NovelToon NovelToon
Alice Celestia Dalian

Alice Celestia Dalian

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Beda Usia / Cinta Beda Dunia / Teen School/College / Identitas Tersembunyi / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

"Jatuhkan mobilnya ke jurang sekarang juga!" Dalian mendorong pundak Ayah.

Jalanan licin membuat mobil tergelincir.

"Kyaaa!!!"

Semua orang menjerit saat mobil melaju liar menuju tepi jurang hingga ke dalam.

"Jedderr!! Jedderr!!" Petir menyambar.

Seakan meramalkan malapetaka yang akan datang.
Dan dalam kekacauan itu, terdengar suara di tengah hujan dan petir, suara yang hanya Dalian yang bisa dengar.

"Selamat datang, gadis berambut hitam."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eclipse, Salah Satu Makhluk Terkuat

Kata-kata Eclipse membuat Kaya terdiam sejenak. “Kau bohong!” balasnya, tetapi ada keraguan di dalam hatinya.

Eclipse mengangkat tangannya, dan di udara muncul gambaran Dalian yang duduk di bawah pohon besar, pandangannya kosong dan tanpa ekspresi. “Lihat sendiri. Apa kau pikir dia ingin kau menemukannya? Dia sudah menjadi bagian dari hutanku. Inner child-nya memilih untuk tinggal di sini.”

Kaya menatap gambaran itu dengan perasaan bercampur aduk. Dia tahu Eclipse adalah makhluk yang licik dan manipulatif, tetapi gambaran Dalian yang terlihat pasrah membuatnya ragu.

“Dalian…” bisiknya lirih.

Eclipse tersenyum sinis, memanfaatkan momen itu untuk menyerang. Bayangan hitam melesat cepat ke arah Kaya, menghantam tubuh kecilnya dan membuatnya terpental. Kaya terjatuh ke tanah, napasnya tersengal-sengal.

“Kau lemah, Wakaya,” kata Eclipse sambil mendekat. “Kau tidak punya kekuatan untuk melawan hutan ini. Pergilah sebelum kau menjadi bagian darinya juga.”

Namun, Kaya bangkit perlahan, meskipun tubuhnya bergetar. Matanya penuh tekad. “Aku mungkin kalah darimu dulu, tapi aku tidak akan menyerah kali ini. Dalian masih bisa diselamatkan, dan aku akan menemukannya, apa pun yang terjadi.”

Eclipse tertawa dingin, lalu melangkah mundur ke dalam kegelapan. “Kalau begitu, cobalah. Tapi ingat, waktu tidak berpihak padamu.”

Setelah Eclipse menghilang, Kaya kembali berdiri tegak, matanya menyapu hutan yang perlahan berubah menjadi lebih gelap dan penuh ilusi.

“Dalian, aku tidak akan meninggalkanmu,” katanya dengan penuh keyakinan. Dia mulai berlari, melewati rintangan yang diciptakan hutan, mengikuti suara-suara samar yang mungkin membawanya ke tempat Dalian berada.

Kaya terus melangkah, melewati akar-akar pohon yang seperti sengaja melilit jalannya. Kabut semakin tebal, menyelimuti pandangan, tapi ia tetap maju, dipandu oleh tekadnya untuk menemukan Dalian.

Kaya terus berlari, langkahnya semakin mantap meski tubuhnya terasa berat oleh tekanan hutan. Suara gemerisik ranting di kejauhan memecah keheningan. Dengan waspada, Kaya mempercepat langkahnya, namun tiba-tiba sesuatu menabraknya dengan keras.

“Awas!” seru suara yang familiar. Kaya menggelinding di tanah, matanya membelalak saat ia menyadari siapa yang menabraknya.

“Dalian?” Kaya mendongak, melihatnya bersama sesosok arwah- Cian.

Dalian membawa sesuatu di dalam pelukannya. Telur besar berisi inti Jiwa itu berpendar samar, namun mengandung seluruh jiwa yang terperangkap.

Cian di sisi Dalian, terlihat gelisah. Nafasnya memburu, sementara ia melirik ke sekeliling dengan cemas. "Kita harus pergi sekarang!" katanya, suaranya dipenuhi desakan.

“Dalian, kau… Kau berhasil membawa mereka?” Kaya berdiri, matanya tertuju pada telur itu. Inti yang berupa cahaya itu tampak bergerak pelan, seperti mencoba melarikan diri dari belenggu yang tidak terlihat.

"Kaya!" Sambut Dalian dengan senang.

"Ayo, kita harus cepat!" Seru Cian menyadarkan Dalian untuk tidak saling sapa.

Dalian mengangguk, “I- iya. Kita masih belum aman. Eclipse pasti sudah tahu.”

Seolah menjawab kata-katanya, kabut di sekitar mereka mendadak bergerak, berputar seperti pusaran angin. Suhu udara menurun drastis, membuat tubuh mereka menggigil. Dari balik bayangan pepohonan, suara langkah berat terdengar mendekat.

“Berhasil, ya?” suara Eclipse yang dingin dan mengejek menggema, disertai tawa kecil.

Sosoknya muncul perlahan, matanya bersinar tajam seperti bara api di tengah kabut. “Aku tahu kau keras kepala, Dalian. Tapi membawa jiwa-jiwa itu? Itu hal yang bodoh.”

Kaya segera berdiri di depan Dalian dan Cian, melindungi mereka. “Kau tidak akan menyentuh mereka, Eclipse!” serunya dengan nada penuh keberanian, meski tangannya sedikit gemetar.

Eclipse terkekeh, tatapannya beralih ke akar yang digenggam Dalian. “Apa yang kau rencanakan dengan telur itu, Dalian? Kau pikir bisa melarikan mereka keluar dari hutanku? Mereka milikku, anak kecil.”

Dalian mengangkat dagunya, mencoba menutupi rasa takut yang merayap. “Mereka bukan milikmu! Mereka pantas bebas!”

Wajah Eclipse berubah dingin, senyumnya menghilang seketika. “Kau pikir kau tahu apa yang terbaik? Jiwa-jiwa itu tidak akan bertahan di dunia luar tanpa perlindungan hutan ini. Mereka akan lenyap, menjadi abu yang tak berguna.”

“Tidak,” Dalian membalas dengan tegas. “Mereka punya hak untuk memilih takdir mereka sendiri.”

Eclipse mendesah panjang, seolah bosan dengan pembicaraan itu. Dengan satu gerakan tangan, akar-akar pohon di sekeliling mereka mulai bergerak, mencuat dari tanah seperti ular yang mengincar mangsa.

“Kalau begitu, mari kita lihat siapa yang menang,” katanya dingin.

Akar-akar itu melesat cepat ke arah mereka. Kaya melompat ke depan, menghunuskan kekuatan cahayanya, membakar beberapa akar yang mendekat. Cian, meski terlihat gugup, menyiapkan perlindungan dengan lingkaran energi kecil di sekeliling mereka.

Namun Eclipse tidak berhenti. Bayangan di sekitarnya semakin pekat, menciptakan monster-monster kecil yang muncul dari tanah, mengepung mereka.

“Dalian!” teriak Kaya, matanya masih tertuju pada Eclipse. “Bawa telur itu pergi! Aku dan Cian akan menahan mereka!”

“Tapi—” Dalian tampak ragu, matanya bergerak antara Kaya dan telur di tangannya.

“Cepat, pergi!” Kaya memotong. “Ini satu-satunya cara!”

Dengan enggan, Dalian mengangguk dan berlari, membawa telur itu menjauh dari medan pertempuran.

Eclipse menggeram marah, melayangkan serangan bayangan ke arahnya, tetapi Kaya berhasil menahan serangan itu dengan pancaran cahayanya.

“Beraninya kau menghalangi aku, Wakaya,” Eclipse berkata dengan nada rendah, penuh ancaman. “Kau akan menyesal.”

Namun Kaya hanya tersenyum tipis, meski tubuhnya bergetar karena lelah. “Aku tidak peduli. Selama Dalian bisa menyelamatkan jiwa-jiwa itu, aku akan melawanmu.”

Dalian terus berlari menembus kabut tebal, napasnya memburu. Akar-akar tanaman melilit di sekitarnya, mencoba memperlambat langkahnya. Namun, tekadnya untuk melindungi jiwa-jiwa yang tergenggam di tangannya membuatnya terus maju.

Tiba-tiba, sebuah akar hidup mencuat dari tanah, melilit kakinya. "Ah!" jerit Dalian saat tubuhnya terjatuh keras ke tanah.

Akar-akar itu seperti ular yang menyelusup, menahan pergerakannya. Telur itu terlempar beberapa meter dari genggamannya, berpendar lemah.

Dalian mencoba bangkit, tetapi tubuhnya terasa berat dan lemah. Sebuah bayangan besar muncul di hadapannya. Eclipse berdiri di sana, tatapannya dingin dan penuh kemenangan.

“Aku sudah bilang, Dalian. Kau tidak akan pergi jauh,” katanya, langkahnya mendekat perlahan.

“Tidak!” Dalian berusaha menyeret tubuhnya, mencoba melindungi telur berisi jiwa-jiwa itu, tetapi tubuhnya terlalu lemah untuk bergerak cepat.

Sebelum Eclipse bisa menyerang, sebuah cahaya kecil muncul, lalu meledak di depan Dalian, memaksa Eclipse mundur sesaat. Itu Cian, berdiri di antara mereka dengan tangan terangkat, membentuk perisai energi yang rapuh.

Napas Cian terdengar berat, tetapi tekadnya jelas. "Jangan sentuh dia!" teriaknya.

Eclipse terkekeh pelan, memiringkan kepalanya. “Cian, kau benar-benar ingin mati demi anak kecil ini? Kau tahu dia tidak bisa menyelamatkan apa pun, apalagi melawan kekuatanku.”

“Aku tidak peduli,” balas Cian, menggertakkan giginya. “Kalau aku bisa memberinya waktu untuk pergi, itu cukup.”

Tanpa peringatan, Eclipse meluncurkan bayangan gelap yang tajam ke arah mereka. Cian melompat, tubuhnya langsung menjadi tameng bagi Dalian. Serangan itu menghantam Cian dengan keras, membuat tubuhnya terpental dan menghantam pohon besar. Ia terjatuh, tetapi ia tersenyum lemah ke arah Dalian. “Pergi… sekarang…”

“Cian!”

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
Elisabeth Ratna Susanti
penuh misteri dan menegangkan 👍
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 🥰
Miu Nh.: ayay~ Kak Elisabeth arigatoo~

Kangen nih sama Zian, tapi aku lagi sibuk. Gomennasai~ 😣
total 1 replies
Drawumy Chan
Biar semangaaaatttt!!!
Drawumy Chan
Akku like semuwaa dulu Yaa Kaak Miu canteeqqq,,,,, biar semangat UP lagi!! Nanti bacanya pelan2 🤭🤭 ,, maklum… akku orgny cukup sibuk di duniya nyataaa!!
Miu Nh.: uhuk!

Terima kasih kakak... Aku blm bisa UP lagi karena masih nyelesein novel 1nya sampe tamat 😆 ,, tapi eh tapi... malah bikin novel baru 🙈🙈
total 1 replies
Jmath
cerita horor bukan sih ini...
aku sudah mampir yah kak "Fight or Flight"
Miu Nh.: Horor di awal, tapi lebih tepatny ke mistery 🤭🤭 ... krna PU pria ny berasal dari org zaman dulu yg memiliki kekuatan magis.

Sedangkan, PU wanita ny seorang gadis yg memiliki kekuatan misterius.

kalo senggang, baca lagi yah
total 1 replies
Bu Kus
wah serem dan menegangkan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!