Bagaimana jadinya jika seorang dokter cantik yang selalu ceria dan petakilan bertemu dengan seorang tentara yang memiliki sifat dingin dan juga galak? akankah mereka bisa bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30 Salting Bikin Baper
Cinta dan kedua sahabatnya memang sedang memeriksa keadaan para anggota yang terkena cacar dan gondongan. Reynold dan Dean berjalan menghampiri, tidak ada yang tahu jika saat ini jantung Reynold seakan-akan mau loncat dari tempatnya. Reynold berdiri di belakang tubuh Cinta yang sedang sibuk memeriksa kondisi pasien.
"Dokter, ini obatnya dari rumah sakit Jakarta," ucap Reynold sembari memberikan kotak obat yang bersegel itu.
"Ok, terima kasih Pak," sahut Cinta tanpa menoleh ke belakang.
Cinta segera membuka kotak obat itu dan memeriksa obatnya. Reynold sama sekali tidak bicara, hanya terus memperhatikan Cinta. Sedangkan Lucy, tahu siapa Tentara yang baru datang itu.
"Kapten Reynold, ini Kapten 'kan?" seru Lucy dengan nada nyaring.
Cinta langsung terdiam, tangannya seakan kaku bahkan tubuhnya tiba-tiba tidak bisa bergerak sama sekali saking kaget dan gugupnya. "Apa kabar Dr.Lucy," sapa Reynold.
"Wah ada Kapten Reynold sama Lettu Dean, apa kabar bro!" sapa Hugo sembari merangkul pundak Dean.
Dean seketika menatap tajam ke arah Hugo membuat Hugo kaget. Perlahan dia melepaskan tangannya lalu memukul tangannya sendiri.
"Maaf Pak Lettu, tangan aku reflek tadi," ucap Hugo gugup.
Reynold kembali menatap Cinta yang masih membelakanginya. "Apa kabar Cinta? kamu baik-baik saja 'kan?" tanya Reynold.
Cinta benar-benar gugup kali ini, bahkan tangannya pun tampak gemetaran. Cinta berusaha menenangkan dirinya dan perlahan membalikan tubuhnya menghadap Reynold.
"Ha--halo Kapten, kabar aku baik-baik saja," sahut Cinta gugup.
Reynold tampak tersenyum di balik masker wajahnya. Lucy mengerti dengan keadaan keduanya, dia pun mengambil kotak obat yang Cinta pegang. "Cinta, kamu sudah dari tadi mengurus pasien, lebih baik sekarang kamu istirahat dulu. Kapten, tolong temani Cinta makan soalnya dia belum makan," ucap Lucy sembari mendorong pelan tubuh Cinta supaya menempel ke tubuh Reynold.
"Ishh, apaan sih aku belum lapar," sahut Cinta.
"Sudah sana, jangan malu-malu. Kapten juga pasti capek 'kan baru pulang dari Lebanon, jadi lebih baik kalian ngobrol dulu, ngopi-ngopi kek, aku tahu ada yang mau kalian bicarakan," ucap Lucy sembari mendorong keduanya untuk pergi.
"Tapi----"
"Gak ada tapi-tapian, bukanya kamu sering nanyain Kapten ya," goda Lucy.
Wajah Cinta semakin memerah, dia ingin sekali mencubit bibir sahabatnya yang lemes itu. Sedangkan Reynold lagi-lagi hanya tersenyum dan merasakan hatinya berbunga-bunga mendengar jika Cinta sering menanyakan dirinya. Cinta yang sudah sangat malu langsung pergi dari pos meninggalkan semuanya.
"Kapten, nunggu apa lagi sudah sana susul Cinta," goda Hugo.
Reynold tidak menjawab tapi dia segera menyusul Cinta membuat kedua sahabatnya bertos ria karena sudah berhasil membuat keduanya salting. Dean hendak melangkahkan kakinya menyusul Reynold tapi Lucy dengan cepat menarik baju Dean.
"Kenapa?" tanya Dean.
"Pak Lettu mau ke mana?" Lucy balik bertanya kepada Dean.
"Mau nyusul Reynold," sahut Dean polos.
"Astaga, susah payah kita menyuruh mereka berdua pergi, Pak Lettu malah mau ganggu. Sudah, Pak Lettu di sini saja bantu kita," ucap Hugo.
"Tapi----"
"Gak ada tapi-tapian, jangan ganggu mereka." Lucy menarik lengan Dean dengan kuat supaya Dean tidak mengikuti Reynold.
"Cinta, tunggu!" Reynold menahan lengan Cinta.
"Lepaskan Kapten, aku harus cuci tangan dulu soalnya aku baru saja memeriksa para pasien," sahut Cinta.
Reynold melepaskan Cinta dan membiarkan Cinta untuk mencuci tangannya terlebih dahulu. Setelah mencuci tangannya dengan bersih, Cinta berjalan menuju padang rumput tidak jauh dari sana. Itu adalah tempat favorit Cinta selama tinggal di sana.
Reynold mengikuti langkah Cinta, keduanya duduk di bawah pohon. Cinta dan Reynold sama-sama diam seribu bahasa, mereka bingung harus memulainya dari mana. Hanya jantung keduanya yang berdegup sangat kencang.
"Ehmmm...." keduanya sama-sama ingin memulai pembicaraan.
"Kamu mau ngomong apa?" tanya Reynold.
"Kapten saja duluan," sahut Cinta.
"Apa kabar, tadi kamu belum menjawab pertanyaanku," ucap Reynold.
"Alhamdulillah aku baik-baik saja. Kapten sendiri bagaimana?"
"Alhamdulillah, aku juga sangat baik," sahut Reynold gugup.
Reynold menatap jauh ke depan, dia menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. "Maaf, maafkan aku atas kejadian 1 tahun yang lalu." Reynold memulai pembicaraan.
"Kapten tidak usah minta maaf, aku tidak apa-apa kok," sahut Cinta dengan senyumannya.
"Seandainya mata kamu sampai tidak sembuh, maka aku akan merasa bersalah seumur hidup aku."
"Kapten mendo'akan mata aku tidak sembuh?" ucap Cinta pura-pura marah.
"Eh, bukan begitu. Namanya juga seandainya, aku telat menolong kamu dan kondisi kamu waktu itu asli kesalahan aku," ucap Reynold.
"Tidak, justru aku yang merasa bersalah. Kapten dan yang lainnya sudah mati-matian menolong aku bahkan Pak Tara sampai tewas gara-gara menolong aku," ucap Cinta sedih.
"Jangan menyalahkan diri sendiri, tugas kami memang seperti itu masalah mati atau hidup sudah jadi konsekuensi dari tugas kami, jadi tidak usah kamu merasa bersalah," sahut Reynold.
Cinta tersenyum. "Oh iya, ngomong-ngomong kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Reynold kembali.
"Aku ingin mengabdikan diri saja sebagai dokter sukarelawan di sini. Kehidupan di kota sangat membosankan, lebih baik aku tinggal di sini seru banyak tantangannya," canda Cinta terkekeh.
"Seru kamu bilang? di saat dokter yang lain ingin dapat tugas di kota, kamu malah milih tugas di pulau yang jauh dari mana-mana. Dasar dokter aneh," ledek Reynold.
"Apa Kapten bilang? dokter aneh? ishh...menyebalkan sekali." Cinta reflek memukul lengan Reynold membuat Reynold terkekeh.
Tapi pada saat Cinta menyentuh lengan Reynold, dia teringat akan kejadian 1 tahun lalu di Singapura. "Terima kasih, waktu itu Kapten sudah bela-belain datang ke Singapura," lirih Cinta.
"Iya, sayangnya aku gak bisa nemenin kamu operasi karena aku harus berangkat tugas ke Lebanon."
Tiba-tiba Cinta bangkit dari duduknya membuat Reynold mendongakkan kepalanya. "Maaf Kapten, aku harus kembali ke pos," ucap Cinta.
Reynold mengangguk, Cinta mulai melangkahkan kakinya. "Tolong sampaikan salam aku untuk Om Alan dan Tante Dewi!" teriak Reynold.
Seketika Cinta menghentikan langkahnya, dia kaget dengan ucapan Reynold. Cinta pun kembali membalikan tubuhnya menghadap Reynold. "Sampaikan salam untuk mereka, lain kali aku akan datang berkunjung ke rumah kali aja mereka punya putri yang belum menikah," canda Reynold.
Wajah Cinta seketika merah salting, bahkan tenggorokannya terasa tercekat. Dia pun segera pergi meninggalkan Reynold dengan setengah berlari. Kali ini jantungnya benar-benar sudah tidak aman.
"Astaga Rey, berani sekali kamu mengatakan hal seperti itu, secara tidak langsung kamu nembak Cinta," gumam Reynold kepada dirinya sendiri.
*
*
*
Guys, ini mau dilanjut season 2 gak? soalnya ciri khas karya Author itu gak panjang babnya, kalau yang mau lanjut komen sebanyak-banyaknya🥰
Nerima karena terpaksa nanti jadi bucin baru tau rasa