Menikah adalah suatu keinginan setiap orang tapi apa yang terjadi jika menikah dengan orang yang tidak di kenal.
Itulah yang kini dialami oleh seorang gadis bernama Adhiba Noora Yasmin.
Gadis berusia 18 tahun baru saja masuk kuliah semester pertama itu pun terpaksa menikah atas permintaan Ayahnya yang kini sedang sakit parah.
Tanpa di duga itu adalah permintaan terakhir sang Ayah karena setelah acara ijab kabul selesai sang Ayah pun menghembuskan napas terakhirnya membuat nya hatinya terpukul.
Kesedihan pun menyelimuti hatinya.
Apa yang harus dia lakukan nya sekarang?
Lalu apakah suami yang tidak di kenalnya itu akan menerimanya sebagai seorang istri ataukah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Airina Nu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Setiap manusia pasti akan merasakan rapuh saat berada di titik terendahnya apalagi jika menyangkut tentang hubungan pernikahan yang sah.Sungguh semuanya telah membuat seseorang terus terikat walaupun sudah memutuskan untuk pergi jauh tapi apalah daya semuanya kini begitu menyiksa.
Setelah pembicaraan tadi pagi Noora pun kini sedang dalam suasana kacau karena apa yang di katakan oleh pemilik warung nasi itu telah benar-benar mengusik nya.
Bingung! Bimbang! Semuanya kata-kata itu terus berputar di otaknya hingga tanpa dia sadari kalau diri nya sudah berjam-jam duduk sambil melamun.Hingga suara azan menyadarkan nya.
"Astaghfirullah.Sudah azan.Berapa lama aku melamun? tanyanya sambil turun dari tempat tidur dan
Bruk
" Aw... ".teriaknya karena lupa jika kaki kanan nya sedang terluka hingga tubuhnya pun ambruk ke lantai dengan tubuh bersandar di sisi ranjang.
" Aduh... sakit".ucapnya sambil memegangi kakinya yang sakit dan tanpa terasa dia pun menangis karena merasakan kesakitan yang luar biasa.Di tengah rasa sakitnya tiba-tiba saja terlihat darah keluar dari sela-sela kakinya yang masih memakai gips.
Tangisnya pun semakin kencang karena melihat darah nya merembes.Di tengah rasa sakit nya dia pun mencoba untuk mengambil ponselnya di atas nakas tapi sayang ponsel itupun terjatuh dan pecah karena terbentur lantai.
"Abang, tolong Dhiba".ucapnya dengan
Air mata semakin deras merasakan rasa sakit yang tidak terkira hingga membuat nya akhirnya tak sadarkan diri.
Sementara itu Emir yang kini sedang minum tiba-tiba tersedak dan terbatuk-batuk membuat Juna pun langsung menepuk-nepuk punggung Tuannya.
"Tuan".
"Terima kasih." ucapnya setelah merasakan sedikit lebih baik.
"Apa kita ke rumah sakit saja Tuan karena saya takut Anda kenapa-kenapa? tanyanya memberi saran tapi laki-laki yang menjadi majikannya itu hanya menggelengkan kepala tanda tidak.
"Tidak perlu, saya baik-baik saja".
" Apa Tuan yakin?
"Iya." jawabnya dengan pikiran mengarah kepada istrinya.Tiba-tiba saja hatinya mulai mengkhawatirkan keadaan istrinya yang sendirian di dalam kontrakan nya.
Dia pun langsung melangkah keluar rumah membuat asistennya pun bingung.
"Tuan Anda mau kemana? tanyanya sambil mengikuti langkah Tuannya.
" Saya mau menemui istri saya".jawabnya masih terus melangkah menuju gerbang.
"Tapi".katanya terhenti saat Tuannya berbicara lagi
"Saya tetap menemuinya walaupun istri saya menolak nya.Persiapkan semuanya".katanya lalu berjalan keluar gerbang dan langsung berlari menuju kontrakan istrinya.
" Baik Tuan".jawabnya sambil mengambil ponselnya di saku celananya untuk menghubungi seseorang.
Hati Emir begitu gelisah dan tanpa mengucapkan salam laki-laki itupun langsung membuka pintu pagar kontrakan istrinya dan masuk karena tidak terkunci semakin membuat nya semakin gelisah.Di lihat nya sekeliling ruangan tapi dia tidak menemukan sosok istrinya
"Dhiba, Dhiba. Kamu di mana? tanyanya sambil terus berjalan dan tiba di depan sebuah kamar.
Tok... tok.. tok
" Dhiba.Kamu di dalam! panggil nya berulang-ulang tapi tak ada jawaban dan tanpa basa-basi dia pun langsung membuka pintunya
Ceklek
Pintunya pun terbuka dan pandangan nya langsung melihat ke sosok seseorang yang sedang terbaring di atas lantai.
"Dhiba.Masya Allah kamu kenapa? tanyanya sambil menggendong tubuh istrinya dan langsung membawa nya keluar dari kamar kontrakan.
Langkah nya begitu cepat saat berjalan keluar, rasa panik dan takut menguasai hatinya.
Tepat di luar asistennya sudah menunggu nya tepat di depan kontrakan, sorot matanya terus melihat kearah majikan nya.
Tanpa di perintah laki-laki itupun langsung dengan sigap membukakan pintu untuk majikan nya.Dengan cepat dia pun kembali ke duduk di bagian kemudi.
"Langsung ke rumah sakit".perintahnya dan laki-laki itupun mengangguk.
Bu Wati dan juga beberapa warga yang melihat pun yang langsung terkejut serta bertanya-tanya
"Ada apa dengan Noor?
Apalagi Bu Wati yang begitu dekat gadis itu.
Di perjalanan.
" Percepat kecepatannya Jun".perintahnya dan asistennya pun menurutinya dan tak lama mobil mereka pun sampai di rumah sakit.
Juna langsung membuka pintu mobil untuk Tuannya yang masih menggendong istrinya.Saat sudah di luar para petugas medis sudah menunggu nya dengan sebuah brangkar.
"Baringkan Nyonya di sini Tuan".kata seorang petugas medis.Emir pun menurut kini tubuh istrinya sudah di baringkan di atas brangkar dan langsung menuju ruangan operasi.
Semuanya sudah di persiapkan karena Juna sudah mengaturnya.Bahkan Dokter pun yang bertugas mengoperasi sudah menunggu nya.
Emir berdiri di depan ruangan operasi dengan pikiran yang sangat kacau, bayangan darah di kaki istrinya membuat nya merasa begitu bersalah.Seandainya saja dia lebih berani dan lebih cepat menemui nya walaupun resikonya istrinya pasti akan mengusir nya itu jauh lebih baik daripada dia melihat keadaan istrinya yang sekarang ini.
Berkali-kali dia melihat kearah lampu operasi yang masih berwarna merah,gelisah kini mempengaruhi hatinya.
Asistennya pun hanya duduk terdiam menemani Tuannya.
Di saat rasa gelisah menunggu keduanya pun terkejut saat melihat kedatangan dua orang paruh baya dengan raut wajahnya begitu cemas.
"Bagaimana keadaannya?tanya laki-laki paruh baya itu penuh dengan rasa ingin tau.
Emir pun melihat kearah ruangan operasi
" Masih menunggu".jawabnya tanpa melihat kearah kedua orang tuanya.
"Sudah berapa operasi nya? tanyanya lagi.
" Sudah setengah jam Tuan Besar".jawab Juna asisten Emir sedangkan Nyonya nya hanya duduk di kursi tanpa mengucapkan apa-apa tapi terlihat wanita itu menangis.
Semuanya pun larut dengan pikiran masing-masing.Begitupun dengan Emir laki-laki itu sekarang sedang benar-benar gelisah itu terlihat dari posisi nya yang masih berdiri di dinding dekat dengan pintu operasi.
Detik
Menit
Laki-laki itu tetap menunggu
bahkan jam kini sudah berganti tapi mengapa lampu operasi belum berubah juga.Banyak pertanyaan yang bergulir di dalam kepala nya
"Apa lukanya begitu parah?
"Apa operasi nya berhasil?Atau... ataukah sebaliknya?
"Jika ..jika operasinya tidak berhasil maka aku...aku akan membawa nya berobat ke luar negeri."ucapnya dalam hati.
Hingga tak lama lampu itupun mati dan
Ceklek
Pintu pun terbuka,seorang Dokter pun keluar dari dalam ruangan.
Emir pun langsung mendekati nya dan diikuti oleh kedua orang tuanya dan asistennya yang ikut berdiri menghampiri sang Dokter.
"Bagaimana operasi nya? Apakah menantu ku baik-baik saja? tanya Daddy Emir.
"Alhamdulilah operasi nya berhasil dan keadaan pasien kini dalam stabil".
Semuanya pun menarik napas lega.
" Apa boleh kami jenguk? tanya Daddy Emir.
"Tentu Tuan, tapi setelah pasien di pindahkan keruang rawat." katanya lalu pergi setelah meninggalkan keempatnya yang masih kini sudah lebih terlihat lebih tenang terutama Emir yang sedari mondar-mandir menunggu kabar tentang istrinya
"Alhamdulillah,akhirnya kamu baik-baik saja Dhiba".ucapnya dalam hati
bersambung
jangan dipikir pembacamu akan naik dg diviralkan. akun kamu bisa saya tumbangkan
hufft