NovelToon NovelToon
Misi Berdarah Di Akademi

Misi Berdarah Di Akademi

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Identitas Tersembunyi
Popularitas:621
Nilai: 5
Nama Author: Garl4doR

Akademi Debocyle adalah akademi yang paling luas, bahkan luasnya hampir menyamai kota metropolitan. Akademi asrama yang sangat mewah bagaikan surga.

Tahun ini, berita-berita pembunuhan bertebaran dimana-mana. Korban-korban berjatuhan dan ketakutan di masyarakat pun menyebar dan membuat chaos di setiap sudut.

Dan di tahun ini, akademi Debocyle tempatnya anak berbakat kekuatan super disatukan, untuk pertama kalinya terjadi pembunuhan sadis.

Peringatan : Novel ini mengandung adegan kekerasan dan kebrutalan. Kebijakan pembaca diharapkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Garl4doR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 18 : See You Later, Heather

Mereka melangkah dengan hati-hati, aura aneh di sekitar mereka semakin menyesakkan. Akhirnya, mereka tiba di sebuah ruang terbuka yang dipenuhi akar-akar besar yang melingkar seperti ular. Di tengah ruang itu berdiri sebuah pohon raksasa, begitu tinggi hingga puncaknya hampir tak terlihat. Pohon itu tampak seperti jantung dari Hutan Hitam, tetapi ada sesuatu yang salah.

Kabut hitam tebal melingkari batang pohon, bergerak perlahan seperti makhluk hidup. Energi magis jahat terasa menyelimuti area itu, dingin dan berat, membuat napas mereka tertahan. Heather tanpa sadar memegang liontinnya yang mulai bersinar samar, seolah merespons kehadiran kekuatan gelap itu.

“Ini... sepertinya pusat hutan,” bisik Gale, tatapannya terpaku pada pohon itu.

Sebelum ada yang sempat menjawab, kabut hitam itu bergerak, memadat menjadi sosok besar tanpa bentuk pasti. Wujudnya berubah-ubah, seperti bayangan yang terus bergelombang. Energi gelap itu menyeruak ke arah mereka, menciptakan angin kencang yang mampu menjatuhkan mereka.

Heather terjatuh, tapi saat tubuhnya menyentuh tanah, liontin di lehernya memancarkan cahaya putih terang. Cahaya itu menyelimuti dirinya seperti perisai, memantulkan energi gelap yang mendekat. Kilauan cahaya dari liontin itu semakin kuat, hingga mengalahkan kegelapan di sekitarnya.

Heather menatap liontinnya dengan terkejut. “Apa yang terjadi?” gumamnya, suaranya hampir tak terdengar.

Liontin itu mulai memancarkan denyut cahaya yang ritmis, seperti detak jantung. Cahaya itu merambat ke arah pohon, menyentuh kabut hitam yang melingkari batangnya. Perlahan, kabut itu mulai pudar, seperti asap yang dihembuskan angin. Pohon itu, yang sebelumnya tampak kelam, mulai bersinar dengan cahaya hijau lembut. Energi magis jahat yang menyelimutinya terangkat, meninggalkan suasana yang damai dan murni.

Namun, tepat saat kabut terakhir menghilang, retakan mulai muncul di liontin Heather. Retakan itu semakin besar, hingga akhirnya liontin itu pecah menjadi serpihan kecil di tangannya. Cahaya terakhir dari liontin itu melayang ke udara sebelum hilang, meninggalkan keheningan yang memenuhi telinga.

“Lihat itu,” bisik Gale, menunjuk ke depan.

Akar-akar pohon mulai bergerak, membuka jalan di tengah tanah yang sebelumnya tertutup rapat. Jalur itu melingkar, membentuk koridor alami yang lurus menuju ke luar hutan. Cahaya matahari yang lembut mulai menyusup melalui celah-celah pohon, menyinari jalan tersebut.

Alvaro membantu Heather berdiri, matanya penuh kekhawatiran. “Kau baik-baik saja?”

Heather memandang pecahan liontin di tangannya, matanya menunjukkan kesedihan bercampur kebingungan. “Aku tidak tahu apa yang baru saja terjadi. Tapi... sepertinya, liontin ini memiliki peran lebih besar dari yang aku sadari.”

Alvaro menepuk pundaknya. “Kau telah membantu membersihkan kegelapan di hutan ini. Itu cukup berarti.”

Mereka bertiga menatap jalan keluar di depan mereka. Meskipun mereka tidak memahami sepenuhnya apa yang telah terjadi, mereka tahu bahwa hutan ini telah memberi mereka izin untuk pergi. Dengan langkah penuh kehati-hatian, mereka berjalan menuju jalan keluar, meninggalkan pusat hutan di belakang, namun membawa pengalaman yang akan terus membekas di hati mereka.

Mereka lanjut berjalan tanpa berbicara, hanya ditemani suara langkah kaki dan desau angin lembut yang berhembus di antara pepohonan. Hutan yang sebelumnya penuh dengan kegelapan dan ancaman kini terasa lebih damai.

Di sepanjang jalan, makhluk-makhluk hutan yang sebelumnya agresif kini menunjukkan sikap berbeda. Seekor burung besar dengan bulu berkilauan hinggap di dahan rendah, berkicau lembut sebelum mengepakkan sayapnya dan terbang. Serangga bercahaya terbang melingkar di sekitar mereka, menciptakan kilauan yang indah di udara. Bahkan sosok bayangan yang semula menakutkan hanya berdiri di kejauhan, mengangguk singkat sebelum menghilang ke dalam gelap.

“Sepertinya mereka menghormatimu, Heather,” ujar Gale sambil melirik burung besar lain yang terbang di atas mereka.

Heather hanya tersenyum kecil. “Mungkin mereka hanya menghormati hutan ini, bukan aku.”

Setelah perjalanan panjang, akhirnya mereka tiba di mulut hutan. Cahaya terang rembulan dari luar menyejukan mata mereka, membuat Gale menyeringai puas dan penuh kelegaan. Heather, bagaimanapun, berhenti sebelum benar-benar keluar dari hutan.

“Aku hanya bisa mengantar sampai di sini,” katanya lembut.

Alvaro menatapnya dengan heran. “Kenapa tidak ikut dengan kami? Dengan kemampuanmu, kau bisa membantu banyak hal di luar sana.”

Heather menggeleng. “Tempatku ada di sini. Hutan ini adalah rumahku, dan setelah semua yang terjadi, aku merasa lebih bertanggung jawab untuk menjaganya.”

Gale, yang biasanya banyak bicara, tampak sedikit ragu sebelum akhirnya berkata, “Tapi kau akan sendirian di sini. Kami bisa membantumu menemukan tempat baru.”

Heather tersenyum tipis. “Aku tidak sendirian. Hutan ini bersamaku, dan anjing-anjingku adalah keluarga yang cukup.”

Anjing-anjingnya, yang setia di sisinya sepanjang perjalanan, menggonggong pelan, seakan memahami ucapan tuannya. Alvaro menunduk untuk mengelus salah satu dari mereka. “Terima kasih telah melindungi kami, kalian semua.”

Ia lalu berdiri dan menghadap Heather. “Kami berutang banyak padamu. Kalau suatu saat kau berubah pikiran, cari kami. Kami akan menyambutmu kapan saja.”

Heather menatap mereka satu per satu, tatapannya hangat namun tegas. “Jaga diri kalian di luar sana. Dunia mungkin lebih berbahaya daripada hutan ini.”

Gale tersenyum kecil. “Hanya jika dunia tidak punya orang seperti kau di dalamnya.”

Mereka saling mengangguk sebelum akhirnya melangkah keluar dari hutan. Saat Gale dan Alvaro berjalan menjauh, mereka sempat menoleh ke belakang, hanya untuk melihat Heather berdiri di mulut hutan, siluetnya diterangi oleh cahaya redup yang menembus dari celah dedaunan.

Ketika mereka sudah cukup jauh, Gale berkata pelan, “Aku merasa... seperti meninggalkan sesuatu yang berharga di sana.”

Alvaro menatap lurus ke depan, matanya penuh tekad. “Kita tidak meninggalkannya. Dia memilih jalannya sendiri. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah menghormati keputusannya dan melanjutkan perjalanan.”

Mereka melangkah lebih cepat, meninggalkan bayangan Hutan Hitam yang kini terasa seperti mimpi, tetapi menyimpan jejak yang akan selalu melekat di ingatan mereka.

1
Luna de queso🌙🧀
Dialog yang autentik memberikan kehidupan pada cerita.
Garl4doR: Baguslah kalau kamu suka :3 Trims buat apresiasinya ya :) stay tune untuk bab² selanjutnya/Grin/
total 1 replies
emi_sunflower_skr
Aku terpukau dengan keindahan kata-kata yang kamu gunakan! 👏
Garl4doR: Terima kasih/Smile/ Author ini jadi semangat karena komen mu/Smirk/ Terus berkembang adalah prinsip mimin/Applaud/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!