NovelToon NovelToon
Menikah Dengan CEO Keras Kepala

Menikah Dengan CEO Keras Kepala

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Playboy / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: mitha

Gagal menikah!One night stand dengan pria asing yang tak dikenalnya.
Anggun terancam dijodohkan oleh keluarganya, jika dia gagal membawa calon suami dalam acara keluarga besarnya yang akan segera berlangsung.
Tapi secara tak sengaja berpapasan dengan pria asing yang pernah bermalam dengannya itu pun langsung mengajak si pria menikah secara sipil.Yang bernama lengkap Sandikala Mahendra.Yang rupanya Anggun tidak tahu siapa sosok pria itu sebenarnya.
Bukan itu saja kini dia lega karena bisa menunjukkan pada keluarga besarnya jika dia bisa mendapatkan suami tanpa dijodohkan dengan Darma Sanjaya.
Seorang pemuda playboy yang sangat dia benci.Karena pria itu telah menghamili sahabat baik Anggun tapi tidak mau bertanggung jawab.Pernikahan asal yang dilakukan Anggun pun membuat dunia wanita itu dan sekaligus keluarga besarnya menjadi berubah drastis dalam sekejap.

Akankah pernikahan Anggun berakhir bahagia?Setelah mengetahui siapa sosok pria itu sebenarnya?Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mitha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Pagi datang dengan tenang, tetapi di dalam rumah, ada perasaan canggung yang menggantung di udara. Anggun terbangun lebih awal dari biasanya, mencoba mengabaikan perasaan aneh yang menghantuinya sejak malam sebelumnya.

Ia turun ke dapur dengan niat membuat kopi, tetapi langkahnya terhenti ketika melihat seseorang sudah lebih dulu berdiri di sana.

Kala.

Pria itu tampak santai dengan kemeja putih yang tidak dikancing sepenuhnya dan celana tidur. Ia sedang menuangkan kopi ke dalam cangkir, lalu dengan santai menyesapnya.

Anggun menghela napas dan melangkah masuk. "Sejak kapan kau bangun?"

Kala menoleh sekilas, lalu mengangkat bahu. "Cukup lama untuk menikmati pagi tanpa gangguan."

Anggun mendengus, membuka lemari untuk mengambil cangkirnya sendiri. "Harusnya aku yang bilang begitu."

Kala tersenyum miring, menyandarkan tubuhnya ke meja. "Apa kau tidur nyenyak?"

Pertanyaan itu terdengar biasa saja, tapi entah kenapa, ada sesuatu dalam nada suaranya yang membuat pipi Anggun sedikit hangat. Ia berusaha menjaga ekspresinya tetap netral.

"Cukup," jawabnya singkat sambil menuangkan kopi.

Kala menatapnya dengan tatapan yang sulit dibaca. "Kau terlihat segar pagi ini."

Anggun mengangkat alis. "Apa itu pujian?"

"Anggap saja begitu," jawab Kala santai sebelum kembali menyesap kopinya.

Mereka terdiam sejenak, hanya suara ketukan sendok di cangkir yang terdengar. Anggun merasa ini aneh—keheningan yang tidak biasa di antara mereka. Biasanya, mereka akan saling melempar komentar sarkastik atau saling mengganggu. Tapi pagi ini… rasanya berbeda.

Mungkin karena kejadian tadi malam.

Anggun mengalihkan pandangan, mencoba mencari topik lain. "Jadi, kau akan berangkat kerja hari ini?"

Kala mengangguk. "Ada beberapa hal yang harus kuselesaikan di kantor."

"Kau tidak bilang kalau hari ini ada pekerjaan," komentar Anggun.

"Aku tidak perlu melaporkannya padamu, kan?" balas Kala dengan seringai.

Anggun mendesah. "Memang tidak. Tapi—"

"Tapi kau ingin tahu," potong Kala, menatapnya penuh arti.

Anggun memutar matanya. "Aku hanya ingin tahu apakah aku harus menyiapkan makan malam untuk satu orang atau dua orang. Jangan terlalu percaya diri."

Kala tertawa pelan. "Baiklah, aku akan pulang sebelum makan malam."

"Bagus," Anggun meneguk kopinya dengan ekspresi puas.

Kala memperhatikannya sesaat, lalu berkata, "Oh, ngomong-ngomong, pesta keluarga dari pihakmu minggu depan, kan?"

Anggun hampir tersedak kopinya. Ia meletakkan cangkirnya dengan hati-hati, lalu menatap Kala dengan mata menyipit. "Kenapa kau tiba-tiba membahas itu?"

Kala mengangkat bahu. "Aku hanya memastikan. Aku harus hadir, kan?"

"Tentu saja," jawab Anggun cepat. "Kau adalah suamiku di mata mereka."

Kala mengangguk pelan, tetapi ada seringai kecil di wajahnya. "Aku penasaran… bagaimana reaksimu nanti saat memperkenalkanku pada keluargamu."

Anggun berkedip, lalu mendengus. "Kau terlalu percaya diri."

"Tapi aku yakin mereka akan menyukaiku," balas Kala dengan nada menggoda.

Anggun ingin membalas, tetapi kemudian ia menyadari sesuatu. Ia menghela napas panjang dan menatap pria itu dengan sedikit kesal.

"Kau benar-benar menikmati ini, ya?"

Kala menyandarkan tubuhnya ke meja dapur, menatapnya dengan tatapan santai. "Tentu saja. Aku ingin melihat bagaimana kau menjelaskan pernikahan kita pada mereka."

Anggun menggigit bibirnya. Ia tahu, pesta keluarga nanti akan menjadi tantangan besar. Semua orang akan bertanya tentang mereka, dan ia harus bisa menjaga sandiwara ini tetap sempurna.

"Kita lihat saja nanti," gumamnya.

Kala tersenyum kecil. "Aku tidak sabar."

Dan dengan itu, pria itu mengambil cangkir kopinya dan berjalan keluar dari dapur, meninggalkan Anggun dengan pikirannya sendiri.

Pesta keluarga akan segera tiba. Dan entah mengapa, Anggun merasa ini akan menjadi awal dari sesuatu yang lebih rumit daripada sekadar pernikahan pura-pura.

Sejak pagi, Anggun sibuk mengatur berbagai persiapan untuk pesta keluarga minggu depan. Ia harus memastikan segalanya berjalan lancar, terutama karena keluarganya sangat memperhatikan detail.

Ia baru saja selesai menghubungi katering ketika melihat kalender di meja kerjanya. Lima hari lagi.

Sambil menghela napas panjang, Anggun meraih ponselnya dan mengirim pesan singkat pada Kala.

Anggun: Jangan lupa, minggu depan kita harus menghadiri pesta keluarga. Jangan berani-berani membuatku malu di depan mereka.

Namun, hingga beberapa menit kemudian, tidak ada balasan. Anggun mendecak pelan. Pria itu memang sulit ditebak.

Saat ia hendak menaruh ponselnya, seseorang mengetuk pintu rumah. Anggun berjalan menuju pintu dan membukanya.

Seorang pria berdiri di sana dengan setelan rapi, membawa sebuah amplop besar bersegel mewah.

“Selamat siang, Bu Anggun. Saya dari penyelenggara acara. Semua persiapan pesta keluarga Anda sudah diurus oleh Tuan Kala. Ini daftar lengkapnya.”

Anggun tertegun. “Maaf, apa?”

Pria itu tersenyum sopan. “Tuan Kala sudah mengurus semuanya. Tempat acara, dekorasi, katering, daftar tamu, hingga detail hiburan.”

Anggun hampir tidak bisa mempercayai apa yang baru ia dengar. Dengan gerakan kaku, ia menerima amplop itu dan membukanya.

Benar saja, di dalamnya terdapat daftar lengkap persiapan pesta—semuanya sudah diatur dengan sempurna. Bahkan, menu makanannya sesuai dengan selera keluarganya.

Ia menutup amplop itu perlahan dan menatap pria di depannya. “Sejak kapan ini semua diatur?”

“Sekitar dua minggu yang lalu, Bu,” jawab pria itu ramah. “Tuan Kala bilang beliau ingin memastikan segalanya berjalan sempurna.”

Anggun terdiam. Jadi, Kala sudah menyiapkan ini jauh sebelum ia sendiri mulai khawatir?

Dengan cepat, ia mengambil ponselnya dan menelepon Kala. Butuh beberapa detik sebelum pria itu mengangkatnya.

“Ya?” suara Kala terdengar tenang, seolah tidak terjadi apa-apa.

“Kau—” Anggun berhenti sejenak, menelan ludah. “Kau sudah mengurus semua persiapan pesta?”

Kala terdengar tertawa kecil. “Baru tahu sekarang?”

Anggun memejamkan mata, mencoba menenangkan dirinya. “Kenapa kau tidak bilang?”

“Apa bedanya? Yang penting semua sudah beres,” jawab Kala santai. “Kau tinggal datang dan menikmati acaranya.”

Anggun menghela napas panjang. “Kau tahu aku bisa mengurusnya sendiri, kan?”

“Tentu saja,” jawab Kala cepat. “Tapi aku ingin membantumu. Ini juga bagian dari tugasku sebagai suami yang baik, bukan?”

Nada suaranya terdengar menggoda, membuat Anggun memutar matanya. “Kau benar-benar menikmati peran ini, ya?”

Kala tertawa pelan. “Mungkin. Aku penasaran seperti apa wajah keluargamu saat mereka melihat kita.”

Anggun menggigit bibirnya, hatinya terasa sedikit berdebar. Ia tahu, pesta ini akan menjadi ujian besar untuk sandiwara mereka.

Tapi, dengan Kala yang sudah menyiapkan segalanya… mungkinkah pria itu benar-benar ingin membuatnya nyaman? Atau ada sesuatu di balik semua ini?

“Baiklah,” akhirnya Anggun berkata. “Tapi kalau ada yang salah di pesta nanti, kau yang akan kutanggung jawabkan.”

Kala terkekeh. “Tenang saja, istri. Aku sudah menyiapkan semuanya dengan sempurna.”

Dan entah kenapa, meski ia tidak ingin mengakuinya, kata-kata itu membuat Anggun merasa sedikit lebih tenang.

1
yuning
anggun
chloe
next
chloe
lanjut
yuning
semua akan kalah dengan yg namanya "nyaman"
chloe
lanjut
yuning
akhir yang tanpa akhir
chloe
lanjut
yuning
aku ikutan meleleh Kala
chloe
lanjut
yuning
manisnya Mr Kala
chloe
lanjut
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
kamu juga mas Kala 🥰🥰
yuning
kamu juga suamiku , jangan lupa mimpikan aku
chloe
lanjut
yuning
Karena kamu sangat romantis Mr Kala
yuning
anggun yang jadi nyonya Kala tapi kenapa aku yang merasakan manisnya
chloe
lanjut kak
chloe
lanjut
yuning
tenanglah anggun, Kala lelaki yang berprinsip
yuning
- + mulai saling tarik menarik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!