NovelToon NovelToon
Istri Alvaro Gaza

Istri Alvaro Gaza

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Anak Kembar / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:16.7k
Nilai: 5
Nama Author: c@f

Alvaro Gaza

Perencanaan Pembunuhan.
Di suatu malam, hujan deras di sepanjang jalan, kabut mengelilingi jalan. Seorang pria berjalan sempoyongan memegang perut sebelah kiri. Darah mengalir dari balik tangannya.
Dari sisi lain beberapa preman sedang mengejarnya.
“kemana pria tadi pergi. Cepat kita harus habisi dia. Setelah itu kita akan mendapatkan bayaran atas kematian pria itu.” Ucap salah satu preman.
“bau darah pasti pria tersebut ada di sekitar sini.”ucap preman yang lain.
“cepat cari sampai ketemu.” Ucap ketua preman tersebut.
Semuanya pun berpencar mencari pria yang hendak mereka bunuh.
“dia tidak akan pergi jauh karena kita sudah membiusnya dan menusuk perutnya, dia juga sudah kehilangan banyak darah. Kalian harus menemukannya meski mayatnya saja.” ucap ketua preman.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon c@f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Alvaro Aden Gaza 25

“aku menginginkanmu.” Ucap Alvaro menarik Allen dalam pelukannya.

“kau bisa mendorongku. Jika kau keberatan aku memelukmu. Aku tidak mempunyai tenanga untuk menahanmu.” Ucap Alvaro memeluk Allen.

Mendengar suara Alvaro yang lemas. Allen membiarkan Alvaro memeluknya untuk beberapa saat.

“apa kau masih demam?” tanya Allen. Dagu Alvaro menyetuh pipi Allen.

“tidak hanya tubuhku rasanya panas.” Ucap Alvaro.

“apa kau masih belum sembuh?” tanya Allen melepas pelukanya dengan perlahan.

Saat melepas handuk Allen mengendor dan Alvaro tidak sengaja melihat belahan buah dada Allen. Seketika wajah Alvaro memerah.

Alvaro kemudian mencium bibir Allen.

“aku tidak bisa menahannya lagi.” Ucap Alvaro segera menarik Allen dan melepar dengan pelan ke atas ranjang mereka.

Alvaro mencium Allen, sedangkan Allen hanya memejamkan matanya. Alvaro mencium bibir Allen kemudian menjalar ke pipi dagu dan leher.

Plak. Suara tamparan. Alvaro menampar pipinya sendiri.

“maaf aku sudah melewati batas.” Ucap Alvaro bangun dari atas tubuh Allen. Alvaro segera mengambil selimut dan menyelimuti tubuh Allen yang hanya terbalut handuk.

“aku tunggu di luar.” Ucap Alvaro meninggalkan Allen di kamar.

Alvaro tanpa sadar pergi ke kamar mandi rumah Allen. Kemudian mencuci wajahnya dengan air segar.

“apa yang kau lakukan. Tadi kau menkutinya.” Batin Alvaro sambil menatap wajahnya di depan cermin.

“perasaan ini tidak – tidak aku tidak mau dekat dengan Allen karena perasaan nafsu ini.” Guman Alvaro.

Setelah selesai Alvaro menunggu Allen di ruang tengah, dia melihat foto dirinya dan Allen sedang memagang buku nikah. Alvaro tersenyum melihat wahanya polos pada foto tersebut.

Selang tak lama Allen keluar mengenakan pakaian panjang. Karena khawatir akan kejadian yang baru saja terjadi Allen duduk sedikit menjauh dari Alvaro.

“si kembar dengan siapa di rumah sakit jika kamu kemari?” tanya Allen.

“sama papa.” Jawab Alvaro.

“apa dia benar – benar mau merebut si kembar dariku?” batin Allen.

“tidak aku tidak bermaksud begitu. Papa sedang menjengukku dan kebetulan aku di ruangan Kanzumi jadi sekalian aku perkenalkan.” Ucap Alvaro. Setelah mendengar suara hati Allen.

“aku tidak masalah. Jika kau benar – benar ingin memulai dari awal. Aku ingin syarat.” Ucap Allen.

“katakan?” Alvaro penuh semangat.

“yang pertama kamu harus membuktikan dirimu layak.” Ucap Allen.

“tentu aku akan melakukan yang terbaik.” Ucap Alvaro.

“sebelum itu aku tidak mau orang lain tau hubungan kita.” Ucap Allen.

“kenapa? Hubungan kita apa ada yang salah. Kita suami istri.” Ucap Alvaro.

“setuju atau tidak terserah kamu.” Jelas Allen.

“baiklah aku mengerti.” Alvero sedikit kesal karena permintaan Allen yang menurutnya berat.

“baik aku akan menyetujui permintaanmu. Namun keduanya harus ada batas waktu yang di tentukan.” Ucap Alvero.

“tiga bulan.” Ucap Allen.

Allen dan Alvaro pergi ke rumah sakit, sesampainya di kamar Kanzumi.

“ini ya mama kalian.” Ucap tuan Arsan.

“mama.” Panggil Kanzumi dan Kenzo.

“paman.” Ucap Allen menyapa tuan Arsan.

“mereka memanggilku kakek. Kau panggil lah seperti Alvaro.” Ucap tuan Arsan.

Allen menatap Alvaro.

“pa. Jangan buru – buru dia masih belum terbiasah.” Ucap Alvaro.

“baiklah, kapan kalian pidah ?” tanya tuan Arsan.

“sejak kapan ada perjanjian pindah?” batin Allen.

“pa sudah ku bilang jangan buru – buru. Kanzumi juga masih dalam proses pemulihan.” Ucap Alvaro.

“baiklah. Segera pindah. Papa ingin segera meresmikan hubungan kalian.” Ucap tuan Alvaro.

“kalau begitu papa pamit ada yang harus papa kerjakan.” Ucap tuan Arsan.

“hati hati di jalan pa.”ucap Alvaro.

“sampai jumpa kakek.” Ucap Kanzumi dan Kenzo.

“ma, Zumi mau pergi ke pasar malam. Zumi sudah lama tidak naik bianglala.” Ucap Kanzumi.

“iya sayang setelah Zumi sembuh kita naik bianglala ya.” Ucap Allen.

“aah masih lama. Kanzumi mau sekarang.” Rengek Kanzumi.

“hari ini papa sibuk. Jadi bagaimana kalau lusa?” tanya Alvaro.

“lusa. Baiklah.” Ucap Kanzumi bahagia.

Allen menarik Alvaro untuk keluar.

“kau bilang masih sekitar dua bulan untuk penyembuha?” tanya Allen.

“memang.” Jawab Alvaro.

“lalu kau mengajaknya keluar bagiaman dengan pemulihannya?” tanya Allen.

“tidak maslah aku akan menjaga Zumi. Siapa tau kalau dia bahagia dia akan lebih cepat sembuh.” Ucap Alvaro.

Di sore hari.

“dok, obat ini sedang kosong. Sedangkan Kanzumi sangat memerlukan obat ini.” Ucap perawat.

“baiklah. Hubungi beberapa rumah sakit dan aku akan mengambilnya sendiri.” Ucap Alvaro.

“baik dok.” Perawat pun seger menghubungii beberapa rumah sakit.

“bagaimana?” tanya Alvaro.

“ada di rumah sakit meiren mereka masih mempunyai dua sutikan.” Ucap perawat.

“aku akan mengambilnya.” Ucap Allen.

“aku punya beberapa teman di sana. Aku minta surat rujukan obat.” Tambah Allen.

“baik.” Ucap perawat.

“aku akan mengantarmu.” Ucap Alvaro.

“tidak perlu kamu sangat sibuk aku bisa sendiri.” Ucap Allen.

“baiklah hati hati di jalan. Jika ada apa – apa segera hubungi aku.” Tambah Alvaro.

Setelah perawat mencetak surat rujukan, Allen segra pergi ke rumah sakit Meiren untuk mengambil obat.

Allen sampai di rumah sakit Meiren.

Allen menarik nafas panjang dan mengelurkan dengan perlahan. Berjalan masuk menuju ruang apotek.

“ada yang bisa di bantu?” tanya apoteker.

“ini saya mau ambil obat.” Ucap Allen.

“boleh saya lihat resepnya?” tanya apoteker.

“surat dari rumah sakit pusat.” Batin petugas apoteker. Sang petugas segera menghubungi penanggung jawab.

“tunggu sebentar, karena ini obat khusu jadi tidak ada di apotek ada di ruang obat lain. Nyonya bisa menunggu sejenak.” Ucap petugas apoteker.

“baik.” Jawab Allen, dia duduk dan menunggu.

“Moana?” panggil Lili yang melihat Allen duduk.

“Lili.” Allen segera berdiri dan menghampiri Lili.

“kenapa kau kemari?” tanya Lili.

“mau mengambil obat.” Jawab Allen.

“siapa yang sakit?” tanya Lili.

“putriku.” Jawab Allen.

“putrimu?” Lili terkejut namun dengan ekspresi bahagia.

“aku akan menghubungi Naura, dia pasti bahagia mendengar kamu ada di sini. Terakhir kali waktu kita bertemu aku menceritakan kepada Naura. Dia sangat marah dan memintaku untuk bertemu lagi denganmu.” Ucap Lili.

“baik lah baiklah. Hubungi dia.” Ucap Allen.

Tak lama setelah di telfon Naura pun muncul.

“Moana. Aku merindukanmu.” Ucap Naura.

“aku juga.” Jawab Moana. Mereka bertiga pun berpelukan.

“siapa yang meminta resep itu?” tanya Daniel kepada apoteker.

“ny Allen dok.” Jawab Apoteker.

“mana orangnya?” tanya Danile..

Sang apoteker menunjuk Allen yang sedang mengobrol dengan Lili dan Naura.

“Moana.” Batin Daniel.

“dia semakin cantik.” Guman Daniel.

“bungkus dengan rapi obat ini.” Ucap Daniel memberikan obat kepada petugas Apoteker.

Allen, Naura dan Lili saling menanyakan kabar.

“lain kali kita berkumpul. Aku ada pemeriksaan jadi tidak bisa lama – lama.” Ucap Naura sambil meminta nomor kontak Allen yang baru.

“iya lain kali kita main bersama.” Ucap Allen.

“kalau begitu aku juga. Maaf tidak bisa menemanimu. Pasienku juga sedang meunggu.” Ucap Lili menunjukkaa infus yang dia bawa.

“baiklah.” Ucap Allen melambaikan tangan.

Allen melihat Daniel yang berdiri di hadapanya.

“lama tidak bertemu.” Ucap Danile berjalan menghampiri Allen.

“iya kak.” Jawab Allen.

“bisa mengobrol sebentar. Tapi tidak di sini. Di depan rumah sakit ada cafe baru kita mengobrol di sana?” tanya Daniel.

“bole kak.” Jawab Allen.

Setelah menerima obat dan melakukan pembayaran Allen mengikut Danile untuk pergi ke cafe depan rumah sakit.

“mau pesan apa?” tanya pelayan.

“latte dua.” Ucap Daniel.

“americano.” Ucap Allen.

“bukannya dulu kamu suka latte?” tanya Danile.

“udah tidak. Lebih enak americano.” Ucap Allen.

“kalau begitu latte satu americano satu.” Ucap Daniel.

“baik.” Pelayan pun pergi untuk membuat pesanana.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!