Apa yang diharapkan Oryza pada pernikahan yang berawal dari kesalahan? Kecelakaan malam itu membuatnya terikat dengan Orion sang pebisnis terkenal sekaligus calon tunangan adiknya, bukankah sudah cocok disebut menjadi antagonis?
Ia dibenci keluarganya bahkan suaminya, sesuai kesepakatan dari awal, mereka akan berpisah setelah anak mereka berusia tiga tahun dengan hak asuh anak yang akan jatuh pada Oryza. Tapi 99 hari sebelum cerai, berbagai upaya dilakukan Oryza mendekatkan putranya dengan sang suami juga adiknya yang akan menjadi istri selanjutnya. Surat cerai tertanda tangani lebih cepat dari kesepakatan, karena Oryza tau ia mungkin sudah tiada sebelum hari itu tiba
Jangan lupa like, vote dan komen ya🙏🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadiah?
Malam kian larut, sunyi siap menjadi teman dan gelapnya langit sebagai latar kesendirian. Kadang kala pikiran berimajinasi dengan liarnya, membayangkan berbagai kata andai yang sayangnya sudah tak mungkin. Memimpikkan segala sesuatu yang terlampau jauh tingginya padahal kita sudah tau kalau itu adalah hal yang mustahil
"Sepertinya aku gagal menepati janjiku pada enam belas tahun lalu" Oryza berdiri didepan jendela kamarnya, wig yang terpasang di kepalanya sebagai pengganti rambut itu tertiup angin malam yang berhembus sedikit dari celah yang dibiarkan terbuka
"Atau mungkin bisa? Aku akan usahakan besok. Setidaknya aku pergi tanpa meninggalkan hutang apapun" seperti biasa mata hitam itu fokus pada indahnya warna langit malam dengan formasi jutaan bintang, namun satu rasi yang menurutnya paling menonjol terlihat, Orion
"Semuanya akan usai bukankah begitu? Untuk apa aku berharap lagi?"
.
Oryza berubah, itu yang dilihat Orion dari cara berpakaian gadis itu. Gamis panjang dengan penutup kepala itu adalah sesuatu yang baru untuk Oryza. Orion tak tau apa alasan wanita yang segera berstatus mantan istrinya itu memilih benda itu. Padahal ia cukup mengakui kalau rambut hitam itu indah
"Apa kamu tidak membawa apa-apa?"
"Apa maksudnya?"
"Bukankah ini ulang tahun adikmu? Seharusnya kamu membawakan sesuatu sebagai hadiah"
"Oh bukankah kamu sudah membawanya? Aku pikir cukup satu hadiah dari pasangan saja"
"Apa kamu kekurangan uang? Padahal pergi ke toko setiap hari, apa sulitnya memilih satu untuk adikmu"
"Memamgnya apa yang kamu berikan? Apakah sebuah cincin emas?" Orion justru tersentak yang membuat Oryza tersenyum getir dan pura-pura menatap keatas untuk mengalihkan sesuatu yang hampir meluncur
"Papa mama" suara kecil kembali mengambil alih fokus mereka
"Ayo kita berangkat sayang"
Oryza selalu begitu, selalu menghindar untuk berlari dari rasa sakit daripada melawannya. Selalu kalah dengan rasa cinta belasan tahun yang bahkan ia tau itu hanya membawa kepada rasa sakit. Selalu mengalah dan memilih mundur tanpa berjuang untuk haknya yang diambil. Oryza selalu seperti itu, menanggung semuanya bahkan mungkin sampai akhir hidupnya yang tak lebih dari empat puluh hari menurut prediksi dokter
Hiasan bunga dengan lampu indah terlihat elegan walau dikatakan sederhana hanya karena dirumah saja. Oryza sudah terbiasa dengan hal ini, melihatnya setiap tahun dan selalu menjadi yang terlupa dalam segala hal
"Kakak" Alice menyapanya begitu mereka tiba ditaman belakang, tempat yang diubah sedemikian indahnya oleh orang tua mereka untuk putri kecil kesayangannya
"Bagaimana kabarmu?"
"Aku baik" Oryza tau pandangan mata penuh binar itu bukan untuknya tapi untuk laki-laki disampingnya
"Hadiah apa yang kakak bawakan untukku?"
"Orion sudah menyiapkannya, aku pikir nanti dia yang akan memberikan langsung"
"Baiklah"
"Selamat ulang tahun"
"Terima kasih kak" senyum Alice kian lebar begitu Orion mengucapkan kalimat itu padanya
"Ada apa dengan penampilanmu?" Oryza tersenyum manis saat ayahnya menghampirinya
"Aku hanya ingin berubah menjadi sedikit lebih baik"
"Beruntungnya kamu punya suami yang baik bahkan dengan segala kenakalanmu dulu" Oryza tersenyum walau sedikit nyeri, ia tau dunia mungkin memang tak akan pernah bisa berpihak padanya
"Apa kamu tidak mau memberikan hadiahnya sekarang?" Oryza bertanya saat Orion justru hanya diam di kursi tamu saat melihat Alice dengan semangat membagikan kue yang baru saja di potong
"Kenapa kamu penasaran sekali? Aku akan melakukannya saat tidak ada yang melihat"
"Romantis sekali" Oryza menautkan tangannya didepan dada seolah membayangkan bagaimana indahnya itu, namun Orion tau itu tak lebih dari sekedar ejekan
"Kak Orion maukah kamu menemaniku minum?"
"Tentu saja ini adalah hari bahagiamu" Orion meraih gelas berisi jus itu dari tangan Alice dan mereka berjalan menuju arah tepi kolam yang tak terlalu ramai. Walau dibilang sederhana namun teman Alice yang datang lumayan banyak, wajar saja gadis itu mudah akrab dengan orang
"Kak" Oryza memutar bola matanya malas saat Gabril datang dengan mata memerah, ia tau pada akhirnya laki-laki itu pasti menangis
"Jangan menangis disini atau aku benar-benar akan memukulmu Gabril" ancamnya yang tak mempan sama sekali, karena laki-laki itu mulai meraih tangan kakaknya untuk ditempelkan pada pipinya
"Pukul aku jutaan kali lagi asal jangan pergi"
"Bisakah kamu berhenti membahas itu sekarang? Kamu benar-benar merusak suasana hatiku" Oryza dengan kesal melepas tangannya, padahal Oryza sudah sedikit semangat dari rumah
"Jangan membuat kakak menyesal memberitau mu, kamu orang pertama dan terakhir yang tau. Cukuplah mereka hanya tau kakak mati bukan karena sakit apapun" Gabril bukannya tenang malah mulai mengeluarkan air mata
"Apa kamu tidak malu? Kamu ketua geng dan teman-temanmu ada disini. Apa kata mereka nanti?"
"Aku tak peduli"
"Ada apa dengan si cengeng ini?" Jayandra tiba-tiba datang dan mengambil duduk disebelah adiknya
"Sepertinya dia baru saja diputuskan pacarnya" kekeh Oryza membuat kakak sulungnya itu tertawa sedangkan Gabril yang melihat kakaknya tertawa malah semakin menangis. Ia tak suka melihat tawa palsu itu saat ia tau bagaimana pasrahnya Oryza dengan hidupnya. Ia benci tawa itu saat ia tau didalam kakaknya menangis
"Apa benar begitu? Jangan menangis Gabril, kelakuanmu seperti anak kecil saja. Kakak pikir dengan mencukur rambut sampe botak kamu mau berubah menjadi kuat kenapa malah lembek begini?"
"Kak Jaya nggak tau apa-apa. Kak Jaya nggak ngerti gimana rasanya"
"Astagfirulloh, usia kakak sepuluh tahun lebih tua dari kamu, kamu meragukan usia itu dan masih pikir kakak nggak ngerti?. Kakak pernah remaja dan tau bagaimana rasanya jatuh cinta"
"Bukan itu, kakak nggak tau gimana rasanya bakal ditinggal pergi"
"Dia memang mau pergi kemana? Ke luar negri? Apa gunanya kamu kaya kalau mikir gitu aja nggak bisa?" Gabril enggan menanggapi dan memilih memeluk kakaknya
"Dia semakin aneh setelah pulang dalam keadaan botak, seperti rambutnya yang hilang membuat separuh isi otaknya juga hilang" Oryza tertawa mendengar perumpaan yang diberikan Andra pada adik mereka
"Jangan terlalu sedih, bukankah datang dan pergi itu hal yang biasa dalam hidup manusia?. Kita hanya perlu terbiasa dan butuh waktu untuk membuatnya baik-baik saja seperti semula" ucap Oryza mengelus pundak adiknya yang enggan lepas darinya
"Aku nggak bisa" jawaban Gabril membuat Jayandra mendengus
"Kakak suka melihat penampilan baru kamu"
"Terima kasih, aku sedang mencoba berubah" ucap Oryza menanggapi
"Melihat gimana nakalnya kamu dulu pas SMA, orang yang ngeliat penampilan kamu sekarang akan memastikan dua kali kalau itu kamu"
"Oryza, kakak harap kamu selalu baik-baik saja dan terus bahagia" Oryza tersenyum dan mengangguk
Oryza 😭😭😭😭😭🤧
begitulah versi cerita ni... semua feeling jg ada d situ d uli sebati ole author. huhhh sedih bnget ya
karena Allah lebih tahu bahwasanya kita tidak boleh terlalu terlena & memuja yg ada di dunia ini tanpa mengingat penciptanya... Allah mengambilnya supaya kita selalu mengingat & berdoa kepada sang pencipta