"Ayah bukanlah ayah kandungmu, Shakila," ucap Zayyan sendu dan mata berkaca-kaca.
Bagai petir di siang bolong, Shakila tidak percaya dengan yang diucapkan oleh laki-laki yang membesarkan dan mendidiknya selama ini.
"Ibumu di talak di malam pertama setelah ayahmu menidurinya," lanjut Zayyan yang kini tidak bisa menahan air matanya. Dia ingat bagaimana hancurnya Almahira sampai berniat bunuh diri.
Karena membutuhkan ayah kandungnya untuk menjadi wali nikah, Shakila pun mencari Arya Wirawardana. Namun, bagaimana jika posisi dirinya sudah ditempati oleh orang lain yang mengaku sebagai putri kandung satu-satunya dari keluarga Wirawardana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Berita Mengejutkan
Zayyan mencari tempat untuk usaha Shakila tidak jauh dari kantor pusat perusahaan AW GRUP. Dia sengaja melakukan itu agar mudah bagi putrinya mendapatkan informasi tentang Arya.
"Ayah!" teriak Shakila berlari mendekati Zayyan.
"Ada apa, Kak?"
"Gawat! Aku baru saja mendapat informasi dari Kamila kalau Papa Arya menghilang dan tidak diketahui keberadaannya."
"Apa? Kenapa itu bisa terjadi? Sejak kapan dia menghilang?"
"Katanya sudah beberapa minggu ini tidak ada kabarnya. Silvia dan Pak Darmawan sampai lapor polisi. Terakhir kali terlihat di rekaman CCTV kantor di sore hari di mana dia baru pulang dari rumah sakit setelah dirawat selama tiga hari."
Zayyan terdiam. Dia berpikir keras kemungkinan apa yang terjadi kepada Arya. Dia curiga ada seseorang yang sengaja mencelakai atau menculiknya.
"Lalu, sekarang perusahaan dipegang oleh siapa?" tanya Zayyan.
"Katanya sama Pak Mario anak Papa Arya dari mantan istrinya," jawab Shakila lirih.
"Apa?"
Zayyan baru ingat kalau dulu Arya menikah dengan mantan kekasihnya setelah bercerai dengan Almahira. Namun, anak itu bukan anak kandungnya karena bukan benih miliknya.
"Aku tidak menyangka kalau Pak Mario itu anaknya Papa Arya. Karena selama ini tidak terlihat seperti ayah dan anak. Karyawan di kantor juga tidak ada yang tahu. Baru tahu ketika pengumuman pergantian pemimpin. Lalu, katanya Papa Arya memberikan saham miliknya sama Mario sebanyak 35%," jelas Shakila sesuai apa yang diceritakan oleh Kamila.
"Kok, ayah merasa ini aneh! Ada yang janggal," kata Zayyan berpikir keras.
"Aku juga berpikir begitu. Kenapa Mario baru mengaku anaknya Arya Wirawardana setelah dia menghilang?" ucap Shakila.
Ayah dan anak itu saling beradu pandang. Sesuatu terlihat di dalam otak mereka.
"Apa Mario ada hubungannya dengan menghilangnya Papa Arya?"
"Ayah juga berpikir seperti itu. Jika melihat jejak mantan istri Arya dahulu yang berkelakuan buruk, bisa saja anaknya juga berkelakuan sama."
"Sekarang apa yang harus aku lakukan, Yah?" tanya Shakila dengan tatapan sendu.
Zayyan harus tinggal lebih lama di ibukota untuk mencari tahu apa yang terjadi kepada Arya. Dia berharap laki-laki itu baik-baik saja dan nanti bisa menjadi wali nikah Shakila.
"Kita harus mencari keberadaan papamu," jawab Zayyan.
Di tempat lainnya, Dokter Elzo menatap Arya dengan penuh selidik. Dia merasa tidak asing dengan wajah orang yang sudah ditolongnya. Namun, dia tidak ingat di mana pernah bertemu.
"Dia mengalami koma cukup lama. Semoga saja bisa secepatnya sadar," ucap seorang dokter yang pernah mengoperasi Arya.
"Siapa dia sebenarnya, ya? Kenapa aku merasa pernah bertemu dengannya," tanya Dokter Elzo.
"Jika dilihat dari pakaian dan jam tangan branded yang dipakai olehnya, sepertinya dia orang kaya," jawab dokter itu lagi.
"Kenapa belum ada informasi orang hilang yang menampilkan fotonya? Apa ini tidak aneh?" Dokter Elzo merasa heran.
"Apa dia hidup sebatang kara dan tidak punya keluarga?"
"Bisa saja keluargannya yang mencelakakan dia dan mengira dia sudah mati."
Dokter Elzo dan temannya membicarakan Arya, mereka berspekulasi akan adanya pembunuhan berencana. Sayangnya mereka tidak menemukan dompet atau identitas lainnya di mobil milik Arya. Karena laki-laki itu pergi dengan terburu-buru sehingga melupakan barang-barang penting yang seharusnya dibawa.
***
Silvia menatap Mario dengan penuh kebencian. Laki-laki itu merubah banyak kebijakan dan peraturan yang sudah lama diterapkan perusahaan. Dia juga harus datang lebih pagi sama dengan karyawan lain dan tidak boleh sering keluar juga mengajukan cuti.
"Om, apa sudah ada kabar dari polisi?" tanya Silvia kepada Pak Darmawan ketika mereka bertemu di dalam lift.
"Belum ada. Polisi bergerak secara diam-diam, jadi tidak bisa mendapatkan informasi secara terbuka," jawab Pak Darmawan.
Silvia memasang wajah cemberut. Kepergian Arya membuatnya dalam kesulitan. Dia seorang diri tidak bisa menghadapi Mario dan Miranda. Selain itu dia juga merasa dimata-matai karena ada dua orang bodyguard yang ditugaskan untuk melindunginya.
Selama ini Arya tidak pernah menggunakan jasa bodyguard. Hal ini dilakukan untuk menjaga privasi dan rahasia yang ada padanya. Namun, dia mempekerjakan beberapa orang untuk menjaga keamanan rumah dan keamanan perusahaan.
"Apa Om percaya papa memberikan saham perusahaan kepada Mario?" tanya Silvia.
Pak Darmawan terdiam. Dia tidak yakin Arya melakukan hal itu. Karena sahabatnya itu sangat benci kepada Miranda.
"Entahlah. Kamu tahu sendiri bagaimana papamu itu. Terkadang pikirannya sulit ditebak," jawab Pak Darmawan.
Pembicaraan mereka terhenti ketika pintu lift terbuka. Pak Darmawan segera keluar. Dia terlihat terburu-buru. Sementara Silvia pergi ke ruang kerjanya.
"Maaf, membuat Anda harus menunggu, Pak Adji" ucap Pak Darmawan kepada tamunya yang sejak tadi ditunggu-tunggu.
"Tidak apa-apa. Aku tahu kamu sedang sibuk," jawab laki-laki paruh baya itu dengan suara baritonnya. "Katakan apa yang sebenarnya terjadi di sini? Kenapa posisi Pak Arya digantikan oleh bocah ingusan?"
"Sebenarnya Pak Arya menghilang sudah lebih dari sebulan. Tidak ada sedikitpun jejak tentangnya. Kita sudah menyewa beberapa orang detektif untuk mencari tahu keberadaan Pak Arya," jawab Pak Darmawan dengan suara pelan.
Pak Adji terkejut mendengar berita ini. Tidak ada orang luar yang tahu akan hal ini. Pak Adji adalah ayahnya Lingga, rekan bisnis terpercaya Arya.
"Apa kalian punya musuh yang kuat dan berbahaya?" tanya Pak Adji.
Dalam dunia bisnis terkadang berhadapan dengan sekelompok atau orang yang akan melakukan segala cara demi mendapatkan keuntungan yang banyak. Mereka akan saling menjegal atau memperebutkan wilayah pasar untuk menjual produk dan jasa dari usaha miliknya.
"Aku tidak begitu yakin. Tapi, aku curiga dengan Miranda dan Mario anaknya. Kenapa mereka tiba-tiba muncul setelah Pak Arya menghilang," jawab Pak Darmawan.
"Jadi, apa yang akan kamu lakukan kedepannya?" tanya Pak Adji.
"Perusahaan ini dibangun oleh Pak Arya dan kerja kerasnya selama 25 tahun, terlepas dari perusahaan milik keluarganya dahulu. Aku merasa tidak rela jika Mario yang mendapatkan kekayaan milik Pak Arya," jawab Pak Darmawan.
"Benar juga. Seharusnya semua ini diwarisi oleh Silvia."
"Sebenarnya Pak Arya mencurigai kalau Non Silvia bukan anak kandung yang sebenarnya."
"Apa?" Pak Adji sangat terkejut.
"Karena ada seorang gadis yang wajahnya mirip mantan istri Pak Arya. Gadis itu mengaku putrinya."
"Kok, bisa begitu?"
"Ini yang sedang kita selidiki."
***
Lingga dan Kenzo bertemu dengan Mario. Mereka sedang mengadakan rapat untuk membicarakan perpanjangan kerjasama.
"Aku tidak ingin kerjasama ini dilanjutkan jika keuntungan dipotong lima persen," kata Lingga dengan tatapan tajam.
Mario tersenyum miring. Dia tidak perduli jika kerjasama mereka berakhir. Karena masih banyak perusahaan lain yang ingin kerjasama dengan AW GRUP.
"Jika kamu mengakhiri kerjasama ini, maka bersiap-siaplah perusahaan kalian mengalami kerugian," balas Mario.
"Yakin sekali kamu bicara seperti itu. Akan ku buktikan kalau ucapan kamu itu salah," tukas Lingga sebelum pergi dan diikuti oleh Kenzo.
Mario menghubungi seseorang. Senyum jahat tercipta menghiasi wajahnya.
***