NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikah Dengan Kakak Mantan

Terpaksa Menikah Dengan Kakak Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:312.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Ghina

Kekhilafan satu malam, membuat Shanum hamil. Ya, ia hamil setelah melakukan hal terlarang yang seharusnya tidak boleh dilakukan dalam agama sebelum ia dan kekasihnya menikah. Kekasihnya berhasil merayu hingga membuat Shanum terlena, dan berjanji akan menikahinya.

Namun sayangnya, di saat hari pernikahan tiba. Renaldi tidak datang, yang datang hanyalah Ervan—kakaknya. Yang mengatakan jika adiknya tidak bisa menikahinya dan memberikan uang 100 juta sebagai ganti rugi. Shanum marah dan kecewa!

Yang lebih menyakitkan lagi, ibu Shanum kena serangan jantung! Semakin sakit hati Shanum.

“Aku memang perempuan bodoh! Tapi aku akan tetap menuntut tanggung jawab dari anak majikan ayahku!”



Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19. Ada Yang Kesal

Namun belum sempat ia bangkit, seorang pria—salah satu tamu undangan dengan jas abu muda—cepat-cepat menghampiri Shanum dan menopang lengannya sebelum ia jatuh.

Shanum terkejut, tapi cepat menenangkan diri. Ia tersenyum pada pria itu, menunduk sedikit.

“Terima kasih, Pak. Saya nggak lihat ada air tadi,” katanya dengan suara lembut, menutupi rasa terkejutnya.

Pria itu mengangguk. “Hati-hati ya, Mbak. Nanti bisa keseleo kalau salah injak.”

Shanum mengangguk. “Iya, makasih sudah nolongin.”

Ervan mengatup rahangnya. Tangannya mengepal di bawah meja. Seketika semua suara di sekitarnya terdengar seperti dengungan semu. Percakapan tentang tanggal pernikahan seakan jadi gema jauh yang tak mampu menyentuh pikirannya. Yang ada hanya gambar Shanum tersenyum—bukan padanya, tapi pada pria lain.

“Ervan?” Suara Mama Diba menyadarkannya. Namun, sebelumnya ia melirik terlebih dahulu ke arah anaknya memandang. Untungnya saja Meidina tidak menyadari Ervan menyebut nama wanita lain karena sedang diajak bicara sama kedua orang tuanya.

Ervan mengedipkan mata. “Iya, Ma?”

“Kamu setuju, kan? Tanggalnya kita majukan? Biar Mama bisa langsung urus gedung sama catering minggu depan,” desak Mama Diba dengan perasaan gregetan.

Ervan menatap semua orang di meja. Wajah mereka penuh harap. Meidina menggenggam tangannya, hangat tapi membuatnya semakin sesak.

Ia menarik napas pelan. “Beri aku waktu … sehari-dua hari untuk pikirkan ini. Aku hanya ingin pastikan semuanya tidak terburu-buru. Lagi pula Ma, kita juga harus berunding dulu dengan papa.”

Meidina tampak sedikit kecewa, tapi masih tersenyum. “Ya udah, kalau itu bisa bikin Kak Ervan nyaman. Tapi aku harap Kakak setuju, ya. Bukankah selama ini Kak Ervan ingin segera menikahiku.”

“Tenang, Mei,” ujar Mama Diba. “Ervan ini memang tipe yang suka mikir dulu. Tapi Tante yakin dia akan setuju.”

Ervan memaksakan senyum. Ia kembali melirik ke area Shanum berada, tapi gadis itu sudah menghilang ke belakang, mungkin ke dapur. Sementara pria tadi tampak bicara sebentar dengan rekan-rekannya sebelum kembali ke tempat duduknya.

‘Siapa dia? Kenapa bisa begitu cepat nolong Shanum?’ pikir Ervan, kesal. Loh, kenapa harus kesal? Seharusnya Ervan bersikap biasa saja.

Dan lebih kesal lagi, kenapa ia yang jadi suaminya Shanum—kini tak lebih dari sekadar penonton dari jauh.

...***...

Di belakang dapur, Shanum berdiri sejenak, menatap bayangan dirinya di cermin kecil yang tergantung di dekat rak piring. Dadanya masih bergemuruh karena hampir terpeleset. Tapi lebih dari itu, matanya tadi sempat menangkap sosok Ervan yang menatap ke arahnya dari kejauhan.

‘Dia lihat,’ batinnya.

Tapi bukan itu yang membuat hatinya bergetar.

Yang membuatnya terdiam lama adalah ekspresi Ervan. Wajah yang tadinya dingin saat bicara padanya, kini tampak … kesal. Bingung. Bahkan mungkin—meski samar—cemburu?

“Ah, sudahlah, Shanum. Jangan halu, kamu mungkin saja salah menilai, tapi aneh juga kenapa wajahnya begitu,” gumamnya pelan, mencoba tertawa pada dirinya sendiri. Lalu, mengusap perutnya. “Anak Ibu kuat ya, untung tadi Ibu tidak jatuh.”

Tia masuk beberapa menit kemudian dan menepuk pelan punggungnya. “Sha, kamu butuh minum? Aku ambilin ya?”

Shanum mengangguk. “Makasih, Mbak.”

Sementara di ruang utama, pembicaraan antar keluarga masih terus berlanjut. Tapi Ervan sudah tak lagi ikut berkomentar. Ia sibuk dalam pikirannya sendiri, dan tak bisa menghapus wajah Shanum dari bayangannya. Senyum tenang gadis itu, sikapnya yang tetap profesional.

...***...

Setelah sekitar lima belas menit, acara perlahan mulai bubar. Para tamu meninggalkan ruangan, dan beberapa petugas vendor mulai membongkar dekorasi.

Ervan berdiri di sisi ruangan, sengaja menjauh dari kerumunan.

Langkah Shanum terlihat dari balik tirai buffet. Ia membawa baki kecil berisi kue sisa acara, mungkin akan dibagikan pada staf klinik. Ia tampak tenang, seperti tak ada yang menggoyahkan hatinya.

Tapi Ervan tahu, dibalik ketenangan itu, Shanum menyimpan luka. Luka yang sebagian besar ia goreskan sendiri.

“Kenapa kamu bisa setenang itu, Shanum?” gumamnya lirih. “Kenapa kamu bisa tetap berdiri ... sementara aku kesal dan kecewa.”

Suara Mama Diba kembali terdengar dari belakang.

“Ervan, kamu nggak mau bantu Mama atur waktu meeting dengan WO minggu depan?”

Ervan menoleh cepat. “Maaf, Ma … aku ada urusan mendadak. Aku balik ke kantor duluan.”

“Lho, tapi—”

“Sampaikan saja ke Meidina,” potongnya halus.

Tanpa menunggu reaksi siapa pun, ia melangkah keluar ruangan. Tapi bukan ke parkiran mobil. Kakinya justru membawanya menyusuri lorong sempit menuju area belakang, tempat Shanum berada.

Jantungnya berdetak tak karuan.

Ia tahu, ia harus bicara. Tapi ia juga tahu, Shanum bukan perempuan kebanyakan yang seperti yang ia kenal, yang berusaha menarik perhatiannya. Tapi, Shanum adalah seseorang yang bahkan mampu membuatnya merasa kalah … hanya dengan sebuah senyuman.

Dan saat Ervan nyaris tiba di pintu belakang dapur, ia mendengar suara gelak tawa Shanum—ringan, tulus—bersama pria yang menolongnya tadi.

Langkahnya terhenti. Dadanya sesak.

Lalu dari balik pintu, terdengar suara Shanum berkata:

“Pak Adam, terima kasih sekali tadi sudah nolongin. Shanum sampai sekarang masih deg-degan.”

“Tenang aja, saya tidak akan biarin kamu jatuh. Apalagi kalau jatuhnya di hati,” jawab pria itu sambil tertawa kecil.

Shanum ikut tertawa, suara tawanya menggema di hati Ervan, meninggalkan lubang yang semakin dalam.

“Keterlaluan kamu, Shanum!”

 Bersambung ... ✍️

1
hasatsk
jreng... jreng siapa gerangan yang datang membunyikan bel....
Piet Mayong
pasti itu Evan yg datang
Ma Em
Pak Aiman dan Bu Iffah akhirnya menyesal setelah Shanum pergi , orang tua yg seharusnya bisa melindungi anaknya yg lagi terpuruk Shanum malah diusir biarkan saja kedua orang tua Shanum menyesali segala perbuatannya pada Shanum itung2 kasih pelajaran .
🔵 ve spa
Ervan kah yang datang 🤔
☠ᵏᵋᶜᶟ🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳ɳҽˢ⍣⃟ₛ♋
apakah yg masuk itu evan
Shee
bagus ceritanya nya, semangat kak
ir
kalo sudah tiada baru terasa, bahwa kehadiran nya sungguh terasa
Mulaini
Jangan-jangan pemilik toko roti atau si Ervan yang datang.
anonim
akhirnya kedua orang tua Shanum menyesali perbuatannya telah mengusir Shanum. Penyesalannya setelah pak Wijatnako ngomong banyak dan memberhentikan Aiman dari pekerjaannya. Sekarang baru merasakan sedih dengan segala penyesalan ketika tidak bisa menemukan Shanum
Herman Lim
sapa Ervan ato sapa ne yg DTG
mama
lnjt up lgi thor, 🥰
Mulaini
Ervan tenang saja Shanum baik² saja dan kamu tinggal ikutin kata² papa mu.
Kimmy Doankz
nyesel kn orang tua shanum,, sepertinya yg datang ervan
Noor hidayati
berlomba lomba cari shanum
Noor hidayati
di iyakan saja shanum,keinginan papa wijatnako,biar ga stres terus
Inooy
maka nya pa Aiman jd ayah tuh yg bijak,,jangan hanya g mo jd gunjingan para tetangga bapa tega mengusir Shanum....
ternyata papa Wijat lebih bijak menyikapi permasalahan Shanum terlepas dr kesalahan Reinaldi d banding anda pa Aiman!!!
Naufal Affiq
kenapa baru menyesal ayah,apa kerna omongan papa wijatnako,kalian jadi takut
Inooy
baru sadar paaaa,,kemarin kemana aaaaja tuuh...skarang giliran Shanum menghilang baru menyalahkan diri sendiri,,kemarin2 bapa g mo mendengarkan rintihan Shanum yg begitu membutuhkan dekapan seorang ayah...eeeh malah d usir tuh Shanum nya 😮‍💨
Inooy
begitu perhatian nya papa Wijat demi kelangsungan hidup Shanum,,,sampe2 Shanum akan d pindahkan k luar kota bahkan klo Shanum mo sampe k luar negeri..sampe sebegitu nya papa Wijat hanya karena g mo melihat Shanum hidup terpuruk...
hidup tersakiti bahkan sama dua orang kaka beradik skaligus,,begitu miris hidup Shanum d lecehkan oleh Reinaldi,,d tekan oleh Ervan, d hina ma Meidina dn d caci maki ma bu Diba..bahkan orangtua sendiri mengusir nya,,,tp TIDAK dengan papa Wijat..dengan penuh kasih sayang papa Wijat merangkul Shanum jangan sampe terpuruk lebih jauh,,dengan penuh kasih papa Wijat memberikan ketenangan..bahkan papa Wijat pasang badan utk Shanum jika ada yg berani menyakiti nya 🥺...kasih sayang papa Wijat melebihi kasih sayang orangtua kandung 😥

bangkitlah Nuuum,,jangan kecewakan papa Wijat yg begitu sayang ma kamu layak nya puteri sendiri..tunjukan pada orang2 yg telah menyakiti muuu 🥺💪💪
Rabiatul Addawiyah
wah dpt warisan neh Shanum
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!