Mommy Untuk Anak Duda

"Revandra apa yang kau lakukan? Kau merusak meja mahal Mama!" teriak Rena.

Bukannya merasa bersalah Revandra malah tambah merusaknya.

"Kenapa takut banget meja mahalnya di rusak? Sedangkan merusak hati orang lain sangat gampangan, tanpa merasa takut?" kali ini bukan Revandra yang berbicara malainkan Gracel.

"Meja mu rusak hanya merugikan mu, tapi tante merusak hati sesama manusia akan merugikan bangsa."

"Maaf, Mas." Gracel mundur dan menunduk.

"Gak Papa," sahut Revandra mengenggam tangan Gracel.

"Sialan, lo." Rena ingin melayangkan tamparan keras ke pipi Gracel namun di tahan langsung dengan gadis itu.

"Jangan menyentuh ku, tangan tante terlalu mahal untuk kulitku yang alergi dengan kesembongan," sindir Gracel menepis tangan wanita paruh baya itu. "Tadinya aku ingin menghargai mu karena akan menjadi Ibu mertuaku, tetapi Ibu mertua seperti mu tidak pantas di hargai apalagi di beri hati nurani," lanjut Gracel.

"Aku dan mas Revandra datang ke sini cuma memberi tau tepatnya, bukan meminta izin atau meminta pendapat mu tentang penampilan ku. Apa tante sadar menjelek-jelekan orang yang sudah tiada dosanya sangat besar?

"Apa tante tau? Kalau cucumu itu juga sama seperti Ibunya? Walaupun aku belum melihat wajah mendiang istri mas Revan, tapi aku yakin El sangat mirip dengannya."

Revandra menatap kekasihnya lalu membawanya pergi. Dia sangat tau gadis itu memang lembut, tapi mempunyai sisi lain dari tubuhnya yang akan mereog.

"Mas, aku gak suka banget sama Mama mu. Gara-gara dia yang memancingku aku bisa durhaka!" ketusnya. "Maaf aku menceramahinya, mungkin orang luar sana akan memanggilku calon menantu durhaka."

Revandra tersenyum. "Lucu tau gak kalau kamu marah-marah kaya tadi."

Gracel mencubit pinggang Revandra dengan kuat membuat lelaki itu meringis.

******************

"Mau singgah makan dulu gak? Kita pacaran dulu!"

"Tapi El akan mencari kita, Mas," jawab Gracel.

"Sayang, kan El sama Grandmanya, kali ini luangkan waktumu dengan ku," rengek Revandra.

Graceland mengangguk. "Ok."

Revandra tersenyum lalu tangan kirinya mengelus tangan mulus gadis itu sedangkan tangan kanannya memutar-mutar stir mobil.

Mereka singgah makan bakso di pinggir jalan, atas mauan Gracel dia ingin seperti para anak remaja yang berpacaran pada umumnya, padahal mereka sudah bukan remaja lagi, tapi gak papa biar terlihat romantis.

"Mas baksonya dua mangkok ya!" teriak Gracel.

"Ok asiap."

Revandra menarik tubuh Gracel mengsandarkan kepala gadis itu di dada bidaknya.

"I Love you ayang," bisik Revandra.

"Too duda," balas Gracel tertawa terbahak-bahak. "Eh mas, mas tau gak?" tanya Gracel memegang dagu Revandra dari bawah.

Revandra menggeleng. "Kan belum di beri tau sayang," ucapnya.

"Dulu aku sering berdo'a supaya di kirimkan oleh Tuhan, duda spek song jong ki, tapi sayangnya aku tidak mendapatkannya."

Revandra mengejapkan matanya. "Aku?" tanya Revandra.

"Gak! Kamu bukan spek yang ku mau!" jawab Gracel menggeleng dengan gemas. "Aku hanya meminta spek song jong ki malah Tuhan memberiku yang lebih dari apa yang ku mau," lanjutnya membuat Revandra yang tadinya mengerucut langsung menerbitkan senyumannya.

Revandra memeluk tubuh gadis itu dengan sangat erat.

"Sekali lagi aku mencintai mu," bisik Revandra.

"Aku juga," balas Gracel mencium pipi lelaki itu.

"Di sini gak?" tanya Revandra menunjuk bibirnya.

"Belum halal!" jawab Gracel ketus.

"Padahal mah, udah tuh," sindir Revandra.

"Itukan kekhilaf!" celetuk Gracel melepaskan pelukannya dari Revandra saat pesanan mereka sudah datang.

"Aduh, kalian pasangan yang romantis bisa ku potret?" tanya seseorang yang ada di samping mereka.

"Boleh." Revandra mendekatkan Gracel ke arahnya.

"Aku boleh sedikit memberi saran gaya?" tanya tukang potret tersebut.

Mereka mengangguk.

Tukang potret pun memberi tau mereka harus bergaya seperti apa sampai hasilnya sangat bagus.

"Makasih, Mas," ucap Gracel.

"Sama-sama." Dia pun pergi dari sana setelah memberikan gambar tersebut ke Revandra.

"Bagus," puji Gracel.

"Kalian sangat cocok, semoga kalian selalu bersama," sahut mas tukang bakso yang membawa pesanan mereka.