NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Calon Kakak Ipar

Menikah Dengan Calon Kakak Ipar

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: roseraphine

Pada hari pernikahannya, Naiya dengan kesadaran penuh membantu calon suaminya untuk kabur agar pria itu bisa bertemu dengan kekasihnya. Selain karena suatu alasan, wanita dua puluh lima tahun itu juga sadar bahwa pria yang dicintainya itu tidak ditakdirkan untuknya.

Naiya mengira bahwa semuanya akan berjalan sesuai rencananya. Namun siapa sangka bahwa keputusannya untuk membantu calon suaminya kabur malam itu malah membuatnya harus menikah dengan calon kakak iparnya sendiri.

Tanpa Naiya ketahui, calon kakak iparnya ternyata memiliki alasan kuat sehingga bersedia menggantikan adiknya sebagai mempelai pria. Dan dari sinilah kisah cinta dan kehidupan pernikahan yang tak pernah Naiya bayangkan sebelumnya akan terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon roseraphine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Permintaan

Azka menghela napas berat melihat banyaknya riwayat panggilan tak terjawab yang tertera di handphone miliknya. Mulai dari Tante Alya, Shaka, serta beberapa temannya yang datang ke pesta pernikahannya tadi malam. Tapi anehnya, papanya itu sama sekali tak menghubunginya.

"Kamu mikirin apa?" tanya Vira lalu duduk di samping Azka.

"Gapapa, cuma heran aja kenapa tiba-tiba Naiya bantu aku untuk kabur. Padahal awalnya dia yang menginginkan pernikahan ini sampai bohong dan fitnah aku," jawab Azka.

"Sebenarnya seminggu yang lalu dia juga kesini. Aku aja bingung tahu darimana dia kalau aku ada disini."

"Maksudnya? Naiya kesini?" Azka menatap Vira tidak percaya.

"Iya, dia minta maaf dan janji sama aku kalau pernikahan kalian gak akan pernah terjadi. Aku kira dia bohong."

Pernyataan Vira membuat Azka semakin bingung. Ia kemudian mengambil handphonenya dan berniat menghubungi Shaka sebelum sebuah pesan dari seseorang masuk dan menghentikan niatnya.

from: +628xxxxxxxxxx

Aku minta tolong Azka, jangan beritahu siapapun kalau aku yang bantu kamu kabur buat ketemu Vira. Cukup jadi rahasia di antara kita. Semoga kamu baca pesan dari aku ini. Maaf dan terima kasih.

Sementara di sisi lain, si pengirim pesan yaitu Naiya sedang menatap layar handphone di tangannya dengan serius. Ia sedikit lega melihat pesannya telah dibaca oleh Azka. Setidaknya ada harapan Azka bersedia menuruti permintaannya itu.

"Awh!" Naiya meringis merasakan nyeri di bagian bawahnya saat ingin berdiri. Sebenarnya Naiya sudah mandi dan berganti pakaian namun enggan untuk keluar dari kamar ini. Bagaimanapun juga tempat ini masih terasa asing baginya.

Naiya masih tak menyangka bahwa statusnya sekarang telah berubah menjadi seorang istri, apalagi mengingat kejadian semalam yang akan selalu membekas di dalam memorinya.

Tok tok tok

"Maaf Non, apakah saya boleh masuk?"

"Iya?" sahut Naiya dengan nada bingung karena tiba-tiba pintu kamar tersebut diketuk dari luar dengan seseorang yang izin untuk masuk ke dalam.

Ceklek

Suara pintu yang terbuka itu membuat Naiya menoleh dan mendapati sosok wanita paruh baya masuk membawa nampan yang berisi makanan.

"Selamat pagi, Nona. Saya datang untuk membawakan anda sarapan."

Naiya menatap wajah wanita paruh baya itu bingung, "Maaf. Ibu siapa, ya?"

"Perkenalkan, saya asisten rumah tangga di rumah ini. Nona bisa panggil saya Bi Nur."

Naiya tersenyum kepada sosok pembantu bernama Bi Nur itu kemudian mengulurkan tangannya, "Nama saya Naiya. Senang bisa bertemu dengan Bi Nur."

Bi Nur membalas uluran tangan seraya tersenyum lalu meletakkan nampan di yang ia bawa di meja.

"Tadi malam saya tiba-tiba dikabari oleh Tuan Besar jika Tuan Muda akan menikah dan pulang bersama istrinya. Tapi saya malah ketiduran dan tidak bisa menyambut kedatangan Nona dan juga Tuan Muda Shaka," ucap Bi Nur merasa bersalah.

Naiya tersenyum menanggapi perkataan Bi Nur, "Tidak apa-apa Bi."

"Kalau begitu sekarang Non Naiya makan, ya! Ini Bibi sudah masak makanan spesial menyambut kedatangan Nona di rumah ini," Bi Nur dengan antusias mengambil nampan di atas meja dan memberikannya kepada Naiya.

"Seharusnya Bibi tidak usah repot-repot seperti ini," ucap Naiya terharu.

"Tidak repot sama sekali. Kalau Nona butuh apa-apa bilang sama Bibi saja," ujar Bi Nur tersenyum lembut kepada Naiya.

"Makasih banyak, Bi," ujar Naiya tersenyum tulus.

"Tidak perlu berterima kasih Non, Ini sudah tugas saya menjadi asisten rumah tangga di sini," ucap Bi Nur dengan tangannya yang mengelus lengan Naiya dengan lembut.

Perlakuan sederhana dari Bi Nur itu mampu membuat Naiya tertegun sesaat. Matanya berkaca-kaca menatap Bi Nur. Ah, disaat seperti ini ia jadi teringat dengan mamanya yang telah meninggal. Naiya jadi rindu kasih sayang mamanya.

Drttt

Suara handphone milik Naiya yang bergetar menandakan panggilan masuk itu mengalihkan perhatian kedua orang tersebut.

"Papa?" gumam Naiya. Tangannya bergetar seperti sedang ketakutan.

"Non, kenapa?" tanya Bi Nur melihat perubahan ekspresi Naiya.

"Gak apa-apa, Bi. Aku mau angkat telepon dulu, ya?"

"Kalau begitu Bibi keluar dulu. Jangan lupa dimakan ya Non, sarapannya."

Naiya hanya tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. Ia kemudian mengangkat telepon dari papanya yang dari tadi terus menelepon dirinya tanpa henti.

"H-halo Pa?"

"Lama sekali. Sengaja tidak mau mengangkat telepon dari saya?!"

"Maaf Pa, Aku harus cari tempat dulu buat angkat telepon dari Papa"

"Alasan! Pokoknya sekarang pulang ke rumah! Saya mau bicara!"

"Sekarang? Tapi..."

Tut tut

Naiya menghela napas berat setelah mendapat perintah dari papanya itu. Ia bahkan sudah dapat menebak apa yang akan terjadi nanti. Tak ingin menunggu waktu lama, Naiya segera berganti pakaian dan bersiap untuk pergi menemui papanya.

"Loh, Non Naiya mau kemana?" tanya Bi Nur ketika melihat Naiya berjalan menuju pintu keluar dengan pakaian yang terbilang cukup formal.

"Ah itu Bi, Naiya mau pergi sebentar soalnya ada pekerjaan yang harus Naiya selesaikan," bohong Naiya.

Sebenarnya ia tak sepenuhnya berbohong karena setelah pergi menemui papanya ia berniat pergi ke salah satu hotel milik bintang lima papanya untuk mengecek pekerjaannya disana.

Bi Nur mendekat kemudian mengamati Naiya dari atas hingga ke bawah, "Tapi sepertinya kaki Non sedang sakit ya? Dari tadi jalannya Bibi lihat agak aneh. Apa tidak istirahat saja dulu? Lagipula Non Naiya kan baru saja menikah."

Naiya membulatkan matanya terkejut mendengar penuturan dari Bi Nur.

"Ah iya tadi kaki Naiya tersandung meja rias. Tapi gak apa-apa kok, Bi," ucap Naiya dengan senyum yang canggung.

"Kalau begitu Naiya pamit dulu ya, takut terlambat. Assalamualaikum," pamit Naiya lalu pergi dengan terburu-buru setelah mencium tangan Bi Nur.

"Wa'alaikumussalam," Bi Nur hanya menggelengkan kepalanya heran melihat tangannya dicium oleh majikannya sendiri. Seharusnya kan tidak seperti itu.

Setelah beberapa menit menempuh perjalanan dengan ojek online, akhirnya wanita dua puluh lima tahun itu sampai di sebuah rumah mewah milik papanya. Naiya menatap rumah itu sendu. Rumah yang menjadi tempat dirinya pulang namun tak pernah ada kenyamanan di dalamnya. Terlebih ketika ia harus kehilangan mamanya untuk selamanya. Ia berjalan masuk dengan langkah ragu. Sejujurnya Naiya tak yakin menemui papanya saat ini.

"Akhirnya datang juga kamu," ujar sosok pria paruh baya yang tak lain dan tak bukan adalah Papa Naiya, Wirawan Pranata.

"Ada apa, Pa?" tanya Naiya.

Pria paruh baya yang sering disapa Wira itu hanya tersenyum penuh arti menatap putri semata wayangnya.

"Pasti Kamu berpikir saya akan marah karena rencana kita gagal total, bukan?" tanya Wira tanpa basa-basi. Dalam hatinya, Naiya mengiyakan pertanyaan papanya itu.

"Tapi sayangnya, keadaan ini lebih dari apa yang saya harapkan," lanjut Wira.

Ucapan papanya itu tentu membuat Naiya bingung. Ia benar-benar tidak paham. "Maksud Papa?"

Ceklek

Belum sempat papanya menjawab, seseorang keluar dari ruangan yang Naiya ketahui itu adalah kamar pribadi milik papa dan juga mamanya dulu.

"Oh, ada Naiya! Selamat datang Nyonya Muda Wijaya yang terhormat," sapa seorang wanita cantik yang sangat Rayna kenal.

"Tante Alya...,"lirih Naiya.

"Bagaimana rasanya menjadi menantu dari keluarga Wijaya? Pasti menyenangkan. Ah, sayang sekali aku belum berhasil merasakannya," Alya berkata dengan memasang wajah pura-pura menyedihkan.

Naiya sudah tak terkejut lagi melihat keberadaan Tante Alya di rumah ini apalagi hingga masuk ke dalam kamar papanya. Ia tak habis pikir kenapa papanya begitu tega melakukan semua ini. Jika mamanya masih hidup pasti hati wanita yang telah melahirkannya itu sangat terluka. Melihat suami yang dicintainya melakukan sesuatu yang tidak pantas dengan wanita lain.

"Tanpa sadar, mangsa kita telah mengizinkan musuhnya untuk masuk ke dalam rumahnya sendiri," ujar Wira tersenyum sinis kemudian menatap Alya yang telah duduk di sebelahnya bersilang kaki.

"Sungguh diluar dugaan, bahkan bisa disebut lebih dari berhasil. Benar kan, Naiya?" sahut Alya menanggapi perkataan Wira namun matanya tertuju kepada Naiya.

Naiya menatap kedua orang itu bingung. Bukankah rencana mereka telah gagal total karena dirinya tidak jadi menikah dengan Azka. Naiya heran mengapa Alya mengatakan semuanya lebih dari berhasil.

"Anak itu, benar-benar tidak pernah bisa aku sentuh sedikitpun. Tapi sekarang? Ada senjata yang akan menjadi perantara untuk menghancurkannya secara perlahan," ucap Alya menatap Naiya dengan senyum sinis yang tercetak di bibirnya.

"Anak itu? Maksud Tante?" tanya Naiya.

"Suami kamu, Arshaka."

1
cocondazo
Thor, aku udah nggak sabar nunggu next chapter.
call me sera: ditunggu yaw🫶
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!