua termasuk Putra Mahkota dan Pangeran kelima.
Oscar tersinggung dengan sikap acuh tak acuh Ruby yang sepertinya sengaja mengabaikan mereka.
"Maafkan adik saya, Yang Mulia! Ruby sepertinya kurang istirahat setelah kembali dari sarang musuh untuk mencari penawar Panglima," ucap Jenderal David dengan menunduk hormat pada Putra Mahkota.
"Apa?? Adikmu memasuki wilayah musuh sendirian?" tanya Putra Mahkota dengan wajah terkejut dibalik topengnya.
Tidak hanya Putra Mahkota Alexis, Oscar dan kedua tangan kanan mereka juga terkejut mendengar ucapan Jenderal David.
"Nona muda dan hamba memang hanya pergi berdua memasuki wilayah Kerajaan Oxien, tetapi kami menyamar dan berbaur seperti penduduk desa sekitar agar tidak ada mencurigai kedatangan kami!" jawab Sir Steven dengan bangga diwajahnya.
Putra Mahkota terdiam dan memilih untuk tidak bertanya lebih banyak lagi. Pikiran pria itu saat ini berisi dugaan rasa penasaran pada sosok gadis itu. Sorot mata yang tampak familiar mengganggu ketenangan hati dan jiwa pria itu.
Pangeran Oscar malah semakin jumawa saat melihat Ruby yang memakai cadar. Dirinya yang pernah melihat wajah cantik gadis itu saat debutante nya berkeinginan untuk lebih dekat lagi dengan gadis itu demi tujuan pribadinya.
"Tidak ku sangka Tuhan berbaik hati denganku! Sepertinya ini kesempatan bagus untukku lebih dekat dengan Lady Caleste dan memikat hatinya!" batin Pangeran kelima dengan rasa percaya diri yang tinggi.
Kedua anak Kaisar itu masuk kedalam tenda masing-masing dengan perasaan yang sama-sama tertuju pada Nona muda Caleste meskipun dengan maksud yang berbeda.
"Ck, jika bukan karena reputasi ayah dan keluarga ku, aku tidak akan menahan diri seperti tadi untuk menghajar bajingan itu!" decak Ruby dengan geram saat baring di ranjangnya.
"Mereka berdua tertarik padamu, Ibu!" ucap bayi Bai dalam pikiran Ruby.
"Kau jangan bercanda?" delik Ruby tidak percaya.
"Tentu saja aku tidak bercanda! Suami masa lalu ibu malah berniat untuk mencari perhatian ibu dan aku merasa dia punya tujuan tertentu yang kemungkinan besar menguntungkan dirinya," sahut bayi Bai lagi.
"Cih, aku tidak akan peduli! Mau sekeras apa ia berusaha menarik perhatian ku, aku tidak akan masuk kelubang yang sama dengan menjadi pasangan bajingan itu!" ucap Ruby dengan tangan terkepal.
Rasa sakit akan kehidupan pertamanya masih mendarah daging dan sangat sulit untuk dilepaskan meskipun dikehidupan ini ia membenci pria itu. Kehilangan sang anak menjadi ambang batas kesabaran Ruby dimasa lalu maupun masa sekarang. Jika ia bisa memilih, ia tidak akan mau berhubungan lagi dengan laki-laki. Tetapi perkataan bayi Bai jika jiwa calon anaknya juga akan bereinkarnasi dengan bibit berbeda membuat Ruby sedikit mempunyai harapan meskipun ia masih merasa tidak yakin.
"Ibu, pria yang satunya terlihat bukan pria sembarangan! Aku melihat ia dikelilingi aura yang kuat dari klan penyihir yang sudah hilang puluhan tahun lalu," ucap bayi Bai yang membuat Ruby terkejut.
"Kau tidak bohong? Apakah pria itu keturunan langsung penyihir yang menghilang?" tanya Ruby sedikit tertarik.
"Aku tidak tahu persis, hanya saja seperti ada pelindung yang membuatku sedikit kesulitan untuk melihat lebih dalam lagi! Ia juga memiliki bau seperti Ibu yang kemungkinan besar juga ikut mengulang waktu," jawab bayi Bai lagi yang membuat tubuh Ruby mendadak gemetar.
"Ibu tidak usah takut, itu hanya dugaanku saja. Namun jika itu benar, Ibu juga tidak usah khawatir karena pria itu juga tidak akan tahu kalau ibu juga mengulang waktu untuk memperbaiki semuanya," hibur bayi Bai yang membuat Ruby sedikit lega.
Mendengar apa yang dikatakan bayi Bai membuat rasa penasaran Ruby langsung lenyap. Ia memasang sikap waspada sebagai antisipasi untuk melindungi keluarganya.
"Baik dikehidupan lalu aku tidak pernah berinteraksi atau mengenal Putra Mahkota kerajaan ini! Kalau tidak salah ingat Putra Mahkota meninggal tidak lama ia mendapatkan kemenangan atas perbatasan ini karena sakit yang sangat misterius. Karena mangkat nya beliau saat itu istana mengalami goncangan karena perebutan tahta Putra Mahkota yang kosong dimana pihak keluarga Permaisuri menentang Pangeran pertama menjadi Putra Mahkota. Saat bajingan itu menjadi Jenderal tertinggi, ia menguasai penuh militer keluargaku dengan menjadi kaki tangan Pangeran pertama untuk menduduki tahta Putra Mahkota. Tapi sekarang ini semuanya sudah berubah dan saat ini Putra Mahkota masih hidup. Apakah ia akan sakit sepulangnya dari perbatasan ini seperti dimasa lalu?" gumam Ruby berpikir keras sambil berbaring memeluk bayi Bai.
Tidak ada respon bayi Bai karena bayi harimau itu sudah tertidur lelap diatas dada Ruby yang hangat.
🌿🌿🌿
"Yang Mulia, apa yang anda pikirkan?" tanya Komandan Blade saat melihat sang Putra Mahkota hanya diam membisu sejak memasuki tenda.
Tidak biasanya junjungannya itu diam terpaku selama satu jam lebih tanpa melakukan apa-apa.
"Hans, apa pendapatmu terhadap Lady Caleste?" tanya Putra Mahkota tiba-tiba.
"Lady Caleste?? Jujur saja hamba tidak memiliki pendapat apa-apa pada Lady Caleste. Hamba tidak pernah bertemu beliau dan tadi pertama kalinya hamba melihat sosok Lady yang selama ini menjadi bahan pembicaraan orang-orang di ibukota. Kenapa Yang Mulia menanyakan Lady Caleste?" jawab Hans Blade dengan jujur sembari balik bertanya.
"Tidak ada, hanya saja aku merasa ada magnet yang menarikku untuk mengetahui bagaimana gadis itu!" jawab Putra Mahkota Alexis dengan jujur.
Hubungan keduanya tidak seperti atasan bawahan yang mempunyai kesenjangan kedudukan. Mereka seperti sahabat dalam konteks yang berbeda dan menjadi atasan bawahan juga dalam bentuk profesional tugas. Putra Mahkota selalu melibatkan kedua tangan kanannya jika dirinya kesulitan memahami karakter seseorang terlebih lagi jika itu seorang perempuan.
"Jujur saja, dalam penilaian pertama hamba, Lady Caleste tidak seperti Nona-nona bangsawan pada umumnya. Dari cerita Jenderal David, sepertinya Lady Caleste bukanlah wanita yang gampang didekati baik secara diam-diam maupun terang-terangan. Seperti ada tembok tinggi yang menghalangi jika kita ingin mendekatinya," jawab Hans lagi dengan jujur.
"Kau benar, dan seperti yang kita lihat, dengan sikapnya yang seperti itu membuat dirinya semakin menarik dimata laki-laki termasuk adik kelima!" sahut Putra Mahkota mendadak kesal saat teringat ekspresi Oscar yang menatap Ruby penuh minat.
Hans mengulum senyum mendengar nada suara Putra Mahkota yang tidak suka saat melihat Pangeran kelima tertarik pada Lady Caleste.
"Lapor Yang Mulia, Panglima Deon sudah siuman dan sekarang Yang Mulia diminta Jenderal David untuk ikut hamba ke tenda Panglima!" lapor prajurit yang baru saja datang dan berdiri diluar pintu tenda Putra Mahkota.
Bersambung...