Seorang wanita yang harus berurusan dengan seorang pria yang selama ini dia benci. Bahkan pria itu menganggu kehidupan hingga dengan beraninya, pria itu berani mendekati dirinya. Dan menjadi hal yang mengkagetkan jika mana pria itu seorang duda. Apakah wanita itu menerima cinta dari seorang duda itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanlindia Lukita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari sial Lukita
"Nona Lukita." sapa Milano dengan menganggukkan kepala.
"ada apa kamu disini?" tanya Lukita yang sempat mencurigai pria itu.
"Saya diperintahkan tuan untuk mengantarkan nona berangkat ke kampus." ucap Milano yang diperintahkan tuannya.
"Untuk apa dia menyuruh kamu mengantar aku ke kampus, aku bisa berangkat sendiri. " jawab Lukita yang nampak marah.
" Saya hanya diperintahkan nona. " jawab Milano yang terlihat extra sabar menghadapi wanita satu ini.
" Aku tidak mau, bilang sana sama bossmu seenaknya saja. Dia kira aku siapanya. " jawab Lukita yang begitu marah besar pada pria didepannya.
"Maaf nona, saya hanya menjalankan perintah tuan." jawab Milano yang langsung membuka pintu mobil.
"Nona apanya, namaku Lukita bukan nona." jawab Lukita yang merasa risih dengan ucapan pria itu.
"Bukannya anda sebentar lagi akan menjadi istri dari tuan saya." jawaban itu makin menguji kesabaran Lukita.
"Benar-benar brengsek tuh pria." batin Lukita yang mengumpat dalam hatinya.
Milano mempersilakan Lukita masuk kedalam mobil. Didalam mobil Lukita terlihat kesal, dia berpikir bagaimana jika nanti dia akan hendak pulang ke kostnya.
"Nona, jam berapa nona pulang?" tanya Milano pada Lukita.
"Ada apa kamu tanya." jawab Lukita dengan nada ketusnya.
"Saya hanya ingin tahu jam berapa nantinya saya jemput nona." jawab Milano yang melirik lewat spion depan.
"Tidak usah jemput, hari ini aku pulang sore. Jadi tak usah jemput aku ." Lukita menolak dirinya dijemput oleh pria itu lagi.
"Tapi nona."
"Sudahlah, jangan banyak bantah. Lama-lama kamu mirip sama bossmu yang suka memaksa orang lain ." Lukita menyindir Damian, Setelah mendengar itu Milano terdiam dengan sedikit menggelengkan kepala.
"Benar-benar menguji kesabaran." batin Milano yang tak habis pikir dia bertemu dengan wanita yang begitu keras kepala.
Beberapa menit kemudian
Posisi mereka sudah sampai diarea kampus.
"Stop." teriak Lukita yang secara langsung, Milano mendadak mengerem mobil.
"Ada apa nona?" tanya Milano yang kaget Tiba-tiba dia disuruh berhenti.
"Berhenti disini saja." ucap Lukita yang tak mau membuat heboh satu kampus.
"Tapi nona, pintunya masih ada didepan." ucap Milano yang ingin langsung mengantarkan langsung masuk area kampus.
"Sudahlah, aku jalan saja. Kalau aku naik mobil anak-anak heboh nanti." jawab Lukita yang langsung keluar dari mobil.
Saat Lukita keluar, Milano hanya menggelengkan kepala. "Benar-benar berbeda, terkadang mereka ujung gigi menampilkan kemewahan. Tapi tidak dengan nona Lukita, dia malahan menyembunyikan kebenaran itu didepan mereka." batin Milano yang menganggap sungguh berbeda nona Lukita dengan wanita lain.
Posisi Lukita berjalan melewati lorong kearah ruang kelasnya. Didalam kelas ada Mia dan Amira, langsung saja dia menyapanya.
"Hai kalian berdua." sapa Lukita pada mereka berdua.
"Tumben kamu baru nongol?" tanya Mia yang sudah sedari tadi menunggu Lukita diluar hingga mereka memilih masuk kedalam kelas menunggu lama Lukita yang belum sampai dikampus.
"Maaf, tadi aku berangkat naik gojek. Makanya telat aku datang." jawab Lukita yang terpaksa berbohong.
"Dimana sepeda motormu?" tanya Amira.
"biasa mogok." jawab Lukita yang mencoba menyakinkan mereka.
"Mogok gimana, bukannya sepeda motormu masih baru. Mogok gimana aneh kamu luk." jawab Mia yang tak percaya apa bisa sepeda motor baru bisa mogok.
"Beneran, aku pun terpaksa berangkat naik gojek." Lukita mencoba menyakinkan mereka berdua, walaupun awalnya nampak sulit tapi pada akhirnya mereka percaya.
Pak dosen pun masuk kedalam kelas, mata pelajaran pun di mulai. Lukita pun fokus dengan mata pelajaran yang sudah dimulai.
Di tempat lain
Posisi Damian sudah ada di kantor, dengan setumpuk dokumen dimeja kerjanya. Tiba-tiba terdengar suara ketukkan dari arah pintu.
"Tok... Tok..."
"Masuk." Datanglah Asistennya yang datang menghampiri tuanya.
Damian melirik kearah asistennya. "Bagaimana apa kamu sudah melaksanakan apa yang aku perintahkan?" tanya Damian pada Milano.
"Sudah tuan, bahkan saya harus berdebat dengan nona Lukita yang awalnya tidak bersedia saya antarkan. Tapi setelah itu nona Lukita bersedia." jawab Milano yang mengakui extra sabar menghadapi wanita satu ini.
Damian hanya menatap datar kearah asistennya. "Dan sekarang dia bagaimana?" tanya Damian lagi.
"Posisinya sudah ada dikampusnya dan saya dapat informasi jika nona Lukita pulang kampus sore tuan." jawab Milano yang melaporkan itu pada tuannya.
"Baiklah, nanti sore kita kesana sekalian jemput dia." jawab Damian yang ingin nanti pulangnya menjemput Lukita.
"Baik tuan, saya mengerti." jawab Milano yang segera keluar dari ruang kerja tuannya. Setelah Milano keluar barulah Damian tersenyum.
"Ternyata dia tak hentinya susah diatur." batin Damian yang menganggap Wanita satu ini ternyata memang susah untuk diajak ngomong butuh kesabaran yang extra.
