Xiao An wanita karir yang tengah menjalani kehidupannya tanpa hambatan. Tidak sengaja masuk ke dunia novel yang baru saja ia baca. Di novel dia menjadi Nona pertama Han Yu karakter antagonis, putri dari kediaman perdana menteri keuangan Han. Keluarganya sangat kaya dan hidup bergelimang harta. Kedua orangtuanya sangat mencintai putrinya memberikan semua yang di butuhkan. Sebab itu Nona pertama Han Yu sangat manja, pemarah, juga memandang rendah kalangan bawah. Kekejammnya terhadap pelayan membuatnya di takuti semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak ada lagi Han Yu setelah malam ini
...~Kediaman Han~...
Di ruangan kamar yang hanya di terangi lilin seadanya. Han Yu duduk menatap kearah jendela kamar. Bintang malam itu bersinar cukup terang tapi juga memiliki garis berbeda yang saling terhubung. Membentuk rasi bintang biduk yang indah. Pantulan sinar rembulan yang jatuh menjadikan hati jauh lebih tenang juga damai.
Sseeee...
Suara angin bertiup lebih kencang dari hari-hari sebelumnya. Membuat pepohonan di dalam kediaman bergerak lebih kuat.
Kreekkk...
Pintu kamar di buka.
"Nona pertama, saya akan menyalakan lilin yang lainnya," ujar pelayan Li An. Yang sudah bersiap menyalakan lilin di setiap ujung ruangan.
" Li An, biarkan saja seperti ini. Cukup satu saja yang menyala. Aku ingin cahaya rembulan masuk ke dalam kamar yang cukup sunyi ini." Han Yu masih menatap kearah langit malam.
"Baik." Pelayan Li An mengangguk mengerti. Dia berjalan mendekat kearah Nona pertamanya.
Entah berapa lama mereka menyaksikan sinar rembulan yang cerah di malam itu. Namun,
Bbrukkk...
Pintu di dobrak paksa.
"Nona pertama, ada pergerakan. Kediaman telah di kepung," ujar ketua utama perkumpulan rahasia Yin. "Saya sudah menyiapkan jalur rahasia untuk anda dan semua keluarga pergi dari kediaman."
Han Yu bangkit dari tempat duduknya. "Bibi sudah bertekad. Dan aku juga tidak akan menyisakan tempat." Tatapannya menajam. "Segera kumpulan semua orang untuk membuat pertahanan. Segera kirim ayah dan ibu, juga adik ku beserta calon istrinya keluar terlebih dulu dari kediaman. Sekalipun kediaman Han akan tergenang darah segar. Aku juga tetap tidak akan membiarkan darah itu menyiprat terlalu jauh."
"Baik." Ketua utama perkumpulan rahasia Yin langsung pergi meninggalkan ruangan kamar.
Suasana tenang di kediaman menjadikan kesunyian penuh ketegangan.
"Li An, apa kamu takut? Kita akan memulai semuanya hari ini." Han Yu melirik kearah pelayannya.
Pelayan Li An tersenyum, "Nona pertama tidak takut. Tentu saya tidak takut."
"Baik. Sudah waktunya." Han Yu berjalan keluar dari kamar membawa pemantik api di tangannya.
"Baik." Pelayan Li An berjalan mengikuti setiap langkah dari Nona pertamanya.
Malam itu juga eksekusi yang sangat tiba-tiba di lakukan dengan bertahap. Tuan Han menggandeng istrinya berjalan cepat di ikuti puluhan pengawal pribadi kediaman Han. Juga perkumpulan rahasia Yin yang telah di siapkan putrinya.
"Tunggu. Bagaimana dengan putri ku. Aku tidak mungkin meninggalkannya sendirian," ujar Tuan Han berusaha untuk tidak melanjutkan langkahnya.
"Yu er masih di dalam kediaman." Nyonya Han juga tidak dapat melanjutkan langkahnya.
Han Rui menatap penuh kekhawatiran menggenggam kuat tangan calon istrinya.
Ketua utama perkumpulan rahasia Yin mendekat. "Tuan, Nyonya. Nona pertama akan baik-baik saja. Kami telah menyiapkan segalanya dengan matang. Dan kami tidak akan membiarkan hal buruk terjadi kepada Nona pertama. Sesuai perintah Nona pertama. Kalian semua harus pergi sebelum tengah malam."
Dengan berat hati mereka harus meninggalkan kediaman. Ratusan pelayan kediaman juga telah di liburkan selama dua hari.
Satu jam telah berlalu begitu saja. Han Yu duduk tenang di halaman utama kediaman Han. Dia terlihat sangat santai seperti gadis muda yang tengah menikmati kehidupan mewahnya. Di belakangnya pelayan Li An berdiri menatap yakin. Ratusan pengawal kediaman Han berserta dengan orang-orang dari perkumpulan rahasia Yin telah bersiaga membentuk garis pertahanan.
Sekitar satu jam setelahnya, ketua utama perkumpulan rahasia Yin sudah datang. "Nona pertama, kami telah mengirim Tuan dan Nyonya juga Tuan muda beserta calon istrinya pergi."
"Mereka sebentar lagi akan datang. Kalian bersiaplah," ujar Han Yu sembari memainkan pematik api di tangannya. "Mungkin ini akan menjadi akhir."
Pria dari arah belakang berlari mendekat. Dia ketua utama pengawal kediaman Han yang telah di pilih ayahnya sepuluh tahun silam. "Nona pertama, semua sudah siap." Berdiri tegap di belakang Han Yu.
Gadis muda itu tersenyum tipis. Dia menatap pintu gerbang utama kediaman Han.
Ssrreeennggg...
Semua orang mengeluarkan pedang yang telah terasah dengan baik.
Kreeeeekkk...
Pintu di buka dengan mudah dari arah luar. Seorang pria masuk membawa pedang tajam di tangannya. Tepat di belakangnya ratusan pasukan sudah menantikan perintah selanjutnya. Seringaian tipis ada di wajahnya. "Saya tidak menyangka Nona pertama sangat menyambut kedatanganku," ujarnya dengan santai.
Han Yu masih memainkan korek api di tangannya. "Jenderal besar Fu Da, anda pasti bercanda. Bagaimana mungkin aku membiarkan orang yang akan membunuh ku masuk dengan mudah. Gembok kunci kediaman sedang di perbaiki karena rusak. Sehingga memudahkan anda untuk masuk."
"Heheh..." tawa merendahkan terdengar untuk sepersekian detik saja lalu tergantikan tatapan tajam mematikan. "Bunuh." Teriak Jenderal besar Fu Da.
"Bunuh..." Ratusan pasukan masuk dari setiap arah. Kediaman Han seperti telah di tetapkan menjadi tempat mematikan untuk semua orang.
"Bunuh..."
Ketua utama pengawal kediaman bersama ketua utama perkumpulan rahasia Yin berteriak kuat membuat garis pertahanan utama untuk Han Yu.
Ssreenggg...
Ttreenggg...
Suara pedang saling bersinggungan. Tebasan setiap pedang yang menyayat tubuh terdengar memecahkan kesunyian malam. Enam pimpinan utama perkumpulan rahasia Yin membantu ketua mereka untuk menjaga keselamatan Nona pertama. Dan Han Yu masih duduk santai menikmati teh sembari menatap langit malam. Cipratan darah sesekali mengenai gaun hijau daun teh miliknya. Angin malam juga semakin kuat menerpa tubuh yang telah berlumuran darah segar.
"Meskipun aku tidak memiliki kemampuan melawan dengan ilmu bela diri. Tapi aku bisa menyusun strategi menjadikan kediaman ini sebagai persemayaman terakhir untuk kalian tempati." Han Yu bangkit. Gaun indahnya berkibar searah tiupan angin. Tatapannya sangat dingin juga tanpa rasa takut. Dia berdiri tegap mengaitkan kedua tangannya di belakang punggungnya. "Huh..." Hela nafas dalam terdengar. "Setelah malam ini tidak ada lagi kediaman Han. Tidak ada lagi Han Yu."
Jenderal besar Fu Da masih berusaha untuk mendekat menghampiri gadis yang berdiri tenang bersama pelayan wanitanya. Tapi setiap serangan yang ia lakukan selalu di hadang para pengawal kediaman Han. Setiap orang dari kediaman Han seperti telah terlatih dengan sangat baik. Bahkan lebih baik dari pelatihan pasukan yang ia jalani selama belasan tahun lamanya. Raut wajahnya berubah menjadi hitam melihat sebagian pasukan dalam kendalinya telah terbunuh.
"Sudah waktunya," ujar Han Yu berjalan pergi. Setiap langkahnya akan ada pengawal yang membukakan jalan.
Ssreengg...
Ttrengg...
Langkah gadis muda itu terhenti.
Kepala musuh terjatuh di hadapan. Dia dengan tenang melangkah pergi dengan mengangkat wajah cantiknya. Dia seperti gadis angkuh pemilik segalanya.
"Bersiap. Mundur..." Teriak kuat ketua utama perkumpulan rahasia Yin memberikan perintah lanjutan setelah Nona pertama sampai di halaman belakang.
Semua pengawal mundur menjauh menghilang dari tempat pembantaian. Semua pintu di tutup tanpa adanya jalan keluar.
Han Yu yang telah berada di ambang pintu halaman belakangan menatap dingin. Dia menyalakan pematik di tangannya. Melemparkannya tanpa adanya rasa enggan.
Wwuusshhhh...
Dalam sekejap saja api berkobar merambat dari lima jalur berbeda. Kediaman Han yang di penuhi kemegahan dan keagungan di penuhi cahaya kemerahan yang terus menjalar kesegala arah. Api semakin membesar membakar habis semua jasad di dalam kediaman.
Senyuman tipis terlihat di wajah cantik Han Yu. "Kita pergi," ujarnya berjalan pergi menaiki kuda yang telah di siapkan.
Semua pasukan dalam kendalinya ikut menyebar kesegala arah.
Sedangkan pasukan lawan yang masih terjebak di dalam kobaran api tidak lagi dapat pergi. Mereka terpanggang dalam ganasnya api yang semakin menyebar di kediaman Han.