Sinta tidak tahan lagi dengan perlakuan tidak baik dan semena-mena oleh Ayah dan keluarganya, terlebih mereka selalu menghina Ibunya.
Sinta yang awalnya diam saja, sekarang tidak lagi. Dia akan membalas sakit hati Ibu nya kepada orang-orang yang sudah menolehkan luka di hati Ibu.
Apa yang akan Sinta lakukan untuk membalaskan luka sakit hati sang Ibu?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 28 Kencan dengan Wanita PSK
Sinta pun kembali menemui temannya Citra. Tampak wajah lesu, bosan menghiasi wajah ayu nya.
"Sinta! kamu lama banget sih, katanya bilangnya sebentar. Tuh boba kamu keburu gak dingin tau! mana panggilan dariku gak di angkat-angkat lagi, huh sebal!." gerutu Citra begitu melihat Sinta yang baru tiba dan kembali dari kantor Ayahnya.
"Eh iya Maaf aku lupa juga yang deringnya, tadi aku pake mode Silent Cit, jadi gak kedengeran. Apalagi tadi handphone ku kan aku taruh di dalem tas, maaf yah jangan ngambek dong. Yuk minum nanti aku bantu deketin kamu sama Kak Dylan deh!." timpal sinta berusaha meminta maaf dan membujuk Citra.
"Okay permintaan maaf mu aku terima!." balas Citra.
"Hahaha cepet banget jawabnya!." Sinta terkekeh mendengar jawaban Citra saat dia bilang akan membantu nya untuk deketin Dylan.
Akhirnya Citra pun memaafkan Sinta dan mereka lanjut mengobrol dan bercengkrama ria di taman dan membicarakan hal-hal nggak jelas ke sana kemari.
[Tunggu aku ada kejutan selanjutnya untukmu!.]
Sinta mengirim pesan Whatsapp kepada Ayahnya dengan nomer yang baru Sinta pakai kemarin untuk mengirim foto mesra !Ayah dan Tante nya.
Dengan cepat Bagas tiba-tiba langsung membalas dan memberondong pesan kepadanya.
[Apa maksud kamu brengs*k! kejutan apa yang kamu maksud itu!.]
[Jawab!]
Kring, kring, kring,
[Woy jawab!]
[Kamu sebenernya siapa sih? siapa kamu b*ngs*t]
[Woy.]
***
Setelah mendapat ancaman dari orang tak di kenal, di tambah dirinya kepergok oleh putri sulungnya sedang berpelukan bersama Adel. Adel tak berhenti marah-marah kepada Bagas.
"I-ih dasar bodoh kamu, Bang. Kebiasaan kamu kalau ngomong selalu nggak di pikirin, asal jeplak aja, bikin emosi jadinya. Kamu itu sudah dewasa, Bang. Harusnya kamu bisa belajar dari kesalahan-kesalahan sebelumnya, bener-bener ngga ada otak! kebiasaan bodohnya kumat mulu. Sudah sekarang kamu pergi, aku muak melihat wajah kamu untuk saat ini!." cerca Adel penuh emosi.
Saat ini mereka sedang berada di kamar hotel. Setelah mereka kepergok di parkiran rumah sakit oleh Sinta, mereka kembali ke hotel terutama Adel yang ingin meluapkan emosi nya kepada Bagas atas kebodohannya.
"Kamu kok malah ngatain aku kayak gitu sih, Sayang!. Sabar dong Sayang, maafkan aku kalau tadi aku salah ngomong. Aku minta maaf yah, jangan marah-marah lagi yah Sayang. Aku tahu aku salah. Aku minta maaf!." Balas Bagas menenangkan Adel yang tengah emosi.
"Maaf, maaf aja kamu bilang! kata maaf tidak akan pernah bisa mengampuni kesalahan yang terus menerus terulang. Lebih baik kamu perbaiki sikap kamu yang bodoh itu."
"Tapi Sayang..." sahut Bagas kembali hendak berusaha membujuk Adel yang terus menerus mengatai nya bodoh, kalau bukan karena Bagas menyukai Adel, mungkin Bagas sudah melayangkan pukulan pada Adel.
"Nggak ada tapi-tapi an. Gak sudi aku memaafkan kamu sebelum kamu bisa membungkam mulut anak mu itu, jangan sampai dia melaporkan kecurigaan nya itu kepada keluarga besar. Bisa mati aku di gantung Mas Zainal!. Cepat kamu pergi dari sini!, kamu pikir sendiri bagaimana caranya supaya Sinta tetap diam dan tidak melaporkan kepada semua orang." ujar Adel.
"Ya tapi gimana caranya?." ujar Bagas bingung.
"Ya terserah kamu! pikir aja sendiri, punya otak kan? kali-kali pake tuh otak. Jangan cuman buat pajangan doang. Karena kamu susah untuk pergi, biar aku saja yang pergi kalau gitu, bye." pungkas Adel dengan nada ketus.
Setelah Adel pergi, Bagas masih terdiam di kamar hotel. Merenung sejenak apa yang akan Bagas lakukan.
Kruk, kruk, kruk
"Aargh mana laper segala lagi, dah lah mending aku makan dulu aja! siapa tahu kalau habis makan otakku menjadi sedikit bekerja dalam mencari solusi permasalahan ku sekarang!." gumam Bagas.
Bagas akhirnya keluar dari dalam kamar hotel dan mencari makanan karena perut nya sudah minta untuk di isi.
Bagas pun makan dengan lahap lalu setelah selesai ia akan kembali ke kamar hotel. Namun langkah nya tertahan melihat sosok yang ia kenal.
"Eh kamu, bukannya kamu...."
"Shutt! jangan bahas hal itu di sini, di sini lagi ada teman-temanku yang sedang PKL di rumah sakit itu, aku nggak ingin mereka tahu pekerjaanku yang begituan, bisa-bisa reputasi ku di kampus hancur karena malu. Apalagi sampai menyebar ke seluruh kampus! lebih baik Abang diam saja, gak usah banyak ngomong. Nanti aku kabarin Abang kalau acara ku sudah beres!." ucapnya berbisik pelan di telingaku seraya melengos pergi.
"Siapa Ndah?." Tanya salah seorang teman gadis muda itu.
"Oh itu, bukan siapa-siapa, aku nggak kenal beb, tapi kayaknya sih dia salah satu kenalan atau orang tua pasien yang pernah anaknya aku rawat gitu mungkin," balasnya beralasan.
Teman nya itu hanya menganguk tanda mengerti. Kemudian mereka pun pergi masuk ke dalam salah satu kamar di samping kamar Bagas.
Bagas tersenyum nakal memandang tubuh Indah yang aduhai, warna kulitnya yang putih susu dan kulitnya yang masih sangat kencang karena Indah masih muda yang membuat Bagas saat ini ingin melakukan hal itu bersama Indah, bukannya melanjutkan berpikir bagaimana cara untuk membungkam mulut anaknya. Tapi justru otak Bagas di penuhi oleh wajah kupu-kupu malam itu.
Lalu dia merogoh saku celana nya dan mengambil handphone.
Tut,
Tut,
"Halo. Ada yang bisa mamih bantu?." Sapa Mamih nya Indah.
"Jadi gini Jeng, hari ini saya ingin booking Indah, bisa kan?." ucap Bagas.
"Indah? Oh maksud Bapak, Indah yang itu ya? Okey baik saya mengerti pak. Tentu bisa dong! by the way mau jam berapa pak kira-kira? nanti biarsaya atur jadwal nya,"sahut Mamih nya Indah.
"Tentu untuk hari ini, di tunggu di hotel **** dekat rumah sakit tempat dia bekerja ya, saya di kamar 307, saya tunggu secepatnya juga! gak usah ganti baju atau mandi dulu juga gak papa kok, nanti biar dia mandi di kamar saya, sekalian nanti saya belikan baju untuknya jika dia ingin mengganti baju seragam yang ia kenakan," ujar Bagas.
"Baik Pak Bagas saya mengerti, ya ampun Bapak antusias sekali dengan anak itu! Baik Pak di tunggu. Saya akan mengabari Indah segera!." pungkasnya.
"Baik Jeng saya tunggu! terima kasih." balas Bagas.
Dan hari itu Bagas habiskan waktu bersama seorang wanita panggilan. Hingga sore hari saking Bagas menikmati permainan Indah.
Setelah itu Bagas bersiap untuk pergi ke kantor. Bagas bisa pergi sesukanya karena dia memiliki teman yang bisa di manfaatkan. Semua pekerjaannya, Doni yang mengerjakannya. Bahkan Doni sampai rela menutupi semua tingkah laku Bagas selama ini. Karena Doni memiliki hutang budi kepada Bagas, berkat Bagas, Doni bisa bekerja di perusahaan ternama walaupun dia hanya tamatan SMP.
Walaupun Doni hanya tamatan SMP, dia tergolong sebagai pemuda yang cerdas. Dan karena hal itu, Bagas memanfaatkan pemuda polos, seperti Doni.
.
.
.
Bagas datang ke kantor, seluruh mata tertuju kepada Bagas. Seluruh karyawan saling berbisik satu sama lain hingga membuat Bagas naik darah.
.
.
.
bersambung...