Dijual, dibeli, dikurung selama hamil.
Dan saat melahirkan, salah satu dari bayi kembar tiganya, direnggut paksa oleh orang yang tidak dikenal Nabella.
Lolos dari maut, 6 tahun kemudian, Nabella kembali ke kota kelahirannya untuk mencari anaknya.
Saat di stasiun, tanpa Nabella sadari kalau Edgar-anak pertamanya dan Lucas-anak keduanya yang dibesarkan dipihak Shane-sang Daddy, tertukar tanpa disengaja.
Kesalahpahaman itulah yang membawa si kembar sedikit mengetahui kenyataan tentang Ayah dan ibu kandung mereka sesungguhnya.
Lantas, berhasilkah si kembar menyatukan Nabella dan Shane di antara kelicikan Zoya, sang ibu tiri yang memegang rahasia besar.
Lalu, bagaimana reaksi Shane jika mengetahui anaknya bukan satu, melainkan tiga sekaligus? Apakah pria yang punya trauma terhadap wanita itu, tega merebut semua hak asuh anaknya dari tangan Nabella?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon malkist, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Dengar, Bocah." Meski dalam hatinya was-was rahasia besarnya di ketahui oleh Edgar, Zoya tetap menekan rasa takutnya sebisa mungkin dengan tangan tiba-tiba mencengkeram wajah kecil Edgar. "Saya tidak akan mengakui apapun ke Daddy mu! Dan kau juga tidak boleh mengatakan sedikit pun rahasia besar ku ke Daddy mu." Zoya mengancam balik.
"Terserah aku! Kau tidak bisa mengatur ku!" tantang Edgar tanpa pikir panjang siapa yang dilawan nya.
Zoya tersenyum miring. "Sepertinya, kau harus mendengar cerita lama terlebih dahulu. Bagaimana, apa kau ingin mendengar dongeng tentang kisah yang dimulai sekitar tujuh tahun lalu?" Zoya melepas tangannya dari pipi itu. Setelahnya, memutari pelan tubuh Edgar, sejurus memaksa tubuh Edgar menghadap ke arah cermin dengan posisi nya kini berada di belakang Edgar sembari menahan bahu kecil tersebut.
"Aku tidak mau mendengar apapun," tolak Edgar.
Tapi, Zoya tidak peduli.
"Dulu, ada seorang wanita naif yang dijual ke club malam. Dibeli oleh preman berwajah sangar nan seram atas suruhan wanita jahat yang tidak mengenal rasa belas kasih. Wanita malang itu dibuat hamil, lalu dikurung tanpa melihat dunia luar selama mengandung. Saat melahirkan, dia sekaligus beranak tiga seperti babi."
Sensor otak Edgar langsung mengarah ke Mommy nya. Ia yakin, Zoya ini menceritakan tentang kisah Mommy nya.
"Hahaha..." Zoya tertawa pelan namun dingin menusuk di sebelah telinga Edgar. Rupanya, intimidasi nya setengah berjalan lancar. "Jangan tegang begitu, ini baru setengah nya. Oke, saya lanjutkan ya. Eum... Karena wanita jahat itu cuma butuh satu anak, maka dia memerintahkan preman nya untuk membunuh dua anak lain nya bersama sang Ibu. Sayangnya, mereka selamat rupanya. Sehingga ada Lucas lain yang berdiri di depan ku."
Tiba tiba, Edgar meneteskan matanya. Hati nya perih mendengar kisahnya yang diceritakan Zoya.
"Hohohoh, sensorik hati yang bagus. Apa di sini sakit, Anak manis?" Zoya mengejek seraya menekan permukaan dada Edgar.
"Lepas!" Edgar memberontak tapi Zoya tetap menang tenaga.
"Dengar baik baik, kalau kau melawan ku dengan cara membongkar rahasia ku ke Daddy mu, maka Mommy mu beserta dua kembaran mu di sana akan saya buat mati!"
"Tidak akan kubiarkan. Tidak akan!" Edgar memukul Zoya, tidak terima mendengar itu. Namun tangannya kembali dicekal oleh Zoya.
"Aku tidak akan membunuh mereka kalau kau tidak bertingkah sembrono. Paham?" sorot mata Zoya memancarkan ancaman yang tidak main-main sehingga membuat Edgar kini merasa ciut.
Karena tidak ingin terjadi hal buruk ke keluarganya, Edgar berujung mengangguk lemah, patuh.
Zoya menyeringai miring. "Anak pintar. Pergilah..." usir nya dari kamar.
Seperti robot, Edgar bergerak ke arah pintu. Tapi Zoya kembali berseru, "Tunggu!"
Edgar berbalik dengan otak penuh dengan tekanan.
"Jadilah anak baik di depan ku! Dan selalu ingat, setiap langkah mu kini akan saya pantau. Sekata pun kau bercerita tentang rahasia ku ke Daddy mu, maka yang akan mendapat getah nya adalah Mommy atau salah satu dari dua kembaran mu. Coba bayangkan, kalau Lucas di sana saya buat buta, atau pincang? Atau__
"Jangan lanjutkan!" bentak Edgar tidak kuat membayangkan omongan keji Zoya.
"Hahaha. Kau begitu menyayangi keluarga mu?"
Edgar tidak menjawab. Pergi begitu saja dengan perasaan kacau balau.
"Kau tidak boleh menjadi biang masalah di sini," gumam Zoya penuh maksud jahat.
"Tuan kecil, makan malam sudah siap."
Edgar bahkan mengabaikan Anna di lorong ruangan menuju kamar nya. Melewati wanita itu begitu saja.
"Tuan kecil?"
"Saya tidak lapar, Bibi."
Anna tidak lagi berani bersuara. Ia pikir, anak itu mendadak murung karena mendapat omelan Shane sehabis kabur.
***
"Ya ampun, Tuan kecil..."
Pagi pagi, Anna dibuat kaget akan suhu tubuh Edgar yang panas tinggi. Semalaman, bocah itu tidak bisa tidur karena kepikiran terus langka apa yang akan diambil nya setelah ancaman Zoya tertuju ke keluarganya. Bagaimana pun, ia tidak bisa gegabah karena tidak mau Mommy beserta kedua kembaran nya berujung celaka.
"Mommy... Mommy..."
Edgar menceracau dengan mata tertutup menginginkan Nabella yang disalah pahami oleh Anna.
"Tunggu sebentar, Tuan kecil. Saya akan memanggil Nyonya."
Anna meninggalkan kamar. Kebetulan, Shane yang sudah rapih dengan balutan suit ala-ala kantoran, saat ini berjalan ke arah pintu utama.
"Tuan Shane, tunggu!" Dari atas lantai dua, Anna berseru panjang. Ia terpaksa berperilaku tidak sopan dengan cara memanggil seperti itu.
"Apa dia berulah lagi?" gumam Shane seakan akan bisa menebak tingkah Anna.
"Tuan kecil demam tinggi, Tuan!"
Mendengar itu, Shane beranjak cepat ke anak tangga.
Di sudut lain, ada Zoya yang mendengar nya. Wanita itu tersenyum bahagia. "Dia pasti tertekan sekarang. Waktu nya mengurus ibunya."
Karena menebak Shane datang telat atau bahkan tidak jadi ke kantor, Zoya berniat menghampiri Nabella.
***
Byuuur...
Datang-datang, Zoya menarik gelas berisi air di meja Nabella lalu menumpahkan nya ke wajah Nabella.
Terang saja, perbuatan Zoya serta suara jerit kaget Nabella mengundang perhatian para rekan Nabella yang tadinya pada sibuk bekerja di kubikel masing masing.
"Apa yang kau__"
Plaak...
Belum selesai Nabella bertanya dengan segala keheranan nya mendapat serangan mendadak, Zoya lanjut menampar.
"Dasar pelakor!"
Mendengar tuduhan Zoya, seketika tatapan para karyawan khusus desain di ruangan tersebut, seolah-olah ikut mencemooh Nabella. Mereka seakan percaya ke Zoya karena mengetahui Zoya sebagai istri pemilik perusahaan.
"Jangan rebut suami dan anak ku, pelakor__"
Plaak...
Suara gesekan tangan dan pipi terdengar nyaring kembali, tapi kali ini bukan pipi Nabella, melainkan Zoya. Mommy si kembar yang lemah waktu dulu, bukan lagi wanita yang mudah diinjak-injak harga dirinya.
"Kau__"
Byuuur...
Zoya menganga. Kali ini, ia terkesiap oleh guyuran Nabella yang gelasnya ditarik dari meja sebelah. Zoya yang menjual, ia cuma membelinya dengan kontan.
"Aaarghhh, kurang ajar!" Zoya mencak-mencak geram. Tidak terima dipermalukan, ia hendak menampar kembali tapi kali ini ditahan cepat oleh Nabella.
lanjutttttt
d tungguin loh ... kirain mo d doble hri ini 😁
lagi dong .....