Tiga tahun menikah, Zalea belum kunjung memiliki keturunan. Sang mertua yang kurang bersahabat dengannya semakin memperlihatkan wajah ketidaksukaan terhadap Lea.
"Nikahi saja Karmila, Zain. Kamu punya alasan kuat untuk menikah lagi. Karena istrimu itu tidak bisa memberikan keturunan buat keluarga kita."
Dunia Lea seketika hancur saat mendengar ungkapan sang mertua. Namun, seberkas cahaya langsung muncul. Tapi sayang, takdir seolah sedang mempermainkannya. Saat dia mendapatkan kabar bahagia, kabar buruk malah menyusul dibelakangnya. Kabar buruk datang sebelum ia bisa membagikan kabar bahagia yang dia punya dengan siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*Episode 25
"Ke mana perginya?"
Pria itu kesal bukan kepalang saat orang yang tadinya dia perhatikan dengan seksama telah hilang dari pandangan. Dia pun tidak berputus asa. Lincah matanya menyapu setiap sudut yang bisa matanya lihat untuk menemukan wanita tersebut. Hingga akhirnya, wanita yang ia cari muncul kembali.
Senyum terukir dari bibir si pria. Gegas ia langkahkan kakinya dengan langkah besar menerobos orang-orang yang jadi penghalang untuk dirinya mencapai wanita yang ingin ia temui.
Dan ....
"Mbak!"
"Mbak Leah!"
Satu panggilan dengan suara lantang tentu saja langsung menjadikan diri pria itu sebagai pusat perhatian. Namun, si pria malah tidak ingin memikirkan apa yang sedang terjadi sekarang. Karena baginya, Leah lah yang terpaling penting.
Sementara itu, Leah yang dipanggil namanya tentu saja langsung menoleh. Meski dia merasa sedikit bingung akan panggilan tersebut, tapi dia cukup yakin kalau panggilan itu datang dari seseorang yang sangat mengenali dirinya dengan baik.
Benar saja. Saat Leah menoleh, di sana Rafa sedang berdiri dengan tatapan mata berkaca-kaca. Senyum manis pun terukir di bibirnya.
"Mbak."
"Rafa."
Gegas, Rafa menghambur ke dalam pelukan Leah tanpa pikir panjang.
"Mbak. Akhirnya aku melihat dirimu lagi. Ke mana saja kamu, mbak? Aku sudah mencari mu ke mana-mana."
"Aku kangen kamu, mbak." Rafa berucap lagi sambil terus memeluk erat tubuh Leah.
Belum sempat Leah menjawab apa yang Rafa katakan, ulah Rafa yang memanggil namanya dengan lantang barusan tentu saja mengundang banyak mata melihat ke arahnya. Bahkan, mendatangkan orang yang ada di kejauhan juga. Orang yang sangat membutuhkan pertemuan dengan Leah.
Baru juga Leah ingin mengangkat bibir, satu panggilan membuatnya membulat. Panggilan yang datang dari seseorang yang sangat Leah kenali, tapi tidak ingin Leah temui.
"Leah. Itu ... kamu?"
Pelukan Rafa langsung melonggar hingga akhirnya dia lepaskan. Seorang wanita berumur kini ada di depan Leah. Wanita itu langsung meraih tangan Leah sesaat setelah Rafa melepaskan pelukannya dari Leah.
"Leah. Akhirnya kamu bisa mama temui juga."
Ya. Dia mama mertua Leah. Dia juga hadir di sini karena yang menikah adalah anak sahabatnya. Lebih tepatnya, Yoga Pratama itu adalah anaknya Anuar. Anak pertama Anuar atau lebih jelasnya, kakak kandung Mila.
Yoga memang bagian dari keluarga Mila. Hanya saja, hubungan Yoga dengan keluarganya sudah tidak dekat sejak lama. Sejak Mila suka Zain, sejak kedua orang tuanya mendukung semua keputusan Mila, bahkan selalu berada di pihak adik manjanya itu, Yoga langsung memilih menjauh dari keluarganya.
Dia menjauh seolah-olah ia bukan bagian dari keluarga Mila lagi. Karena dia tidak pernah suka adiknya bertingkah sesuka hati tanpa memikirkan mana baik dan mana buruk.
Lalu sekarang, dia terpaksa mengizinkan keluarganya ikut hadir di hari bahagianya itu. Karena bagaimanapun, dia tidak mungkin benar-benar melupakan keluarga meski hatinya tidak menginginkan kedatangan mereka.
Dan sekarang, pesta pernikahan Yoga dan Marina malah jadi ajang reunian buat Leah dengan orang-orang terdekatnya yang dia tinggalkan dulu. Berawal dari adik angkat, sekarang malah mama mertua. Pesta pernikahan itupun dibuat begitu banyak kejutan jadinya.
Genggaman tangan mama Zain langsung Leah lepaskan dengan pelan.
"Maaf, aku-- "
"Leah. Mama tahu mama salah. Tolong berikan mama sedikit saja waktu untuk bicara denganmu di tempat lain. Mama mohon." Mama Zain berucap dengan wajah mengiba dan penuh harap.
Leah melihat sekeliling. Memang, tempat ini tidak bisa ia tunggu terlalu lama. Karena terlalu banyak mata yang melihat ke arah mereka. Rasanya tidak nyaman jika terus dilanjutkan di sini. Sangat-sangat malu jadi tontonan banyak orang.
"Baiklah. Kita akan bicara ke ruang ganti."
"Terima kasih, Leah. Mama-- "
Ucapan mama Zain terputus ketika ia melihat Leah yang sudah beranjak meninggalkan dirinya. Sesaat setelah Leah beranjak, sang mama juga langsung melangkahkan kaki dengan langkah besar untuk mengikuti Leah dengan cepat.
Mereka pun tiba ke ruang ganti yang Leah maksudkan. Leah masuk ke dalam ruangan tersebut dengan di susul mama Zain dari belakang.
"Leah. Mama mohon, maafkan mama. Dan, pulanglah ke rumah. Lihatlah Zain sekarang. Dia-- "
"Maaf, Ma. Aku tidak lagi punya hak dan tidak pula punya kewajiban untuk melihat mas Zain. Anak mama itu sudah mama nikahkan dengan wanita lain, bukan? Jadi, untuk apa lagi aku melihat pria yang sudah memiliki istri lain selain aku?"
"Leah." Bergetar bibir mama Zain memanggil nama perempuan yang dulunya telah ia anggap sebagai musuh.
Sementara Leah. Luka lama yang tak kunjung sembuh membuatnya tidak bisa untuk memaafkan si mertua meski hatinya sudah mempertimbangkan kata maaf sejak bertahun-tahun yang lalu.
"Ya, aku akui kalau aku kalah, Ma. Aku kalah dari mama. Karenanya, aku rela meninggalkan anak mama. Aku tinggalkan dia karena aku sadar kalau aku tidak lagi bisa memperjuangkannya. Seperti yang mama ketahui sebelumnya, aku lebih rela diceraikan dari pada dimadu."
"Oh ya. Harusnya mama bahagia dengan keputusan aku itu, bukan? Karena sekarang, mama bisa bermenantukan wanita yang mama pilih untuk anak mama. Bukan wanita yang tidak berguna seperti aku."
"Setelah pertemuan ini, aku mohon mama bisa menganggap aku sudah tidak ada. Sama halnya seperti aku menghilang enam tahun yang lalu. Jangan pernah ingat lagi tentang aku. Anggap kita tidak pernah bertemu sebelumnya. Karena aku sudah bahagia dengan kehidupan baruku yang sekarang."
Berderai air mata mama Zain. Sungguh, ucapan Leah benar-benar membuat wanita tua itu tidak lagi bisa menahan air mata. Dan tak hanya itu saja, dia yang sejak tadi tidak punya kesempatan untuk bisa, malah langsung menjatuhkan diri di depan Leah.
"Mama!"
Tentu saja ulah si mama mertua langsung membuat Leah jadi terkejut. Bagaimana tidak? Si mertua bisa-bisanya langsung bersimpuh yang langsung membuat hati Leah jadi goyang secara tiba-tiba.
Leah yang awalnya berdiri langsung ikut berjongkok agar bisa mensejajarkan diri dengan mama Zain. Hatinya yang sempat kesal, kini berubah sedikit iba dan bingung.
"Ada apa ini, Ma? Kenapa mama melakukan hal ini padaku?"
"Leah. Mama hanya ingin kamu memaafkan mama. Tidak. Mama hanya ingin kamu pulang untuk melihat Zain. Mama tidak perlu kamu memaafkan mama karena mama sadar, kesalahan mama tidak pantas menerima maaf dari kamu."
"Pulanglah, Leah. Lihatlah suami kamu yang sekarang sangat membutuhkan dirimu," ucap si mertua lagi dengan wajah yang sangat mengiba plus air mata yang tak kunjung berhenti.
"Ke-- kenapa dengan mas Zain?"
"Zain sudah bukan pria normal seperti dulu lagi, Leah. Kehilangan kamu membuatnya kehilangan semua jati dirinya. Dunia Zain sudah runtuh saat dia tahu kamu pergi meninggalkan dirinya."
.semoga suatu saat klian bs bersatu kmebli menjdi kel yg sakinah
Leah skrng jd pnya 3 bayi y....mskpn yg 1 sih kalem,yg 2 pst mnja bgt....apalgi bayi gd....wkwkwk.....
Mngkn lbh baik leah jjur sm ank2,mskpn zain skrng ga baik2 aja...tp kl ktmu anknya,spa tau cpt smbuh....
trus bilang ke si kembar selama ini mereka gk bisa ktemu sma papa karena oapa lgi sakit parah. gtu. biar mereka gk salah paham. atau marah2 merasa dibohongi dn gk diakui...
ksian bgt kl trs ky gt,cma raganya yg hdp tp jiwanya mati....tp leah udh kmbli,apalgi ada ank2 jg.....pst zain cpt sdar lg....smngttt....
kn kk'ny udh nkah sm yoga,tnngal dita nih yg blm....spa tau jdoh sm rafa.....
sampek segitu bencinya sama zain y hingga hatinya tidk trketuk untuk menolong orang yg bener2 trauma, frustasi, stres, kurang waras..