NovelToon NovelToon
Getaran Cinta

Getaran Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: KENZIE 7 store PONOROGO

Raline dijodohkan dengan pria pilihan ayahnya demi baktinya pada orang tua. Konflik muncul setelah Raline bisa menerima dan mulai mencintai suaminya. Perselisihan dengan mertua dan ipar serta mantan Raline pun hadir.

Akankah pernikahan mereka yang diawali dengan perjodohan dapat berjalan dan berakhir bahagia?

.....

Hai kak, ini karya pertama saya. Mohon dukungannya ya kakak2 semua. Salam hangat


Hai, kak. Ini adalah karya pertam saya. Mohon dukungannya ya kakak2 semua. Salam dari Ponorogo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KENZIE 7 store PONOROGO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gara-gara Pasta

"Ibu~" Teriak Rizal dan Delia bersamaan.

Bu Ambar pun datang dari arah belakang sambil mendengus kesal. "Apa kalian pikir ini hutan, sehingga kalian bebas berteriak sesuka hati heh?" Omelnya.

"Kita berhasil Bu. Orang itu setuju untuk kerja sama dengan pabrik. Kita tidak jadi bangkrut Bu." Ucap Delia dengan gembira.

"Ini cek yang dia beri Bu. Benar-benar orang yang dermawan." Rizal menunjukkan cek yang diberikan oleh Alan tadi dengan sumringah.

Bu Ambar menerima cek itu. Matanya melotot tak percaya dengan nominal yang tertera pada cek nya. "Li-Lima puluh juta." Ucap Bu Ambar tidak percaya.

"Kami hebat kan Bu." Puji Delia pada dirinya sendiri.

"Kalian memang hebat. Dengan begini kalian bisa menunjukkan pada Devan, kalau kalian juga bisa diandalkan." Puji Bu Ambar pada kedua anaknya.

***

Kabar pabrik yang akan bekerja sama dengan perusahaan Baro dari negara K pun sampai ke telinga Devan. Hal itu justru membuat Devan tidak tenang.

"Kenapa tiba-tiba ada perusahaan dari luar negeri yang tertarik ingin kerja sama dengan pabrik Ron?" Tanya Devan pada Roni saat mereka sudah berada di ruang kerja Devan. "Segera selidiki latar belakang perusahaan itu." Perintah Devan pada Roni.

"Laksanakan Tuan."

Roni pun pergi dari hadapan Devan. Sepeninggalan Roni, Devan mulai mencari informasi tentang perusahaan Baro ini.

"Mahendra Amarta! Siapa sebenarnya orang ini? Apa tujuan dia berkerja sama dengan pabrik?" Gumam Devan setelah membaca artikel tentang perusahaan Baro.

Drtt... Drttt...

Terlihat layar ponsel Devan bergetar tanda ada panggilan masuk. Devan segera mengangkat panggilan itu.

"Apa yang kamu temukan Ron?" Tanya Devan langsung pada intinya.

"Pemilik perusahaan itu bernama Mahendra Amarta, berasal dari kota Sili juga Tuan. Namun lima tahun lalu dia pergi ke negara K dan mendirikan perusahaan disana. Perusahaan itu termasuk perusahaan yang berkembang dengan pesat hanya dalam kurun waktu satu tahun Tuan." Terang Roni menjelaskan informasi yang dia dapat.

"Apa ada lagi yang lainnya Ron?" Tanya Devan lagi.

"Perusahaan itu bergerak di bidang properti dan alat-alat kesehatan Tuan." Jelas Roni lagi.

"Lalu, alasan dia ingin bekerja sama dengan pabrik apa?"

"Kalau untuk hal ini saya tidak tahu Tuan. Informasi yang saya dapat hanya itu."

"Baiklah kalau begitu." Devan pun menutup sambungan teleponnya.

"Aku harus terus memantau pabrik."

.

.

Hari ini Raline kembali bermalas-malasan. Dia menonton TV sambil makan camilan. Mbok Sum yang melihat tingkah Raline hanya tersenyum memaklumi.

"Non Raline tidak pengen apa gitu?" Tanya mbok Sum.

"Eum tidak ada. Memangnya kenapa mbok?" Raline balik bertanya.

"Biasanya kan orang hamil itu pasti ada yang mengalami ngidam Non. Makanya simbok tanya Non lagi pengen sesuatu tidak?" Jelas mbok Sum dengan sabar.

"Nggak ada mbok. Cuma pengen rebahan aja sih hehehe." Jawab Raline nyengir kuda.

Mbok Sum pun berlalu. Raline melanjutkan acara menonton TV nya. Saat layar TV muncul tampilan gambar yang menayangkan iklan pasta, tiba-tiba air liur Raline menetes dengan sendirinya. "Rasanya aku tiba-tiba begitu menginginkan makanan itu." Ucapnya sambil mengelap air liurnya. "Apa ini yang dinamakan ngidam?"

Raline segera mengirim foto gambar pasta pada Devan.

[Sayangku~ Tolong belikan ini segera ya~] Caption yang dikirim Raline dibawah gambar pasta.

Sent...!!

Pesan bergambar itu pun terkirim ke nomer Devan. Centang dua, yang artinya sudah dibaca oleh Devan karena kebetulan saat ini Devan juga sedang online.

[Nanti pulang kerja aku bawakan ya.] Balas Devan.

Secepat kilat Raline pun membalas pesan Devan.

[Tidak mau. Aku maunya sekarang. Kalau sampai dalam waktu lima belas menit tidak datang dengan pasta nya, silakan tidur di luar.] Tulis Raline diikuti emot marah.

Devan yang membaca pesan Raline yang penuh nada ancaman itupun segera berlari keluar untuk menemukan restoran yang menyediakan menu pasta.

Hal itu membuat hampir seluruh karyawan nya heran. Ada apa gerangan yang terjadi pada CEO kita? Begitulah kira-kira pemikiran mereka.

Kurang dari lima belas menit, Devan sudah sampai rumah dengan nafas ngos-ngosan. Tak lupa pasta pesanan istri tercinta sudah di tangannya.

"Sayangku~ Dimana kamu~" Teriak Devan memanggil Raline.

"Jangan teriak-teriak Dev. Mana pesananku?" Ucap Raline galak.

"Hehehe ini sayang." Devan nyengir sambil memberikan pesanan Raline.

Raline menerima dengan senang hati. Dengan tidak sabar dia pun memakan pastanya. Namun saat baru suapan pertama masuk, dia malah memuntahkan isi perutnya.

Hueekk... Hueekk..

Devan dengan cepat berlari menyusul Raline kemudian dia memijat tengkuk Raline. "Kamu nggak apa-apa Sayang?" Tanya Devan cemas.

"Nggak apa-apa." Jawab Raline lemah. "Pastanya nggak enak. Kamu habiskan ya Sayang, aku nggak mau lagi." Imbuhnya membuat Devan melongo tak percaya.

"Aku?" Tanya Devan sambil menunjuk dirinya sendiri.

Raline menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Ayo habiskan. Aku mau lihat kamu menghabiskannya." Ucap Raline.

Mau tak mau Devan pun hanya bisa menuruti permintaan istrinya itu. Bukannya Devan pilih-pilih makanan, masalahnya adalah kenapa harus pasta, makanan yang paling dia benci.

Dengan pelan tapi pasti Devan pun menghabiskan pastanya. Saat suapan terakhir Devan malah memuntahkan kembali pastanya karena sedari tadi dia menahan rasa mual.

Hueekk... Hueekk...

Raline hanya diam di tempat duduk sambil melihat suaminya yang muntah-muntah itu tanpa ada niat untuk membantu atau menghampirinya.

"Kenapa dimuntahkan sih Yang?" Ucap Raline kesal.

"Astaga, apa kamu masih Raline istriku?" Devan malah kesal dengan Raline. Bukannya mengkhawatirkan suaminya, malah marah karena pastanya dia muntahkan. Menyebalkan bukan?

"Hei Tuan Pemaksa! Maksudnya apa? Apa kamu sudah tidak mengenali istrimu sendiri?" Ujar Raline geram.

"Eh bukan begitu Sayang~ Maksudnya- " Ucapan Devan terpotong oleh Raline.

"Malam ini tidur diluar saja dan jangan mendekatiku." Putus Raline membuat Devan melongo lemas. Raline pun meninggalkan Devan dengan tatapan memelasnya.

"Kenapa dia marah hanya karena pastanya ku muntahkan? Apa dia lupa kalau aku benci makanan lembek hiks." Devan hanya bisa meratapi nasibnya. "Tidur di luar lagi. Istriku jadi lebih ganas semenjak hamil." Gumamnya lagi.

Di dalam kamar Raline terus saja menggerutu tidak jelas. "Dasar suami tidak pengertian. Egois. Harusnya kan dia tahan demi aku. Mana yang katanya tidak akan membuatku menangis hiks. Pembohong." Raline marah-marah dan menangis dengan alasan yang tidak jelas.

Huhuhuuu....

Dia bahkan menangis dengan kencang. Entah apa sebabnya. Masa iya hanya karena makanan? Pikir Raline.

Suara tangis Raline terdengar oleh Devan. Devan pun segera berlari menuju kamarnya. Sayangnya pintu kamar terkunci dari dalam.

Tokk.. Tokk..

"Sayang~ Buka pintunya. Kamu kenapa menangis?" Teriak Devan dari luar kamar.

Ceklek... !!!

Pintu terbuka, terlihat mata Raline memerah. "Kamu kenapa Sayang?" Tanya Devan cemas.

"Nggak apa-apa." Jawab Raline sambil menggeleng kepala.

"Kalau aku ada salah aku minta maaf ya." Ujar Devan dengan tulus sambil menghapus air mata Raline.

"Iya." Raline kembali menganggukkan kepala sebagai jawabannya.

"Kamu mau apa heum, katakan saja." Tanya Devan membujuk Raline.

"Aku mau tidur." Jawab Raline.

"Ya sudah tidurlah." Devan mengantar Raline tidur.

"Tapi aku maunya dipeluk sama kamu~" Ucap Raline malu-malu.

'Apa ini termasuk hormon kehamilan?' Kata Devan dalam hati. Dia dibuat bingung dengan tingkah istri hari ini.

"Baiklah, ayo kita tidur." Devan pun mengalah dan menuruti istrinya.

"Peluk~" Kata Raline manja.

Dengan senang hati Devan kali ini menuruti kata istrinya. Mereka pun langsung tertidur sambil berpelukan.

Bersambung....

Wahh tidak jadi tidur diluar ya Dev hihihi.

Terima kasih untuk dukungannya. Salam hangat dan cinta dari author 😘😘😘

1
jumrotun chasanah
Lanjut lagi kak.. Critaanyaa ng ambang gitu. 😔
OkitaNiken
Sedihh banget si Raline
tefa(♡u♡)
Aku yakin ceritamu bisa membuat banyak pembaca terhibur, semangat terus author!
AKB: terima kasih kak /Kiss/
total 1 replies
NotLiam
❤️ Hanya bisa bilang satu kata: cinta! ❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!