Lama mengasingkan diri di Pulau Kesepian membuat Pendekar Tanpa Nyawa tidak tenang. Sebagai legenda tokoh aliran hitam sakti, membuatnya rindu melakukan kejahatan besar di Tanah Jawi.
Karena itulah dia mengangkat budak perempuannya yang bernama Aninda Serunai sebagai murid dan menjadikannya sakti pilih tanding. Racun Mimpi Buruk yang diberikan kepada Aninda membuatnya tidak akan mengenal kematian. Dia pun diberi gelar Ratu Abadi.
Satu-satunya orang yang pernah mengalahkan Pendekar Tanpa Nyawa adalah Prabu Dira Pratakarsa Diwana alias Joko Tenang tanpa melalui pertarungan. Karena itulah, target pertama dari kejahatan yang ingin Pendekar Tanpa Nyawa lakukan melalui tangan Aninda adalah menghancurkan Prabu Dira.
Aninda kemudian membangun kekuatan dengan menaklukkan sejumlah pendekar sakti dan menjadikannya anak buah.
Mampukah Aninda Serunai menghadapi Prabu Dira yang sakti mandraguna? Temukan jawabannya di Sanggana 8 yang berjudul "Dendam Ratu Abadi".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudi Hendrik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Raab 25: Dagelan Jarum Gadis
*Ratu Abadi (Raab)*
“Hiat! Hup hup! Hiat!” pekik Adi Ronggoloyo sembari menghindari serangan dari ketiga wanita yang mengeroyoknya.
Pak pak!
“Aw! Aw!” pekik dua dari tiga wanita pengeroyok itu saat Adi Ronggoloyo dengan nakal menepak kencang bokong mereka.
“Hahaha!” tawa Adi Ronggoloyo usai menepak bokong lawannya.
“Hahaha!” tawa sebagian pendekar yang menganggap tindakan nakal Adi Ronggoloyo adalah perkara lucu.
“Lelaki cabul!” maki Ulis yang bokongnya tidak kena tepak, lalu dengan gerakan garang menyerang Adi Ronggoloyo.
“Aduh! Salah tangkis!” keluh Adi Ronggoloyo, padahal dia sengaja.
Pemuda tampan itu berlagak menangkis serangan pukulan bertenaga dalam Ulis, tetapi sengaja dipelesetkan, sehingga itu menjadi elakan dan tubuh atas Adi maju menabrak wajah Ulis.
“Jiahahahak…!” Tertawa kencanglah para pendekar yang lagi-lagi menilai itu lucu.
Bahkan ada pendekar yang menepak kepala rekannya sambil tertawa karena saking gemasnya melihat kelakuan Pendekar Sombong.
Merah dan malulah wajah Ulis mendapat perlakuan seperti itu oleh Adi Ronggoloyo dan kemudian ditertawakan oleh para penonton.
“Hahaha!” tawa Adipati Rempah Alot pendek. Maksudnya tawanya yang pendek, bukan adipatinya yang pendek. Jangan salah paham!
Sementara itu, Aninda Serunai dan Pangeran Ulur Langit ekspresinya setenang kucing tidur, tidak merasa terhibur oleh lelucon itu.
Tidak sedikit pula pendekar yang kesal melihat para gadis itu dilecehkan oleh Adi Ronggoloyo yang lebih tampan dari mereka.
“Lelaki lacur!” maki Ulis marah bukan main sambil menendang perut Adi Ronggoloyo.
Buk!
Tendangan Ulis itu tidak bisa dihindari oleh Adi Ronggoloyo karena posisinya belum siap usai mencium wajah Ulis yang cantik. Namun, tendangan itu hanya membuat Adi Ronggoloyo terdorong mundur tanpa jatuh.
“Maaf, maaf. Tadi itu kecelakaan, tidak sengaja!” ucap Adi Ronggoloyo pura-pura bego.
Set!
“Aaak!” jerit Adi Ronggoloyo tiba-tiba sambil terlompat kaget di tempatnya.
Yang terjadi adalah salah satu wanita rekan seperguruan Ulis melesatkan beberapa jarum gadis. Sesuai nama Perguruan Jarum Gadis, jenis jarum yang mereka miliki adalah jarum gadis. Apa keistimewaan jarum gadis? Yuk, kita lihat efeknya terhadap Adi Ronggoloyo.
Ada tiga jarum yang masuk ke bokong Adi Ronggoloyo. Setelah terloncat kaget, dia segera memegangi bokongnya dengan wajah mengerenyit memandangi wajah cantik ketiga lawannya satu per satu.
“Hahahak…!” tawa banyak penonton, seolah-olah mereka sangat suka Adi Ronggoloyo terkena serangan.
“Jiahahahak…! Lucu, lucu, lucu sampai hangus! Jiahahahak…!” kata Anak Pengemis yang tertawa-tawa paling heboh sambil memukul-mukulkan sapu lidinya di tanah berumput.
“Rasain! Hihihi!” umpat Cempaka Air lalu tertawa pendek cekikikan.
“Wah wah wah! Kalau kena jarum gadis di area bokong, akan merusak kekuatan genjot di ranjang!” teriak Pandan Duri.
“Buah!” pekik Adi Ronggoloyo jadi panik.
Dia lalu mencobah melangkah ke samping.
“Ak!” pekik Adi Ronggoloyo kesakitan sambil menghentikan langkahnya. Gerak bokongnya membuatnya menderita sakit pada bokongnya.
Dalam kondisi seperti itu, Ulis dan kedua temannya melanjutkan pertarungan di atas panggung papan tersebut.
Dak dak dak…!
Karena sakit jika melangkah, Adi Ronggoloyo memilih bertahan di posisinya, di saat pukulan dan tendakan ketiga lawannya datang bertubi-tubi, bahkan bersamaan.
Dengan menggunakan kecepatan gerakan tangannya, Adi Ronggoloyo mampu menangkis semua serangan tinju dan tendangan ketiga gadis itu, meski harus merem-merem karena serangan banyak yang menargetkan wajah. Mungkin karena wajah Adi Ronggoloyo tampan, sehingga tinju dan tendangan juga banyak yang naksir.
“Serang terus! Jangan kasih napas!” teriak seorang pendekar usia separuh abad berbadan kekar dan besar. Dia berpakaian hijau tanpa lengan, memperlihatkan lengan kekarnya yang tanpa rambut ketiak. Ada tato gambar satu ceker warna merah pada kedua lengannya. Sepertinya itu ceker kanan dan kiri. Dia bernama Tangpa Sanding.
Bakk! Duk!
“Akk!” jerit Ulis.
Pada akhirnya, Adi Ronggoloyo berhasil keluar dari ketersudutan. Dua hentakan tangannya yang masing-masing ke kanan dan kiri mendarat keras tepat di dada dua lawannya. Sepertinya dia sengaja menyasar dada.
Sementara Ulis, dia hajar dengan adu kepala, hingga dahi si gadis robek kecil.
Adi Ronggoloyo kali ini bertarung dengan serius, sampai-sampai dia tidak sungkan menyundul wajah Ulis.
Jika kedua rekan Ulis terdorong sampai empat tindak oleh hantaman pukulan Adi Ronggoloyo, maka Ulis sendiri langsung terjengkang karena kuatnya sundulan kepala pemuda itu.
“Ayo adikku, kau pasti bisa! Jangan kalah dengan mulut-mulut bawel itu!” teriak Aji Ronggoloyo menyemangati adiknya.
Set set!
Kedua rekan Ulis melesatkan jarum gadis. Masing-masing melesatkan sepuluh jarum, sama dengan dua puluh jarum.
Adi Ronggoloyo menyambut serangan itu dengan hentakan lengan kanan ke arah bawah. Seketika muncul gelombang tenaga dalam yang kemudian menahan laju kedua puluh jarum dan merontokkannya ke lantai panggung.
“Selesai!” teriak Adi Ronggoloyo sambil menghentakkan kedua lengannya ke bawah.
Wusss!
Dari hentakan kedua tangan itu muncul gelombang angin keras ke segala arah dan menerbangkan Ulis dan kedua rekannya keluar dari arena. Mereka berjatuhan di tanah berumput.
Gong!
Tiba-tiba suara gong dipukul terdengar kencang.
“Berakhir!” teriak Wadi Mukso sambil mengangkat tinggi-tinggi tangan kanannya, setelah prajurit di sisinya memukul gong. “Pemenangnya Adi Ronggoloyooo!”
“Yeee!” teriak Adi Ronggoloyo bersorak jumawa.
“Yeee!” teriak Aji Ronggoloyo pula sambil berlari naik ke panggung. Dia langsung memeluk kedua paha adiknya dan mengangkatnya.
“Aaakk!” jerit Adi Ronggoloyo kesakitan.
Bdluk!
“Aaakk!” jerit Adi Ronggoloyo lagi, ketika kakaknya yang terkejut melepaskannya begitu saja. Dia jatuh terduduk di panggung.
“Hahahak…!” tawa orang banyak melihat adegan kegembiraan membawa derita.
Aji Ronggoloyo segera sadar bahwa di bokong adiknya ada tiga batang jarum yang masih bersarang. Dia segera membantu adiknya untuk berdiri.
Dengan dipegangi tangannya oleh sang kakak, Adi Ronggoloyo berjalan terpincang sambil menahan rasa sakit yang mengusik bokongnya.
Melihat adiknya meringis-ringis seperti pengemis teriris gerimis, Aji Ronggoloyo lalu berinisiatif mengangkat adiknya seperti mengangkat istri pengantin baru. Aji membawa Adi turun dari panggung.
“Hahahak…!” Para penonton terus tertawa.
“Cieee cieee! Pengantin bau!” ledek Anak Pengemis.
“Jiahahahak…!” Semakin jadi suara tawa mereka sampai memegangi dada.
Aji dan Adi hanya merengut gondok, kesal hingga malu. Memang, dengan diangkat ala wanita, bokong Adi Ronggoloyo aman dari gerakan.
“Sepertinya bokongku bengkak, Kakang,” kata Adi Ronggoloyo pelan sambil menyentuh bokongnya.
“Jika kondisimu seperti ini, kau tidak mungkin menang saat pertandingan berikutnya,” kata Aji Ronggoloyo.
“Hmmm manja,” ucap Cempaka Air yang berjalan dari arah yang berlawanan.
“Diam kau, Cempaka!” hardik Adi Ronggoloyo.
“Padahal aku sangat ingin menghajarmu di panggung,” kata Cempaka Air sambil berlalu melewati Dua Pendekar Sombong.
Pak!
“Aaaakk…!” jerit Adi Ronggoloyo kencang dan panjang, ketika Cempaka Air yang lewat di sisi mereka iseng menepak bokong yang jadi sangat sensitif.
“Wanita setan!” maki Aji Ronggoloyo.
Namun, dengan cueknya Cempaka Air melenggang angkuh layaknya artis kelas atas.
“Hahahak…!” tawa para pendekar yang lain lagi.
“Pertarungan selanjutanya, Aji Ronggoloyo melawan Mila Kemangi dan kedua adik seperguruannya dari Perguruan Jarum Gadis!” teriak Wadi Mukso mengumumkan pertandingan berikutnya.
“Adik, aku harus bertarung dulu. Setelah menyelesaikan para wanita itu, aku akan mengeluarkan jarum-jarum itu,” kata Aji Ronggoloyo.
“Baik,” ucap Adi Ronggoloyo.
Aji lalu menurunkan tubuh adiknya dengan hati-hati agar bokong adiknya tidak tertekan oleh sesuatu. (RH)