tentang seorang anak yang lahir dari seorang ibu, yang ditinggalkan oleh sang suaminya sejak dari dalam kandungan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jordi Vandanu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kami Keluarga Dian.
Dan tak menunggu lama, Dika segera terbang ke kota J, setelah Dian mengirim alamat kampungnya, dari kota menuju ke sana, memerlukan waktu sekitar 3 jam naik mobil, Yogi sudah mengurus semua itu, mereka berdua pergi ke sana. Dan Dian juga memberi alamat bidan Ros, Nia (ibunya Cica).
Hanya ada penginapan di sana, tak ada hotel, tapi Dika dan Yogi tak masalah. Setelah istirahat sejenak, mereka pun mendatangi rumah bidan Ros pertama kali.
"ya Allah kamu Yudi? " tanya bidan yang sudah berumur, tapi masih nampak sehat itu.
Dika tersenyum.
"bukan bu bidan, saya Dika, anaknya Yudi, saya abangnya Dian. " jawab Dika ramah.
"Masya Allah, Dian apa kabarnya nak? Apa dia sehat sehat saja? " tanya Ros.
"Alhamdulillah Dian baik baik saja bu, dia sekarang ada di Turki. "
Mata Ros terbelalak sempurna. Bagi orang kampung seperti dia, keluar negeri adalah hal yang mustahil, jauh.
"Masya Allah, anaknya Yudi berhasil juga, kalian sudah bertemu? "
"sudah bu.......... "
Mengalir lah cerita Dika, semuanya.. Dan berkali kali juga Ros mengusap airmata haru. Tak menyangka, kehidupan Dian begitu baik sekarang.
"semoga kalian selalu rukun rukun ya nak, kamu dan Dian sangat mirip sama Yudi. " Ros mengusap usap bahu Dika.
"jadi tujuan kami ke sini, mau memperbaiki makam ibu, dan nek Ijah, sekalian mengurus tanah peninggalan beliau mau kami bikin rumah tinggal. "
"Alhamdulillah Ya Allah, baiklah ayo saya antar ke rumah pak rt, beliau tahu dimana surat tanah itu. " Ros terlihat bersemangat, dalam hati Dika mengucap syukur berkali kali, segala sesuatu begitu dimudahkan.
"jadi kamu anaknya Yudi, pantesan mirip nak, emang sudah seharusnya Dian memperbaiki makam ibu dan neneknya, kami kalau kebetulan ziarah ke sana, selalu membersihkan makam itu. Nanti habis Zuhur kita kesana ya. " kata pak rt. Sebenarnya beliau sudah bukan rt lagi, tapi anak beliau yang menggantikan, cuma sebutan pak rt itu masih melekat sampai sekarang. Dika paham, bidan Ros dan pak rt adalah orang orang baik yang ada di dekat ibu Diana dulunya.
"iya pak, dapat salam dari Dian, terus mengenai rumah di kebun nek Ijah, kami ingin membangunnya pak, kalau perlu tanah di sekitar itu kami beli, agar nanti kami kalau berkunjung, tidak usah mencari penginapan lagi. " ucap Dika.
"nek Ijah tinggal sebatang kara, setelah anak dan suami beliau meninggal kecelakaan, bertemu dengan Diana, yang maaf.... Ketika itu sedang hamil, dan diusir oleh pamannya.......... "
Pak rt bercerita panjang lebar. Dika dan Yogi mendengarkan dengan serius.
"surat hibah ada nak, disitu tertulis nek Ijah menghibahkan tanah dan rumah itu untuk Dian, dan dipersilahkan membangun rumah di sana, sebentar saya ambilkan. " pak rt pun berdiri. Dan kembali dengan sebuah map.
"disini yang jadi saksi adalah bu bidan Ros, saya sendiri dan ketua pemuda, ada tanda tangan kami juga, lengkaplah waktu itu, nek Ijah gak mau kalau kemudian hari ada percekcokan, dan surat ini saya yang pegang. " jelas pak rt lagi.
"dan nek Ijah berharap, suatu saat nanti..kalau Dian ingin kembali karena dunia jahat, Dian boleh tinggal disana. " imbuh pak rt. Dika merasakan sesak di dada.
"Insya Allah, Dian tak akan menemukan dunia yang jahat lagi pak, saya sebagau abangnya, berjanji akan menjaga Dian dengan baik. " ucap Dika.
Pak rt dan Ros mengangguk haru.
"tanah sawah yang di belakang rumah nek Ijah itu, adalah tanah saya nak, kalau kamu mau beli, saya akan jual, terserah berapa...yang penting cukup untuk ongkos saya dan istri pergi umroh, ada sertifikatnya atas nama saya. " kata pak rt.
Dika tersenyum.
"kita lihat nanti luasnya ya pak, saya tidak mau membeli untung, yang jual rugi... Jadi kita sama sama untung ya pak. "
Pak rt tersenyum. Pergi ke Mekkah di kampung ini masih sangat jarang sekali. Kalau mau jual tanah, pun sangat susah..karena jauh dari kota.
Dika dan Yogi kembali ke penginapan untuk istirahat sebentar.
Setelah makan siang seadanya, tapi nikmat mereka kembali ke rumah pak rt, kali ini anak pak rt yang menjadi rt sekarang, Ardi.. Ikut menemani.
Mereka jalan kaki saja ke ladang itu, tak lupa Ardi membawa parang, untuk menebas rumput liar sepanjang jalan.
"mau kemana pak rt? " tanya Candra, pamannya Dian, yang rumahnya dilewati menuju ke ladang itu.
"ke ladangnya nek Ijah pak Candra, ini ada saudaranya datang dari kota. " jawab pak rt. Candra mendekat, karena penglihatannya sudah berkurang.
"saudara nek Ijah? Siapa? Eh.. Kamu Yudi kan ya? Yudi suaminya Diana, Leni oo Leni! Sini! Ada Yudi, suami ponakanmu ini. " seru Candra tiba tiba. Diva yang tadi sibuk main hp di teras mendekat, perempuan berusia 40 tahunan itu sudah menjanda selama 6 tahun ini.
"apa pak? " tanya Leni cepat.
"ini Yudi bukan? " Leni mengernyit dahi. Pak rt segera bertindak.
"ini bukan Yudi, tapi Dika anaknya Yudi, abangnya Dian, permisi Candra kami mau ke tempat bek Ijah. " pamit pak rt.
"ganteng banget anaknya Yudi ya mak. " gumam Diva.
"ngapain mereka ke sana pak? " tanya Leni.
Perempuan tua itu terlihat sedikit bungkuk.
"mereka mau ke kuburan Diana dan mak Ijah Len, mau memperbaiki makam dan lainnya. " jawab pak rt. Dika dan Yogi hanya tersenyum saja. Ardi mengajak mereka melanjutkan perjalanan, tak lama pak rt pun pamit.
"jadi itu anaknya si Yudi pak? " tanya Diva.
"kata pak rt iya Va, ganteng mirip banget sama Dian anaknya Diana. " jawab Candra. Diva hanya mengangguk. Bibirnya tersenyum.
Mereka sampai di bekas rumah nek Ijah. Rumah papan itu tertutup rumput tinggi, dengan cekatan Ardi menebas rerumputan itu. Dan tak lama rumah terlihat jelas.
"bisa bantu cari orang untuk membersihkan makam dan memberi keramik pak? " tanya Dika.
"bisa nak Dika, tapi besok pagi ya, Ardi yang akan urus. Nah kalau yang itu, sampai ke sana tanah yang mau bapak jual nak. " tunjuk pak rt. Dika menatap sekeliling.
"lumayan luas juga Dik, ada 800 meter ini. " kata Yogi.
"iya segitu nak nanti ada di sertifikatnya. Nah itu kuburan mereka nak. " ucap pak rt. Menunjuk dua buah makam yang berdekatan dan hanya gundukan tanah dengan batu kali disekelilingnya
Dika mendekati makam, ada tulisan nama Diana dan Ija di bagian kepala dibatu nisan.
"Asalamualaikum bu, ini anakmu Dika, maaf ya bu baru bisa datang sekarang, Dian baik baik saja kok bu, Dika janji akan membuat Dian bahagia, semoga ibu tenang di surganya Allah, Aamiin. "
Semua ikut mengamini. Doa yang sama dan ucapan terimakasih buat nek Ijah.
Tak lama kemudian, mereka kembali.. Melewati depan rumah Candra kembali.
Seorang gadis sepantaran Dian nampak berdiri di depan pagar.
"mampir dulu nak, ini rumah sepupunya Diana lo, ini anak saya Deva, temannya Dian lo. " kata Diva.
"maaf ibu, kapan kapan lah saya mampir ya, keburu mau hujan, permisi. " jawab Dika, hanya melempar senyum samar pada Deva dan Diva.
Deva menatap kagum pada ketampanan Dika dan Yogi.
"mama, itu abangnya Dian? " tanya Deva.
"iya Dev, sepertinya dia orang kaya Dev, kamu bisa mendekatinya lo, " hasut Diva.
Deva tersenyum penuh percaya diri, disini Deva emang terkenal cantik, dia suka dandan, karena Deva bekerja di sebuah salon.
"mmm... Boleh juga ma. " jawab Deva pede.
sepusing2nya mereka mencari plngan pake orang suruhan😂