Silva, Marco dan Alex menjalin persahabatan sejak kelas 10. Namun, saat Silva dan Marco jadian, semuanya berubah. Termasuk Alex yang berubah dan selalu berusaha merusak hubungan keduanya.
Seiring berjalannya waktu, Alex perlahan melupakan sejenak perasaan yang tidak terbalaskan pada Silva dan fokus untuk kuliah, lalu meniti karir, sampai nanti dia sukses dan berharap Silva akan jatuh ke pelukannya.
Akankah Silva tetap bersama Marco kelak? Atau justru akan berpaling pada Alex? Simak selengkapnya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pendekar Cahaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 (Makin Nekat Saja)
Sesampainya dia dirumahnya, Silva terkejut melihat ada sebuah mobil lain yang terparkir di halaman rumahnya. Silva bertanya-tanya siapa pemilik mobil tersebut. Silva melangkah masuk kedalam rumahnya. Saat melewati ruang tamu, dia terkejut melihat sosok yang sedang ngobrol bersama ibunya.
"Alex! Ngapain kamu kesini?" Silva menatap tajam kearah Alex.
"Silva sayang, akhirnya kamu pulang juga, pacar kamu udah nungguin loh dari tadi, duduk sini, sayang" ibunya meminta Silva duduk disampingnya. Silva menurut, lalu duduk disamping ibunya.
"Kamu belum jawab pertanyaan aku, ngapain kamu kesini?" Silva mengulangi pertanyaannya.
"Sayang, kok kamu gitu sih sama pacar kamu sendiri, gak kangen apa sama aku" Alex bersikap semanis mungkin dihadapan Silva.
"Kamu sadar gak sih, aku ini pacarnya Marco, bukan pacar kamu, aku rasa ada yang gak beres dalam otak kamu itu!" Silva kesal dibuatnya.
"Lihat kan, Tante, Silva itu selalu saja seperti itu, menganggap kalau Marco itu pacarnya, aku juga bingung gimana caranya ngasi tahu dia" kata Alex yang seolah mencari pembelaan pada ibunya Silva.
"Silva, kamu gak boleh gitu dong sama nak Alex, masa jadiannya belum lama kamu udah seperti itu ke dia, lagipula mami setuju kok kalau kamu sama Alex, mami akan dukung sepenuhnya, bahkan kalau bisa sampai ke jenjang pernikahan" ibunya turut membela Alex.
"Mami percaya sama aku atau sama omong kosong cowok gila ini? Kalau mami lebih percaya sama cowok gila ini, berarti mami gak anggap aku sebagai anak mami" Silva melotot.
"Sudah berapa kali aku bilang, pacar aku itu Marco bukan si cowok gila ini, kalau mami gak percaya, terserah, yang jelas sampai kapanpun aku gak akan pernah akui dia sebagai pacar aku, setelah apa yang sudah dia lakukan pada Marco, pacarku yang sebenarnya!" Silva pun beranjak ke kamarnya dan meninggalkan Alex dan ibunya di ruang tamu.
"Nak Alex, maafkan atas sikapnya Silva yah, dia bersikap seperti itu, mungkin lagi datang bulan, makanya bawaannya itu emosi gitu, maklumlah namanya juga perempuan kan" ibunya Silva menjelaskan.
"Iya, Tante, gak apa-apa kok, aku tahu kalau hal-hal yang seperti ini sangat wajar terjadi pada perempuan" Alex seolah memahaminya.
.....
Silva membanting tasnya keatas kasurnya, saking kesalnya dia pada Alex. Alex semakin menjadi-jadi dan bahkan sekarang Alex dengan gamblangnya memberitahu ibunya kalau dia adalah kekasih Silva. Ibunya Silva percaya begitu saja dengan omong kosong Alex dan membuat Silva bertambah kesal.
"Itu cowok maunya apa sih, rasanya pengen aku cekik lehernya itu!" Silva sangat geram.
Silva menghubungi Hilda, sahabatnya, karena biasanya saat dia ada masalah, Silva selalu curhat dengan Hilda. Meskipun kadang curhat sama Flea juga.
"Halo, Sil, kenapa?" Tanya Hilda saat menjawab panggilan dari Silva.
"Kamu lagi ngapain? Aku ganggu gak?" Silva berbalik bertanya.
"Gak sama sekali kok, Sil" jawab Hilda.
"Aku mau curhat nih soal Alex" kata Silva.
"Alex? Kenapa dia? Dia bikin masalah apa lagi?" Hilda bertanya-tanya dan sudah tahu kalau Alex pasti bikin masalah lagi. Silva pun menceritakan tentang Alex yang datang kerumahnya dan memberitahu ibunya kalau dia adalah kekasih Silva.
"Wah, makin gila aja tuh si Alex, segitu besarnya ambisi Alex untuk jadi pacar kamu, sampai dia harus memberitahu semua orang, bahkan sekarang udah bilang ke mami kamu, aku rasa dia ada gangguan jiwa gitu deh, Sil" Hilda ikut kesal saat mendengar cerita Silva.
"Terus, Alex sekarang masih dirumah kamu?" Hilda kembali bertanya.
"Iya, dia masih asik ngobrol sama mami aku di ruang tamu, aku tuh pengen dia itu cepat-cepat pulang, tapi, malah gak pulang-pulang, gak tahu ngomongin apa aja* Silva menggerutu.
"Ya udah, kalau bosan juga pasti balik kok si Alex, secara dia pasti gak mau berlama-lama ngobrol sama mami kamu, dia maunya sama kamu aja ngobrolnya" kata Hilda.
"Iya juga yah, semoga aja gitu deh" Silva setengah berharap.
"Da, menurut kamu apa aku harus ceritakan ini ke Marco?" Tanya Silva.
"Menurut aku sih, kamu harus ngasi tahu, toh Marco juga sudah tahu kan soal Alex yang ngaku pacar kamu itu waktu kita gak sengaja ketemu kak Febi di mall kan, ada baiknya kamu kasi tahu Marco aja biar gak ada kesalahpahaman lagi diantara kalian berdua" Hilda memberikan masukan.
"Kamu benar, Da, aku memang harus kasi tahu dia, biar dia gak salah paham lagi, oke deh, makasih banyak yah, Da" kata Silva.
"Udah dulu yah, see you, Da, bye" Silva pun mengakhiri panggilannya dengan Hilda.
"Da, kamu telponan sama siapa?" Tanya Flea yang baru datang dan membawa kantongan berisi makanan.
"Silva tadi yang nelpon, biasa soal Alex yang bikin ulah lagi" kata Hilda apa adanya.
"Alex? Ulah apa lagi yang dibuat sama cowok gila itu" Flea menjadi geram mendengar nama Alex disebut.
"Alex katanya datang ke rumah Silva dan bertemu dengan ibunya, terus bilang deh kalau dia itu pacarnya Silva, kata Silva ibunya langsung percaya gitu aja sama omong kosongnya" terang Hilda.
"Tapi, aku udah bilang ke Silva agar dia bilang ke Marco, supaya gak ada kesalahpahaman lagi kan, biar Marco juga tahu gimana Alex sebenarnya yang selama ini dia anggap sahabat" lanjut Hilda.
"Hmm... Benar juga kamu, Da, mending kasi tahu aja langsung, daripada nanti Marco tahu dengan sendirinya, lebih menyakitkan" Flea membenarkan.
"Kasihan juga yah mereka berdua, belum juga sebulan mereka jadian, udah digoncang oleh pengganggu, si Alex itu" Hilda merasa kasihan pada sepasang kekasih yang baru jadian seminggu yang lalu itu.
"Yah.... Kita doakan mereka aja, agar mereka mampu melewati ujian mereka ini" harap Flea. Hilda turut mengaminkan.
.....
Alex dan ibunya Silva sudah hampir setengah jam mengobrol. Lama kelamaan Alex bosan, seperti yang diperkirakan oleh Silva. Alex datang kerumah Silva ingin mengobrol berdua dengan Silva, tapi, malah ngobrol berdua dengan ibunya.
"Ya udah kalau gitu, Tante, aku pamit pulang yah, Silva kayaknya gak keluar-keluar dari kamarnya" Alex pun berpamitan pada ibunya Silva.
"Nak Marco, maafin sikapnya Silva yah, nanti juga perlahan akan baik lagi, gak jutek kayak tadi" kata ibunya Silva dengan pasti.
"Ya udah, aku pulang yah, Tante" Alex beranjak keluar dari rumah Silva. Alex melajukan mobilnya perlahan menjauh dari rumah Silva, sampai tak terlihat lagi di kelokan jalan.
"Kalau pacarnya Silva beneran Alex, aku sih setuju banget dan bahkan aku setuju kalau seandainya suatu saat Alex melamar Silva, sudah pasti akan aku lamar Silva secepat mungkin" batin ibunya.