Catherine Zevanya Robert Wilson. Gadis dengan sejuta pesona, kecantikan, kekayaan, dan kekuasaan yang membuatnya menjadi idola semua orang.
Gadis yang memiliki hidup sempurna penuh dengan cinta, tapi dibalik kesempurnaan ada luka besar di dalam hatinya. Gadis yang dielu-elukan kecantikannya itu memiliki kisah cinta yang hancur, kesetiaannya dinodai oleh pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.
Catherine memiliki sisi misterius yang pemikirannya tidak bisa dijangkau orang lain. Bukan Catherine namanya jika dia diam saja menerima takdir kejam seperti itu, tanpa mengotori tangannya ia akan menghancurkan para pengkhianat.
Untuk menyembuhkan luka hatinya, Catherine memilih kembali ke tempat kelahirannya guna memulai hidup baru. Lalu, apakah Catherine akan memiliki kisah cinta baru?
"Balas dendam terbaik adalah dengan melihat kehancuranmu."
"Jangan jatuh cinta padaku, itu menyakitkan."
"Catherine, sepertinya aku tertarik padamu."
"Aku siap menunggu kamu jatuh cinta padaku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nameila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjauh
Suasana ruang musik sekarang terasa mencekam, hanya ada Aron dan Reyhan. Mereka saling diam dengan pemikirannya masing-masing.
Aron mengacak rambutnya, ia masih kepikiran dengan kata-kata Reyhan yang memuji Catherine.
"Gak mungkin Reyhan suka Catherine juga kan?" Batinnya.
Aron menghela nafasnya, ia menyandarkan punggungnya di sofa. Seketika ia teringat dengan diskusi mereka tadi.
Aron melirik Reyhan yang sedang sibuk dengan ponselnya sekarang.
"Rey." Panggil Aron.
Reyhan mendongak. "Apa?"
Aron menegakkan tubuhnya. "Ini soal diskusi tadi. Gue kepikiran, gimana kalo kita libatkan sebelas anggota spesial? Apalagi sekarang udah bertambah Jordan jadinya dua belas."
Reyhan menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa Lo tiba-tiba pengen libatkan mereka?"
"Lo tahu sendiri kita kekurangan pelatih khusus alat musik. Semua anggota spesial udah bisa alat musik kan, jadi kita libatkan mereka buat ngajarin anggota pemula." Jelas Aron.
"Mereka cuma ngajarin alat musik aja, kalo hal lainnya kan masih anggota kita yang megang. Masih bisa kita handle. Kalo soal alat musik kita bener-bener keteteran, dan butuh mereka." Lanjut Aron.
Reyhan terdiam sebentar, ia mengangguk paham. Dia mengakui jika club musik memang kekurangan pelatih alat musik dan menurutnya ide Aron tidak terlalu buruk.
"Gue paham, tapi kita perlu lihat skill mereka dulu secara mendalam baru libatkan mereka. Kalau memang skillnya bagus gue setuju." Ucapnya.
Aron tersenyum puas. "Besok kita kumpulkan mereka di ruang musik buat beradu skill. Gue yakin skill mereka udah bagus. Lo pasti langsung setuju."
"Karena Lo percaya diri begitu, gue harap gak mengecewakan." Ucap Reyhan.
Aron sangat yakin anggota spesial pilihannya tidak akan mengecewakan, apalagi ada Catherine di sana.
"Lo buat pengumuman ke anggota lain, mereka juga harus ikut melihat skill anggota baru. Biar mereka gak meragukan keputusan kita." Ucap Aron.
Reyhan mulai mengetik pesan tentang keputusan mereka ke grub anggota inti musik. Tak lupa ia juga membuat pengumuman digrup anggota spesial untuk berkumpul besok.
Semua anggota inti merespon baik keputusan Aron dan Reyhan. Tapi ada satu orang yang tidak terima dengan keputusan itu.
"Sial! Jika anggota spesial dilibatkan, otomatis Catherine akan ikut."
...----------------...
Di Mansion The Wilson saat ini ramai karena kedatangan tamu spesial. Semua orang sedang berkumpul di ruang keluarga, kecuali Catherine. Gadis itu langsung tertidur pulas ketika sampai di kamar.
Leo menyandarkan punggungnya di sofa, ia mendesah lega. "Capek banget astaga." Keluhnya.
Deon berdecih mendengar keluhan Leo. "Gitu aja capek." Cibirnya.
Leo menegakkan tubuhnya dengan cepat, ia menatap kesal Deon. "Heh enteng banget ngomongnya. Bayangin deh, gue udah terbang ke Indo langsung balik lagi ke Paris jemput tuh bocah. Terbang lagi ke Korea habis itu baru ke Indo lagi. Lo kira gak capek apa."
Deon menatap pria yang disebut Leo tadi, "Kenapa Lo di Paris? Bukannya tinggal Korea?"
Pria itu menggaruk kepalanya pelan. "Liburan, sialnya dompet sama hp gue hilang pas mau pulang. Untungnya gue masih nyimpen kartu nama Bang Leo, jadi gue telfon dia deh minta jemput."
Deon tertawa mendengarnya, ia langsung melakukan tos pada pria itu. "Sering-sering kaya gitu deh."
Leo melotot tak terima. "Seneng banget lihat Abangnya tersiksa." Sinisnya pada Deon.
Deon mengedikkan bahunya. "Emang." Ucapnya acuh.
"Mommy Lihat anak Mommy yang satu itu, durhaka banget sama Abang." Adunya pada Sania.
Sania yang sedang berbicara dengan Robyn pun menoleh. Ia menatap malas ketiga pria di sana. "Abang kalian jangan ribut terus. Gak malu apa dilihat sepupu kamu." Ucapnya.
Leo mendengus, "Deon duluan yang mulai Mom."
Sania menghela nafasnya. "Kalian sama aja. Deon kamu jangan godain Abang terus, dan kamu Leo jangan emosian."
"Mommy capek denger kalian ribut." Lanjutnya.
Leo hanya diam, tapi matanya masih menatap sinis pada Deon yang menatapnya kesal. Ia kesal karena mendapat omelan dari Sania gara-gara dia.
"Cathy mana aunty?" Tanya pria itu.
"Tidur kayaknya, dia kelihatan capek banget tadi." Jelas Sania.
Pria itu ingin bertemu dengan sepupu kesayangannya. Sudah lama mereka tidak bertemu.
Dari arah tangga, terdengar suara langkah kaki orang berjalan. Catherine berjalan menuruni tangga, ia menatap ke sekitar tapi sepi.
Catherine langsung menuju ruang keluarga, biasanya mereka di sana. "Mom! Rine laper..."
"Mom... Mommy dimana?"
"Mommy di sini sayang." Ucap Sania.
Catherine yang mendengar suara langsung berlari menuju ruang keluarga. Matanya tertuju pada Sania. "Mom Rine laper." Rengeknya.
Sania terkekeh, ia mengelus rambut Catherine dengan lembut. "Princess nya Mommy mau makan apa?"
Catherine berpikir sejenak, ia meletakkan jari telunjuknya di dagu. "Chicken! Tapi Rine juga mau Spaghetti. Rendang juga kelihatannya enak."
Sania terkekeh melihat kebingungan Catherine. "Mommy siapin semua buat kamu."
Catherine berbinar cerah. "Beneran Mommy??" Tanyanya antusias.
"Yes! Sayang Mommy." Sania mengusap lembut rambut Catherine, lalu pergi ke dapur bersama Robyn.
"Kau bisa memakan semua itu Princess?" Tanya Leo.
Catherine mengernyitkan dahinya, ia menoleh ke belakang. Matanya membulat sempurna ketika melihat Leo duduk di sofa.
"Abang!" Catherine langsung memeluk Leo dengan erat.
Leo tertawa pelan, ia memeluk Catherine tak kalah erat.
Catherine mendongak. "Abang kapan pulangnya? Kok gak bilang sama Catherine."
"Tadi Princess. Abang sengaja gak bilang-bilang, biar jadi surprise." Ucapnya.
Catherine mengerucutkan bibirnya lucu, "Aku kan pengen jemput Abang di Bandara."
"Abang lebih suka kalo Catherine di rumah aja menyambut Abang."
Catherine mengangguk pelan. "Aku kangen banget sama Abang tau.."
"Abang lebih kangen lagi." Ucapnya.
"Kau tidak merindukanku Adik kecil?" Ucap seorang pria di belakang Catherine.
Catherine menoleh dengan cepat, di sana pria itu tersenyum manis padanya. Ia membuka kedua tangannya dengan lebar.
"Kau tidak merindukanku Cathy?"
Ia langsung berlari menerjang tubuh pria itu dan masuk ke dalam pelukannya. "Aaa Abang Zee. Catherine kangen!"
Zidan Maxim Robert. Sepupu Catherine dari pihak keluarga Sania. Dia seumuran dengan Deon. Ia melanjutkan kuliahnya di Korea Selatan dan memutuskan untuk tinggal di sana.
"Abang juga kangen sama Cathy." Ucap Zidan.
Catherine melepaskan pelukannya, ia menatap Zidan dengan bibir mengerucut lucu.
"Abang gak pernah nemuin Catherine selama ini. Pasti bohong kan, Abang gak kangen sama aku?"
Zidan gelagapan. "Bukan seperti itu Princess. Abang bener-bener sibuk di sana, maaf ya baru bisa ketemu sekarang."
Catherine mengangguk pelan. Lalu memeluk Zidan lagi. "Abang mau tinggal di Indo sekarang?"
"Sementara Abang tinggal di Indo. Abang ada magang sekaligus penelitian di sini. Sengaja milih Indonesia biar bisa ketemu Cathy." Zidan menatap lembut Catherine.
Catherine tersenyum cerah. "Beneran kan Abang? rasanya seneng kalo Abang tinggal di sini. Tinggal bareng Rine kan?" Tanyanya penuh harap.
Zidan menggelengkan kepalanya. "Tidak Cathy. Abang akan tinggal di Apartemen."
Catherine menatap lesu Zidan. "Kenapa gak di sini aja?"
Zidan mengelus rambut Catherine. "Jarak tempat magang Abang lebih deket sama Apartemen Cathy. Tapi Abang janji bakal sering main ke sini."
Catherine berbinar. "Janji?" Catherine mengacungkan jari kelingkingnya pada Zidan dan disambut baik. "Janji."
...----------------...
"Bang Deon ayo pergi sekarang, nanti kita kehabisan." Ucap Catherine sambil berjalan cepat mendekati sang Kakak yang duduk di sofa ruang tamu.
"Sudah siap Princess?" Tanya Deon.
Catherine mengangguk. "Udah Abang, ayok cepet."
Deon berdiri. "Abang ambil dompet dulu, kamu tunggu sini bentar." Ucapnya lalu pergi menuju kamarnya.
Catherine langsung duduk di samping Robyn menyandarkan kepalanya dibahu.
"Kamu mau ke mana Princess?" Tanya Robyn.
"Beli Cheesecake Daddy. Abang udah janji mau beliin tadi." Ucapnya.
Zidan menoleh pada Catherine."Kalian perginya cuma berdua?"
Catherine menegakkan tubuhnya, "Iya Abang Zee."
"Abang ikut ya." Ucapnya.
Catherine menggelengkan kepalanya. "Abang di rumah aja, istirahat. Abang kan baru sampe, belum lagi besok pindahan ke Apartemen. Aku gak mau Abang capek."
Zidan menatap Catherine dengan raut wajah memelas. "Tapi Cathy, Abang pengen jalan-jalan juga sama kamu."
"Hmmm gak boleh. Pokoknya Bang Zee harus istirahat. Kapan-kapan kita bisa jalan-jalan bareng." Larang Catherine.
Zidan tertunduk lesu. "Yaudah deh."
"Nanti Catherine beliin Cheeseburger deh buat Abang." Bujuk Catherine.
Zidan mendongak, ia menatap Catherine dengan tersenyum cerah. "Boleh deh."
Deon berjalan mendekati Catherine, "Princess, ayo kita pergi."
Catherine menoleh ke samping, ia mengangguk. Dia memeluk Robyn dan Zidan bergantian. "Rine pergi dulu yaaa."
"Hati-hati Princess." Ucap mereka.
Deon menatap Robyn dan Zidan. "Aku pergi dulu sama Catherine."
Mereka mengangguk. "Hati-hati dan jagain Catherine." Ucap Robyn.
Deon mengangguk, ia langsung menggandeng tangan Catherine meninggalkan ruang tamu.
Perjalan dari Mansion menuju Toko kue membutuhkan waktu setengah jam. Saat Ini Deon dan Catherine telah sampai di Toko langganan mereka.
Catherine menatap binar toko kue tersebut, sudah lama ia tidak datang ke sini. Dulu dia pelanggan tetap di toko ini.
"Hmm baunya enak." Gumam Catherine.
Deon terkekeh gemas melihat Catherine yang antusias, adiknya pasti sudah merindukan tempat ini. "Ayo Princess."
Tangan Catherine digandeng Deon menuju etalase kue. Di sana ada banyak macam kue dengan berbagai varian rasa. Dia menatap semua kue dengan penuh minat, ia ingin mencoba semuanya.
"Selamat malam, ada yang bisa dibantu?" Ucap pegawai toko.
Deon mengangguk. "Cheesecake 2, take away." Ucapnya.
"Mohon tunggu sebentar." Ucapnya.
"Kamu mau coba kue yang lainnya Princess?" Tanya Deon pada Catherine.
Catherine mengangguk dengan semangat, "Mau mau.. aku penasaran sama semua rasa kue ini."
Pegawai itu tersenyum. "Nona bisa mencoba teaser kue di stand sebelah sana, kue yang disajikan memang khusus untuk dicoba para pelanggan." Pegawai itu menunjukkan stand kue pada Catherine.
Catherine yang melihat itupun langsung menatap Deon antusias. "Abang! aku mau ke sana."
"Iya Princess, Abang tunggu di sini ya. Sekalian nunggu pesanan kita."
Catherine langsung pergi menuju stand kue yang ditunjukkan pegawai tadi. Ia menatap binar kue-kue yang berjajar di sana. Dia jadi tidak sabar mencobanya satu-satu.
Catherine melihat-lihat kue mana yang akan ia coba pertama. Pilihannya tertuju pada Red Velvet cake dengan topping strawberry di atasnya, dan hanya tinggal satu di sana.
Catherine langsung mengulurkan tangan mengambil kue tersebut, tapi secara bersamaan ada tangan yang ikut mengambil kue itu.
Catherine mengerjap, ia menoleh ke samping melihat siapa yang ingin mengambil kue yang sama dengannya.
Catherine tersentak, matanya membulat melihat orang itu. "Kak Reyhan?"
Catherine menarik tangannya, begitupun dengan Reyhan. Ia berdehem pelan. "Kak ambil aja cake nya."
Reyhan menggeleng. "Enggak. Lo aja."
"Kak Reyhan aja yang ambil." Ucapnya lagi.
Reyhan bisa melihat binar mata Catherine ketika menatap cake itu, ia mengambil cake tersebut lalu diberikan padanya.
Catherine mengerjapkan matanya. "Eh.." ucapnya kaget.
"Gue tahu Lo pengen cake itu." Ucap Reyhan.
Catherine mendekat, ia menyerahkan setengah kue itu padanya. "Ini buat Kakak, aku juga tahu Kak Reyhan pengen kue ini." Ucapnya dengan tersenyum.
"Cobain Kak, enak rasanya." Ucapnya
Reyhan mengamati kue ditangannya sekali lagi lalu ia memakannya. Dia mengangguk-anggukkan kepalanya, rasanya enak. Manisnya pas, tidak seperti Red Velvet cake biasanya.
"Gimana? Enak kan?" Tanya Catherine memastikan.
"Hmm enak." Jawab Reyhan.
"Kak Reyhan ke sini sendirian?" Tanya Catherine. Pasalnya Catherine tidak melihat siapapun.
Reyhan terdiam, lalu ia hanya mengangguk. Kenyataan datang ke sini bersama Naya, saat ini dia sedang ke toilet. Entah kenapa Reyhan mengaku pada Catherine jika dia ia sendirian.
"Lo sendiri?" Tanya Reyhan.
"Catherine sama Bang Deon, itu dia lagi di kasir." Ucapnya sambil menunjuk ke depan.
Reyhan menoleh ke arah Deon, lalu mengangguk paham.
"Princess ayo pulang." Ucap Deon dari kejauhan pada Catherine.
Catherine yang mendengar itupun langsung mengangguk. "Iya Abang."
Catherine mengalihkan tatapannya ada Reyhan. "Kak. Aku pulang dulu ya." Ucapnya berpamitan.
"Iya, hati-hati." Ucapnya.
Catherine dan Deon pergi meninggalkan toko kue, sebelum keluar Catherine sempat menoleh ke arah Reyhan.
Reyhan masih menatap ke arah pintu, padahal Catherine sudah tidak ada di sana.
"Rey. Kamu lihat apa?"
Reyhan tersentak ketika merasakan bahunya ditepuk, ia menoleh dan melihat Naya berdiri di dekatnya.
"Udah Nay?" Tanyanya.
"Kamu tadi lihat apa sampe kaget gitu pas aku panggil." Tanya Naya.
"Enggak, kurang fokus aja." Kilah Reyhan.
Naya percaya saja dengan ucapan Reyhan. "Ayo pulang Rey."
Reyhan pun setuju dengan ajakan Naya. Mereka langsung pergi meninggalkan toko kue.
...----------------...
Reyhan mengantarkan Naya pulang sampai di rumahnya, saat ini mereka telah berada di depan gerbang masuk.
"Rey makasih udah mau nganterin aku beli kue." Ucap Naya.
"Aku duluan ya.."
"Nay.." Panggil Reyhan.
Naya yang mau keluar dari mobil pun menoleh. "Kenapa Rey?" Tanyanya dengan senyuman diwajahnya.
"Kita akhiri semua ini ya Nay." Ucap Reyhan pelan.
Senyum Naya langsung pudar, ia menatap bingung pada Reyhan. "Maksud kamu Rey?"
Reyhan menoleh pada Naya. "Ya kita akhiri semua ini, kamu tahu apa yang aku maksud Nay."
Naya menggeleng singkat. "Rey, aku gak paham."
"Nay. Kamu tahu selama ini aku suka banget sama kamu kan? Kamu sadar akan hal itu, dari dulu sampai sekarang aku selalu ada buat kamu, aku selalu nemenin kamu. Walaupun aku tahu kamu gak pernah nerima cintaku, bahkan aku tahu kamu sekarang punya orang lain. Tapi aku masih ada di dekat kamu."
"Nay. Aku mohon, udah ya? Sakit Nay rasanya."
Naya menatap Reyhan berkaca-kaca. "Kenapa Rey?" Tanyanya.
Reyhan menghela nafas lagi. "Kenapa? Kamu masih tanya kenapa? Aku selalu berusaha buat ngelupain kamu, selalu berusaha baik-baik saja ketika kamu bersama orang lain. Dan kamu tanya kenapa?"
"Tapi kita bisa berteman Rey, selama ini juga gitu kan?" Ucap Naya.
Reyhan terkekeh miris. "Gak bisa Nay, rasanya sulit buat aku. Tolong ngertiin aku sekali ini aja Nay, tolong menjauh dari aku. Tolong jangan libatkan aku dalam semua urusanmu. Sudah cukup."
"Tapi aku gak bisa jauh dari kamu Rey!" Ucap Naya yang menatap dalam Reyhan.
"Kamu bisa. Nay inget! Sebentar lagi kamu tunangan kan? Sekarang kamu bisa mengandalkan tunangan kamu, daripada aku yang bukan siapa-siapa ini."
"Aku mohon Nay, sekali ini aja ngertiin aku. Tolong Nay.." ucap Reyhan lirih.
Naya menggeleng, air matanya sudah turun. "Kamu berubah Rey!"
Setelah mengatakan itu Naya langsung pergi meninggalkan Reyhan dan masuk ke dalam rumah.
"Menurutnya aku berubah?" Gumam Reyhan.
Reyhan memejamkan matanya, tangannya mencengkeram erat setir mobil. "Maaf Nay, tapi aku juga gak sanggup jika melihat kamu tertawa bahagia bersama orang lain. Sedangkan aku selalu sendirian menunggu kehadiran kamu. Aku gak bisa lagi Nay."
Reyhan menelungkupkan kepalanya, matanya terpejam. Ia mengatur emosinya agar kembali stabil lagi.
Dalam bayangan gelap Reyhan, muncul wajah Catherine yang tersenyum padanya. Kenapa wajahnya selalu muncul di saat dia terpuruk seperti ini.
...****************...