Rehan merupakan putra bungsu dari pasangan pengusaha konglomerat perusahaan terkemuka baru saja pindah kekota Batam setelah selama dua tahun tak tinggal bersama orang tuanya karena permasalah dengan sang ayah.
tujuannya pindah adalah untuk mencari pengalaman dan membangun sebuah perusahaan yang akan di gunakan untuk balas dendam dengan sang ayah yang meremehkan nya hingga berujung kabur dari rumah. beruntung ibu nya yang baik memberikan perusahaan yang di ambang kebangkrutan. sebuah jalan telah tercipta. mampu kah Rehan membalaskan dendam kepada sang ayah.? seperti apa perjalanan nya.? simak cerita di bawah ini.!
cerita ini adalah fiksi maaf apabila ada kesamaan nama krakter atau tempat.
semua cerita ini hanya khayalan semata tanpa ada niat menyungung siapapun. maaf sebesar besarnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isam M.badrul hisyam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
selain itu, dengan cara pak bara berulang kali meyebut nama rehan dengan sebutan tuan muda membuat nya semakin yakin dengan pemikirannya.
"baiklah, aku akan ceritakan kronologi versiku, ujar rehan tiba tiba."
"pak Rusdi, ibu Herlina dan paman bara seketika menatap kearah Rehan, dengan segera Rehan menceritakan versinya. beberapa saat setelah Rehan bercerita kronologi kejadian versinya, pak Rusdi dan ibu Herlina menatap satu sama lain dengan serius."
"jadi begitu, agak berbeda sedikit dengan versi dari saksi rupanya."
"bapak sekolah dan ibu guru, sebelum kalian lanjut berbicara, aku ingin menanyakan beberapa hal pada kalian. aku ingin kalian menjawab terlebih dahulu setiap pertanyaan, setelah itu aku akan mendengar apa yang kalian katakan."
"hal apa itu, tanya pak Rusdi."
"pertama, siapa yang membuat aturan sekolah secara umum.? adakah diskusi antar pihak guru sebagi pembimbing dengan para siswa yang di bimbing dalam pembuatan aturan itu."
"pak Rudi dan ibu Herlina saling melirik."
sejak saya menjabat menjadi kepala sekolah, hampir semua aturan sekolah itu sudah ada, jadi saya tidak begitu tahu siapa yang membuatnya. aturan itu sudah di wariskan dari sejak awal sekolah berdiri, namun ada beberapa aturan itu, yang di buat kami oleh para guru namun tanpa mendiskusikan dengan para siswa.
"kalo begitu aturan rambut rapi, aturan yang sudah di wariskan apa kalian para guru yang membuatnya.? tanya Rehan."
"itu aturan warisan."
"kalo begitu, mengapa ada aturan rambut rapi itu.?"
"aturan itu ada agar rambut para siswa tidak menggangu proses pembelajaran. siswa yang berambut panjang akan kesulitan fokus dalam pembelajaran, selain itu aturan ini juga untuk menyamakan penampilan semua siswa yang ada,"jawab itu Herlina.
"apakah rambut yang panjang selalu menggangu proses pembelajaran.?"
"tentu saja tidak, tetapi kebanyakan terganggu"
"apakah anda pernah melakukan revisi.?"
"ibu Herlina menggelengkan kepalanya."
"bearti rambut panjang yang tidak terganggu seharusnya di perbolehkan bukan.? kemudian alasan Anda untuk menyamakan penampilan itu lucu sekali, bukan kah siswa sudah di samakan penampilan nya dengan seragam sekolah.? mengapa Samapi rambut juga ikut di samakan.? dan apa anda tahu ada beberapa siswa anda yang kesulitan sendiri dalam penggunaan seragam itu. dimana harga seragam batik dan seragam lainnya yang terkesan mahal saat ini, namun mereka tetap di paska menyeragamkan pakain Meraka. seharusnya pihak sekolah membantu mereka bukan hanya memaksakan aturan yang ada bukan.? ujar rehan dengan nada khasnya."
pak Rusdi dan ibu Herlina terdiam membisu, keduanya berusaha mencerna kata-kata rehan itu, selama ini mereka hanya mengikuti template yang ada tanpa melakukan inovasi atau perubahan sesuai zaman yang sudah berkembang. "selain itu, rambut tidak ada hubungannya dengan kecerdasan maupun kemampuan siswa itu sendiri, dalam beberapa kasus justru aturan rambut yang harus di samakan atau penampilan yang harus di seragam kan justru menjadi beban bagi siswa itu sendiri. di mana seharusnya mereka berangkat kesekolah untuk belajar, namun karena rambut dan seragam yang tidak sesuai aturan Meraka harus menerima hukuman mulai dari hukuman fisik bahkan Samapi ada yang tidak di perbolehkan masuk untuk ikut Jam pembelajaran, sehingga Meraka melewatkan waktu belajar."
rehan mengeluarkan ponselnya dan sebuah kertas dari sakunya, ia memperlihatkan sebuah foto dan daftar siswa yang berprestasi, hadiah dan beasiswa yang harus mereka terima dan apa yang menjadi hak Meraka sebagi penerimanya.
up dable up dong thor
masa masih mikir mau ketemu sama siapa..
tapi klo tulis seorang gadis ,, pas klo di bilang Siswi..
walau gadis n wanita itu sama2 perempuan. tapi konteks nya beda.. itu menurut aye.