Vivian Lian di hidupkan kembali setelah mendapatkan pengkhianatan dari suaminya dan adik tirinya. Di kehidupan lalu, dia mempercayai ibu tirinya dan adik tirinya hingga berakhir mengenaskan. Dia pun melakukan cinta semalam dengan calon tunangan adik tirinya hingga mengandung anak sang CEO demi membalaskan rasa sakit hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pekerjaan Mendesak
"Menyiksa mu?" tanya Anderson. Tidak mungkin Dixon menyiksa Elina karena pada saat itu keduanya terlihat bahagia. "Aku tidak percaya kalau Dixon menyiksa mu."
Elina semakin menangis, ini salahnya yang memilih jalan untuk pergi. Dia memang berusaha melupakan Anderson. Akan tetapi setelah menikah, ia tidak bisa melupakan Anderson.
"Ini salah ku, aku terpaksa. Kedua orang tua ku memiliki hutang pada keluarga Dixon. Waktu itu perusahaan ayah ku di ambang kebangkrutan, ayah ku memutuskan untuk membuat ku menikah dengan Dixon."
Kedua tangan Anderson mengepal, jadi perpisahannya selama ini karena ada campur tangan dari keluarga Elina.
"Aku minta maaf. Aku mohon tolong aku, Dixon pasti mencari ku dan menyiksa ku," ucap Elina. Ia sangat takut dengan Dixon. Sudah berapa kali ia di tampar oleh Dixon. "Aku mohon lindungi aku."
"Aku sedang mengandung."
Anderson terkejut, wanita di depannya ternyata sudah memiliki anak. Ia menghela nafas, mungkin ia bisa membantunya untuk melindunginya. "Baiklah, kau tinggalah disini."
Elina tersenyum, ia menghapus air matanya. "Terima kasih And, o iya bagaimana kabar istri mu?"
Deg
Seketika jantung Anderson berhenti, melupakan sesuatu, ia melupakan istrinya dan meninggalkannya di pesta. Ia merogoh sakunya dan tidak menemukan ponselnya. "Vivian."
Anderson berlari keluar dari Apartementnya. Bahkan di dalam Lift pun ia merasa tubuhnya terasa panas dingin. Ia sangat khawatir dengan Vivian. Ia berharap tidak terjadi apa-apa adanya. "Vivian aku harap kau baik-baik saja."
Anderson membuka pintu mobilnya dan mencari ponselnya. Ia bernafas lega melihat ponselnya berada di dalam mobil. "Daddy Elmar?" Ia melihat 33 kali panggilan dari Daddy Elmar. Ia pun berbalik menghubunginya.
"Daddy ..."
"Anderson kau kemana saja? Vivian berada di rumah sakit,"
"Apa?!" Sontak Anderson terkejut, tubuhnya langsung menegang. Ia langsung masuk ke dalam mobilnya dan berbicara singkat. "Daddy berada di rumah sakit mana?"
"Di rumah sakit Xxx."
Anderson mematikan ponselnya. Ia menancapkan gasnya dengan cepat. Mobil Lamborghini itu pun melaju kencang membelah jalan yang padat dengan beberapa lalu lintas. Anderson tidak perduli dengan keselamatannya, bayangan Vivian yang tersenyum membuat pikirannya tak karuan. "Vivian aku baru saja meninggalkan mu dan sudah terjadi sesuatu. Vivian aku berharap kau baik-baik saja."
Sesampainya di rumah sakit, Anderson menuju ruangan Vivian. Pria itu menemukan tuan Elmar yang sedang berada di luar.
"Daddy."
Tuan Elmar bangkit, Anderson langsung melihat ke arah pintu ruangan. "Bagaimana keadaan Vivian?" tanya Anderson terlihat khawatir, kedua matanya memancarkan ketakutan yang mendalam. "Sebenarnya apa yang terjadi Dad?"
Tuan Elmar merasa bersalah, ia tidak bisa menjaga Vivian dengan baik. Ulang tahun yang seharusnya membawanya kebahagian tapi justru menimpa kemalangan padanya. "Vivian di dorong oleh Alena. Tadi Diane menyuruh Vivian mengganti pakaiannya, tapi siapa sangka Alena dan Diane merencanakan sebuah rencana yang busuk. Mereka berniat menjebak Vivian dengan Feng Yan. Vivian berlari tapi Alena menodorngnya dari tangga."
"Dimana mereka Dad?" tanya Anderson. Bagaikan gunung merapi yang meledakkan lahar panansnya, Anderason ingin membakar ketiga orang itu. Beraninya mereka menyentuh apa yang sudah menjadi miliknya, Vivian adalah tanggung jawabnya.
"Aku sudah menjebloskan mereka ke penjara." Setelah menggali semuanya sengan CCTV di rumahnya. Akhirnya semua terungkap kalau Alena dan Diane ingin menjebak Vivian.
"Aku tidak akan membiarkan mereka bebas. Mereka akan membayar apa yang telah mereka lakukan." Anderson berkata dengan geram, dia meninju dinding hingga membuat tangannya berdarah.
"Anderason redakan emosi mu, sebaiknya kau obati dulu luka tangannya. Aku sudah membereskan mereka, kau temui Vivian."
Anderson mengangguk, ia harus menemui Vivian dan melihat keadaannya. Ia merasa bersalah meninggalkan Vivian. Seharusnya ia bisa menguasai pikiran dan hatinya.
Saat Anderason membuka pintu ruangan rawat inap Vivian, seketika tangannya berhenti.
"Anderson, tadi kau kemana saja? Kau tidak ada di pesta? Apa ada sesuatu yang membuat ada pekerjaan mendesak?"
Deg
Anderson meremas handle pintu di depannya. Ia menoleh dan tersenyum, ia tidak mungkin mengatakan yang sesungguhnya. "Aku ada pekerjaan mendesak Dad."