Wan Yiran berjuang melepaskan rantai emas yang mengikat tangan dan kakinya. Kondisi Wan Yiran yang sedang tidak berdaya membuat Putra Mahkota Kong Welan segera membaca mantra Penghancur Jiwa hingga panah emas muncul dari tangannya, hanya butuh beberapa detik hingga panah itu melesat cepat menancap di Jantung Wan Yiran.
Wan Yiran terjatuh di tanah dalam kondisi sekarat, matanya hanya menatap pria yang dicintainya Jendral Muda Lin Haoran, namun sorot mata pria itu sama sekali tidak menunjukkan raut iba padanya.
Yiran kehilangan kedua orang tua dan kakaknya yang dihukum mati oleh kaisar karena kasus pembunuhan yang dilakukan keluarganya. Kini Wan Yiran juga harus mati mengenaskan karena rasa dendam di hatinya yang membawa dirinya menjadi wanita iblis.
~Wan Yiran terbangun dan menyadari semua yang ia lalui hanyalah mimpi. Mimpi yang membawa tekad Yiran untuk memperbaiki dirinya, merubah nasibnya dan melepaskan cinta serta ambisinya. Wan Yiran harus melalui perjalanan yang tidak mudah~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riana Luzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Pantas Membayar Kesalahan
Di kediaman Keluarga Wan tepatnya di ruang keluarga, Nyonya Wan tidak berhenti menangis. Tuan Wan terus saja bergerak mondar mandir dengan gelisah.
"Dimana pengawal dan pelayan itu, kenapa belum datang menemui ku?" teriak Tuan Wan pada pelayan yang berada di luar ruang keluarganya.
Salah seorang pelayan berlari masuk dengan gelisah, "Maaf Tuan, pengawal sedang mencarinya saat ini. Jika sudah menemukannya, ia akan langsung di bawa menemui anda".
"Perintahkan lebih banyak pengawal untuk mencari mereka. Aku ingin mereka berada di hadapanku sekarang!" perintah Tuan Wan dengan tegas.
"Kenapa Wan Yiran bisa berpikir untuk melakukan ini? Ia tidak seharusnya menanggung semua ini?" jerit Nyonya Wan dengan putus asa, "Putriku sangat tidak tahan dengan hawa dingin ia juga sulit tidur di kasur yang terlalu keras, bagaimana ia bertahan di penjara malam ini?".
Wan Yamin hanya bisa memeluk ibunya, menenangkan wanita yang melahirkannya ini.
Li Nao dan Li Ara terlihat berjalan memasuki ruang keluarga kediaman Wan.
Saat melihat kemunculan dua orang yang ditunggunya, Tuan Wan langsung mengeluarkan sihir dari tangannya membentuk sebuah tali yang berjalan cepat ke arah Li Nao dan mengikat lehernya. Satu hempasan tali gaib itu mengangkat tubuh Li Nao hingga terlempar jatuh di bawah kaki Tuan Wan.
Li Ara cukup terkejut dengan serangan Tuan Wan. Ia langsung berlari menuju Tuan Wan dan berlutut di bawah kakinya.
Tuan Wan menatap tajam kedua orang anak muda di hadapannya. Ia berjongkok dan memandang satu persatu wajah mereka.
"Sebenarnya bagaimana kalian melayani putriku selama ini?" tanya Tuan Wan dengan nada mengintimidasi. Wajahnya yang biasa terlihat lembut di hadapan Wan Yiran, hari ini terlihat begitu tajam menatap Li Ara dan Li Nao.
"Ampun Tuan, kami selama ini hanya menjalankan perintah yang diberikan Nona Wan Yiran sebagai seorang pengawal dan pelayan. Kami benar-benar tidak tahu secara pasti apa rencana Nona Wan Yiran," jawab Li Ara.
"Semua yang dilakukan Putriku selama ini tentu saja atas bantuan kalian," Tuan Wan menatap kedua orang di hadapannya, lalu ia menyadari Saji pelayan putrinya tidak ada di hadapannya, "dimana Saji?" tanya Tuan Wan pada Li Ara.
"Saji diperintahkan Nona Wan Yiran menuju desa di pinggir ibukota kerajaan Kongqi. Sepertinya Nona Wan Yiran memerintahkan Saji karena tahu bahwa dia yang paling bisa menebak jalan pikiran Nona Wan Yiran dan akan mencegah perbuatannya. Itulah kenapa Nona Wan Yiran menyuruhnya pergi di saat ia akan melaksanakan rencananya," jawab Li Ara.
Tuan Wan mengepalkan tangannya kuat menahan amarahnya dan rasa sedihnya yang bercampur jadi satu.
Wan Yamin berjalan maju mendekati Li Nao, ia meraih kerah baju pengawal adiknya itu dengan tatapan amarah, "apa saja yang dilakukan adikku selama ini? Berikan semua bukti kejahatan kami yang dia sembunyikan. Untuk saat ini hanya itu cara untuk menyelamatkannya," desak Wan Yamin.
Li Nao menggeleng, "Setiap kali melakukan perintah Nona Wan Yiran, semua bukti langsung saya berikan padanya. Tidak ada satupun bukti yang ada di tangan kami Tuan Muda," jawab Li Nao dengan terbata-bata karena saat ini tali gaib Tuan Wan masih berada di lehernya.
Wan Yamin menatap kesal pada pria di hadapannya ini. Dengan penuh amarah ia mengeluarkan sihir dari tangannya, ia sudah akan mengangkat tangannya untuk menyerang Li Nao.
"Kekerasan tidak akan bisa menyelamatkan Wan Yiran."
Perkataan seseorang itu menghentikan gerakan tangan Wan Yamin. Semua orang yang berada di dalam ruangan itu menatap bingung saat menemukan presensi Putra Mahkota Kong Welan yang berjalan masuk ke dalam ruang keluarga Kediaman Wan.
"Yang Mulia, apa yang anda lakukan di sini?" tanya Tuan Wan. Ia segera menghilangkan sihir tali gaib yang ia gunakan pada Li Nao.
Kong Welan menatap sebentar pada Li Nao dan Li Ara sebelum berpaling menatap keluarga Wan.
"Ini bukan saatnya kalian menyalahkan orang lain atas apa yang menimpa Wan Yiran. Jika harus menyalahkan, bukankah kalian keluarganya yang paling harus disalahkan," ucap Kong Welan dengan tatapan tajam pada Tuan Wan dan Wan Yamin.
Nyonya Wan berlari ke arah Putra Mahkota Kong Welan dan berlutut sambil memegang kakinya, "Yang Mulia, Putriku tidak bersalah, semua ini adalah kejahatan dan kesalahan kami. Tolong selamatkan Putriku, jangan biarkan dia menanggung kesalahan yang kami lakukan," mohon Nyonya Wan dengan putus asa.
Melihat Nyonya Wan yang berlutut di hadapan Kong Welan, Tuan Wan dan Wan Yamin segera melakukan hal yang sama. Mereka berlutut bersama di hadapan Kong Welan.
"Putriku tidak pantas mendapatkan hukuman atas kesalahan yang kami buat. Mohon selamatkan putri kami Yang Mulia. Saya rela menyerahkan diri atas kesalahan saya, jika harus dihukum mati saya yang pantas mendapatkannya bukan putri saya," ujar Tuan Wan dengan putus asa.
"Benar Yang Mulia. Semua yang kami lakukan ini adalah kesalahan kami, Adikku Wan Yiran tidak terlibat sama sekali. Dia tidak pantas mendapatkan hukuman yang seharusnya kami dapatkan," tambah Wan Yamin.
Kong Welan menatap ketiga anggota keluarga Wan yang saat ini sedang memohon di hadapannya dengan putus asa. Sekarang ia mengerti kenapa Wan Yiran ingin berkorban bagi keluarganya.
Bukankah dahulu Wan Yiran dikenal sebagai gadis yang egois dan hanya mementingkan diri sendiri. Ternyata cintanya pada keluarganya saat ini membuat ia berani mengorbankan dirinya sendiri untuk mereka.
Kong Welan segera beralih menatap Li Nao yang masih duduk terkapar di lantai. Ia berjongkok menatap Li Nao yang saat ini juga menatapnya.
"Aku dengar dari pengawal istana bahwa kamu tadi datang ke istana kediamanmu. Untuk apa kamu ingin menemui ku?," tanya Putra Mahkota Kong Welan.
Li Nao segera mengubah posisi tubuhnya kemudian berlutut di hadapan Kong Welan, "Hamba ingin menemui anda untuk meminta tolong menyelamatkan Nona Wan Yiran. Hamba tidak memiliki kekuasaan apapun, namun apapun yang anda perintahkan akan hamba lakukan Yang Mulia walau itu mengancam nyawa hamba. Asalkan hal itu bisa membebaskan Nona Wan Yiran," pinta Li Nao.
Kong Welan bisa menatap tekad kuat dalam mata Li Nao. Pria itu memiliki perasaan yang cukup dalam pada Wan Yiran, ia terlihat akan melakukan apapun bagi gadis itu.
"Ada satu hal yang bisa kamu lakukan untuk membantuku menyelamatkan Wan Yiran," ujar Putra Mahkota.
Perkataan Putra Mahkota Kong Welan tentu memberikan sedikit harapan pada semua orang yang ada di ruangan tersebut.
"Bukankah kamu orang yang membantu Wan Yiran mendapatkan semua surat pernyataan dari para pelayan dan pengawal yang berkhianat pada keluarga Su?" tanya Putra Mahkota.
Li Nao segera mengangguk dengan cepat. Ia menatap penuh harap menunggu kelanjutan perkataan Putra Mahkota Kong Welan.
"Pergilah bersama Liyang menemui semua pengawal dan pelayan ang berkhianat dengan keluarga Su, bawa mereka semua ke istana untuk menemui Kaisar. Aku akan memberikan surat perintah kedatangan mereka padamu," perintah Kong Welan.
Li Nao mengangguk patuh, "hamba siap melakukannya Yang Mulia".
Kong Welan kemudian berbalik menatap Keluarga Wan, "Wan Yiran berani mengambil resiko untuk mengorbankan dirinya bagi kalian. Apa kalian siap berkorban untuknya juga?".
"Itu adalah sesuatu yang tidak perlu dipertanyakan lagi Yang Mulia. Semua ini kesalahan kami, biarkan kami yang menanggungnya, Putriku tidak pantas mendapatkan hukuman ini," ujar Tuan Wan.
Kong Welan mengangguk sambil bernafas lega. "Jika begitu siapkan semua bukti korupsi yang anda lakukan selama menjadi perdana Mentri. Itu juga akan membantu mendukung segala tindakan yang anda lakukan selama ini, termasuk tragedi Keluarga Su."
Tuan Wan mengangguk paham. Kemudian ia menatap istri dan Putranya. Nyonya Wan dan Wan Yamin tersenyum padanya seakan memberikan kekuatan. Mereka bertiga menyadari bahwa hari ini memang sudah seharusnya akan datang dalam hidup mereka.
...*****...
Kong Welan berjalan perlahan menelusuri lorong-lorong penjara bawah Tanah yang ada di istana. Kakinya kemudian berhenti melangkah saat sampai di pintu jeruji besi tempat Wan Yiran di tahan.
Kong Welan melihat Wan Yiran sedang berbaring di atas jerami membelakanginya menatap ke arah tembok.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Kong Welan pada Wan Yiran.
Wan Yiran yang tadi sedang memejamkan matanya segera membuka matanya perlahan saat mendengar perkataan Putra Mahkota. Ia menyentuh dadanya yang terasa sesak, namun ia sama sekali tidak bergeming bahkan tidak berniat berbalik. Wan Yiran tetap pada posisinya yang berbaring menatap tembok, berpura-pura tidur.
Kong Welan menghembuskan nafasnya pelan sambil menatap Wan Yiran. Ia tahu Wan Yiran saat ini mendengar perkataannya.
"Aku sebenarnya tidak mengerti apa sebenarnya arti perkataanmu di tebing waktu itu tentang kita yang memiliki takdir yang berlawanan. Namun hari ini aku menemukan jawabanku sendiri Nona Wan," Putra Mahkota terdiam sebentar sebelum melanjutkan perkataannya, "Apapun yang akan kulakukan nanti, kamu pasti akan sangat membenciku. Namun kamu harus tahu Nona Wan, tidak semua pengorbanan itu pantas untuk dilakukan."
Wan Yiran memejamkan matanya kuat sambil meremas dadanya yang kembali terasa sakit mendengar perkataan Putra Mahkota.
"Apapun alasan keluargamu melakukan kejahatan, itu sama sekali tidak bisa menjadi alasan untukmu harus menggantikan mereka. Setiap orang harus mempertanggungjawabkan apapun yang mereka lakukan, itulah kehidupan," Kong Welan terdiam sejenak menatap Punggung Wan Yiran yang bergetar hebat, ia tahu gadis itu sedang menahan tangisnya saat ini, "Apapun yang akan terjadi besok, semua itu ada takdir yang harus kamu hadapi Wan Yiran. Ini adalah resiko dari kejahatan yang dilakukan keluargamu. Bukan kamu yang harus berkorban untuk mereka Wan Yiran, mereka harus membayar perbuatan mereka sendiri."
Setelah mengatakan semua itu Kong Welan segera berbalik dan berjalan menjauhi jeruji besi tempat Wan Yiran di tahan saat ini.
Wan Yiran menangis sejadi-jadinya. Ia menahan rasa sesak dan sakit di dadanya. Semua usahanya sia-sia, tidak ada yang akan berubah, ia tetap akan kehilangan keluarganya seperti apa yang terjadi di dalam mimpi yang dialami dirinya. Rasanya ia ingin menyerah, dirinya tidak ingin hari esok datang di hidupnya. Untuk kedua kalinya ia harus merasakan kehilangan orangtua dan kakaknya.
tapi bagus si ceritanya 👍