NovelToon NovelToon
Kamboja

Kamboja

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Rinarient 2

Kisah haru seorang gadis yang dilahirkan dari sebuah keluarga miskin. Perjuangan tak kenal lelah mencari bapaknya yang pergi ke luar negeri sebagai TKI, dimulai setelah ibunya meninggal dunia.
Sepeninggal ibunya, Lily kecil diasuh oleh tetangga yang trenyuh melihat nasibnya. Namun ternyata hal itu tidak serta merta merubah nasib Lily. Karena tak lama kemudian bunda Sekar yang mengasuhnya juga berpulang.
Di rumah keluarga bunda Sekar, Lily diperlakukan seperti pembantu. Bahkan Lily mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh suami almarhumah. Lelaki yang sangat dihormati oleh Lily dan dianggap seperti pengganti bapaknya yang hilang entah kemana.
Ditambah perlakuan kasar dari Seruni, anak semata wayang bunda Sekar, membuat Lily akhirnya memutuskan untuk pergi.
Kemana Lily pergi dan tinggal bersama siapa? Yuk, ikuti terus ceritanya sampai tamat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinarient 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 Sakit lagi

Lily berjalan kaki dengan perasaan senang. Selain sudah kenyang, dia juga bisa membawakan makanan untuk ibunya.

"Ibu pasti suka kue ini. Kita kan jarang banget makan kue enak," gumam Lily.

Sepanjang perjalanan yang biasanya terasa melelahkan, Lily bersenandung. Jalannya pun dengan langkah setengah berlari.

Dia ingin cepat-cepat sampai rumah dan melihat reaksi ibunya saat makan kue yang dibawanya.

Hingga tak terasa Lily pun sampai di depan pintu rumahnya.

Sebuah rumah kontrakan petak yang kecil dan kumuh. Hanya tempat seperti ini yang bisa dibayar oleh Gendis dari hasil jerih payahnya sebagai buruh cuci dan setrika.

Karena selain untuk bayar kontrakan, Gendis juga harus memikirkan kebutuhan mereka sehari-hari. Mulai dari makan, listrik yang dipakai untuk menyetrika pakaian, juga uang transport buat Lily sampai ke sekolah.

Kalau uang saku untuk jajan, Lily cukup tahu diri. Dia tak pernah minta. Diberi pun biasanya akan dia kembalikan.

Lily sadar ibunya susah payah mencari uang itu. Dan ibunya lebih membutuhkan.

"Assalamualaikum!"

Lily mengetuk pintu rumah yang tertutup rapat.

Tak ada jawaban apapun.

Lily mengetuk sekali lagi.

Masih tak ada jawaban.

Lily menarik handle-nya. Ternyata pintu tidak dikunci.

"Bu! Ibu! Lily pulang!" seru Lily dari pintu yang sudah setengah terbuka.

"Iya, Ly. Ibu di dalam," sahut Gendis dari dalam.

Gendis buru-buru bangkit dan duduk di tepian kasur tipis yang jadi alas tidur mereka.

Padahal sedari pagi tadi, Gendis merasakan sakit di perutnya yang sangat luar biasa.

Hingga dia pun absen ke rumah beberapa majikannya untuk mencuci pakaian.

Seharian Gendis hanya rebahan saja. Obat dari Puskesmas yang biasa dikonsumsinya sudah habis.

Mau berangkat sendiri ke sana, dia merasa tak kuat jalan. Mesti menggunakan taksi yang pastinya mahal.

Dan sekarang saat anaknya pulang dari sekolah, Gendis berpura-pura sehat dan baik-baik saja.

Lily melangkahkan kaki ke dalam.

"Ibu lagi ngapain? Kok dari tadi Lily panggil-panggil enggak menyahut?" tanya Lily.

Jarak dari pintu ke tempat Gendis duduk, tak terlalu jauh.

"E...tadi Ibu ketiduran, Ly. Jadi enggak denger kamu manggil," jawab Gendis.

Padahal sejujurnya Gendis mendengar suara Lily. Cuma saja perutnya masih terasa sangat sakit, hingga dia perlu waktu untuk menahannya.

"Perut Ibu sakit lagi?"

Lily memperhatikan perut Gendis.

Gendis menggeleng. Sekuat mungkin dia tahan rasa sakitnya.

Lily pun tersenyum senang melihatnya.

"Ibu. Lily bawa sesuatu untuk Ibu. Coba tebak apa," ucap Lily dengan gembira sambil merogoh tasnya.

"Apa ya?"

Gendis mencoba bertanya, sambil terus menahan rasa sakit yang amat sangat.

"Kue yang dijual di kantin sekolah Lily," jawab Lily.

"Tara...!"

Lily memperlihatkan bungkusan kue di kantong plastik yang tadi diberikan oleh pak Yahya.

"Ibu pasti suka. Nih, buat Ibu semua."

Lily menyodorkannya pada Gendis.

Gendis menerima dan membukanya.

"Hah?"

Mata Gendis terbelalak melihat aneka kue yang terlihat sangat menggoda.

"Darimana kamu mendapatkannya, Ly?" tanya Gendis penuh selidik.

Lily menghela nafasnya.

"Jadi gini, Bu..."

Lalu Lily menceritakan tentang asal usul kue-kue itu.

"Oh. Ibu kira kamu..."

Gendis tak meneruskan kalimatnya.

"Lily mencuri gitu?" tebak Lily.

"Enggak, Ly. Masa Ibu menuduh anak kesayangan Ibu ini pencuri sih." Gendis mengacak rambut Lily.

"Ya udah, sekarang Ibu harus makan kue ini semua," ucap Lily.

"Semua?"

Lily mengangguk.

"Terus kamu?" tanya Gendis.

"Kan Lily udah makan banyak di rumah dinasnya pak Yahya. Lily juga udah makan nasi pake sayur asem ama ikan asin di rumah bu Slamet, Bu," papar Lily.

"Loh, kamu kok jadi makan di rumah orang sih? Enggak boleh loh. Nanti malah merepotkan," ucap Gendis merasa tak enak hati.

"Bu Slamet yang memaksa, Bu. Tadinya Lily sudah menolak. Tapi kata bu Slamet, Lily suruh menemaninya makan siang," sahut Lily membela diri.

"Memangnya pak Slametnya kemana?" tanya Gendis.

"Pak Slamet lagi kurang enak badan. Udah makan juga terus minta dipijat sama bu Slamet dan tidur deh," cerita Lily sambil senyum-senyum.

Lily ingat tadi dia yang sempat salah sangka pada pasangan suami istri itu.

"Kok kamu senyum-senyum? Ada yang lucu?" tanya Gendis penasaran.

"Enggak." Lily menyembunyikan apa yang tadi ada di otaknya.

"Udah, Ibu makan dulu. Lily mau ganti baju."

Lily berdiri dan melepas baju seragamnya. Lalu dia mencari baju rumahan yang diletakan di sebuah lemari plastik tanpa tutup.

Tak banyak baju rumahan Lily. Hanya tinggal beberapa helai yang masih muat di badannya yang mulai tumbuh besar.

Dulu saat keuangan mereka baik-baik saja, setiap bulan Gandis mengajak Lily ke toko pakaian untuk membeli baju yang bagus-bagus.

Gendis juga ingin anaknya tampil seperti teman-temannya di sekolah yang memiliki baju bagus. Meski harganya pasti jauh berbeda.

Tapi kini, baju-baju itu sudah banyak yang kekecilan. Dan Lily memberikannya pada anak-anak jalanan yang membutuhkan.

"Maaf ya, Ly. Ibu belum bisa membelikan kamu baju baru lagi," ucap Gendis pelan.

Sedih rasanya melihat anak gadisnya memakai baju itu-itu saja.

"Enggak apa-apa, Bu. Ini juga masih bisa dipakai kok," sahut Lily.

Lily memang anak yang tak banyak menuntut. Dia memahami bagaimana ibunya berjuang sekuat tenaga buat menghidupinya.

"Nanti kalau Ibu ada rejeki, Ibu janji akan membelikan baju buat kamu," ucap Gendis.

"Enggak usah dipikirin, Bu. Kalau Ibu punya rejeki lebih, buat berobat aja dulu. Biar Ibu sehat," sahut Lily.

Gendis terharu mendengar sikap anaknya yang sangat dewasa dan pengertian padanya.

Gendis mengangguk.

Jujur dia pun ingin segera sembuh. Ingin sehat lagi seperti dulu.

"Ibu ke kamar mandi dulu, Ly."

Gendis beranjak dari kasur lepek mereka.

"Ya ampun, Bu. Itu darahnya nembus. Baju Ibu basah semua," ucap Lily melihat darah membasahi bagian belakang pakaian Gendis.

"Ibu sakit lagi, kan?" tebak Lily.

Gendis tak menjawab. Dia segera berlalu ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, Gendis melepas pakaiannya. Lalu membasuh bagian bawah tubuhnya sambil menangis sesenggukan.

"Kenapa darahku tak kunjung berhenti? Kenapa semakin banyak?" gumam Gendis di antara isakannya.

Gendis sengaja menyalakan kran air agar isakannya tak terdengar oleh Lily.

Sambil terus sesenggukan, Gendis mengucek pakaiannya.

Sementara Lily menarik kain yang dijadikan sprei. Lalu menggantinya dengan yang baru.

Lily juga mencarikan pembalut untuk ibunya. Tapi tak menemukannya.

"Dimana ibu menyimpannya?" gumam Lily sambil terus mencari.

Atau jangan-jangan udah abis? Batin Lily.

Lily menghela nafasnya. Lalu merogoh kantung bajunya. Dia masih punya uang lima ribu perak yang mestinya untuk naik angkot.

Aku belikan aja di warung depan sana. Ibu pasti membutuhkannya.

Dengan tergesa Lily pun pergi ke warung yang tak jauh dari kontrakan.

"Ibu. Ada pembalut yang biasanya?" tanya Lily pada pemilik warung.

Ibu pemilik warung sudah hafal apa yang dimaui Lily.

"Ibumu sakit lagi, Ly?" tanya pemilik warung.

Lily hanya mengangguk pelan dan berlalu setelah menerima pembalutnya.

Dengan langkah gontai dan kesedihan yang mendalam, Lily kembali ke kontrakan.

1
Shuhairi Nafsir
Mohon Thor jadikan Lily anak yang tegas . jenius lagi bisa bela diri
Anita Jenius
Baca sampai sini dulu. 5 like mendarat buatmu thor. semangat ya.
Rina Rient: Siap..Terima kasih like-nya 🙏
total 1 replies
Fatta ...
lanjut Thor..,
Rina Rient: Siap..tunggu episode-episode selanjutnya, ya 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjut thor
Rina Rient: Siap..tunggu yaa 🙏
total 1 replies
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up thor
Anto D Cotto
menarik
Rina Rient: Terima kasih 🙏
total 1 replies
Anita Jenius
Salam kenal kak. 3 like mendarat buatmu thor. semangat ya
Rina Rient: Terima kasih 🤗
total 1 replies
Irsalina Lina
kapan ep ke 2 nya di tanyangkan thoor?......, GK sabar ni mau baca. soalnya cerita nya bagus dan menarik
Rina Rient: Sabar ya..step by step 😊
total 1 replies
Mamimi Samejima
Bikin happy setiap kali baca. Gak bisa berhenti bacanya.
Rina Rient
terima kasih🥰.. tunggu episode2 selanjutnya ya 🙏
Jing Mingzhu5290
Saya merasa terinspirasi oleh perjuangan tokoh-tokoh dalam cerita.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!