'Kepergian' istri tercinta membuatnya begitu patah hati. Sang Mama yang termakan hasutan membuatnya menjadi seorang duda untuk kedua kalinya. Bertahun-tahun lamanya seorang Prabayudha terpuruk dalam ribuan rasa bersalah dan duka lara yang membekas dalam dada. Hingga kemudian garis tangan Tuhan mempertemukan dirinya dengan gadis nan ayu.
Kisah masa lalunya membuatnya tidak seperti dulu lagi pada sosok wanita. Sikapnya begitu dingin dan tidak peduli dengan wanita manapun. Namun gadis yang di temuinya kali ini begitu berbeda.
Apakah sang Kapten mampu melupakan masa lalunya demi sosok yang baru?
Konflik tajam dan berliku. Tidak tahan konflik harap dengan hormat untuk SKIP.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Menunjukan status.
"Astaghfirullah..!!" Bang Arok yang masuk ke dalam kamar rawat Gita begitu terkejut melihat pemandangan dari posisinya. Beliau sampai berdehem salah tingkah tingkah melihat Bang Probo berdiri dan mengangkat sepertiga pakaiannya. "Apa tidak ada tempat lain?? Ini rumah sakit Bik..!!" Tegur Bang Arok.
"Tempat lain yang mana? Gita keburu mual." Jawab Bang Probo tidak berani bergerak karena wajah Gita menempel pada perut sixpack nya.
Dengan hati-hati dan penuh keraguan Bang Arok melongok dan ternyata benar. Hanya wajah Gita yang menempel di perut.
"Ngeres aja lu Bang." Sambar Bang Probo.
"Nggak ngeres bagaimana, coba kamu berdiri disana..!! Pasti pikiranmu sama kotornya."
Bang Arok mengintip Gita yang benar pulas memeluk adiknya.
"Luar biasa ngidamnya bumil. Benar-benar di luar jangkauan akal pikiran." Gumamnya.
"Biar saja. Yang penting anteng, nggak mual lagi, bisa makan.. sudahlah, aku nggak mau lainnya."
Bang Arok mengangguk lalu membuka makan malam untuk adik laki-lakinya. " Sini Abang suapi. Daripada bulir nasinya jatuh di atas kepala Gita, kau malah punya persoalan baru."
***
Pagi hari Gita membuka matanya, ia tertegun dengan posisinya yang sedang tidur memeluk perut Bang Probo. Entah sejak kapan suaminya itu tidur dalam posisi duduk di ranjang pasien tapi sungguh ia tersentuh, hatinya juga bahagia dengan segala bentuk perhatian Bang Probo untuknya.
"Kalau Gita gendut, tidak cantik lagi karena hamil.. Apakah Abang masih mau memberikan perhatian ini untuk Gita?" Gumam Gita pelan. "Sekarang saja berat Gita sudah naik dua kilo. Bagaimana sekitar enam bulan lagi."
Gita mengusap air matanya, tak tau kenapa akhir-akhir ini hatinya jadi lebih melow. Perkara semut terinjak saja bisa membuatnya menangis.
"Kenapa harus resah? Wanita hamil itu seksi, auranya semakin cantik, terlalu menggairahkan bagi suami." Kata Bang Probo yang sebenarnya sudah bangun sejak tadi. Hanya saja dirinya tidak bisa berkutik karena Gita terus memeluknya.
"Iihh Abang. Kenapa nggak bilang kalau sudah bangun. Nggak boleh nguping rahasia wanita." Ucap kesal Gita.
"Buat apa bikin rahasia. Abang sudah tau semuanya."
Gita memalingkan wajahnya karena merasa teraniaya oleh suaminya sendiri.
"Istri siapa lah ini, doyan sekali ngambek." Goda Bang Probo.
"Abang nggak mengakui?????" Nada suara Gita meninggi saking kesalnya.
"Istrinya Kapten Prabayudha."
Gita menyembunyikan wajahnya, pipinya sudah memerah namun enggan untuk mengakuinya.
-_-_-_-_-
Bang Adrian mengantarkan koper milik Kapten Prabayudha. Ia masih penasaran dengan wajah istri Danki yang selalu di agungkan begitu cantik.
"Selamat siang Danki. Saya mengantar koper."
"Terima kasih. Kamu bisa kembali ke barak." Perintahnya pada Sertu Adrian.
"Siap Dan..!!" Bang Adrian melongok dan berharap bisa bertemu dengan sosok ibu Danki nya tersebut. Penugasan di daerah pelosok Borneo membuatnya tidak paham wajah Ibu Danki dan bahkan Dankinya tidak pernah memajang foto sang istri.
"Kamu cari apa?" Tanya Bang Probo, ia lumayan bingung dengan sikap Adrian.
"Siap.. tidak ada, Dan..!!"
Kening Bang Probo berkerut tapi tidak mengambil pusing dengan anggotanya tersebut.
\=\=\=
Hari ini Gita sudah mulai beraktivitas kembali. Terlalu lama di dalam rumah membuatnya bosan juga. Perutnya kini sudah terlihat menonjol di usia kandungan nya yang baru saja tiga bulan.
"Ibu.. ijin, hari sedang hujan. Biar saya saja yang bawa payungnya." Kata Prada Faizal cemas karena Gita melangkahkan kaki dengan cepat.
Prada Faizal juga ketar-ketir takut Ibu Danki terpeleset.
"Nggak usah Om. Om Faizal kembali kerja saja. Saya hanya mau tanda tangan laporan."
"Aduh Ibu, nanti saya bisa di omelin Danki." Ujar Prada Faizal.
"Nggak akan, nanti saya yang tanggung jawab."
Prada Faizal tidak bisa berbuat banyak karena Gita sudah cemberut. Prada Faizal pun memilih mundur teratur daripada ibu Danki menjadi murka.
~
Gita baru saja kan melangkah menjajaki anak tangga menuju ruangannya. Tanpa sengaja Gita salah memijakan kaki hingga terpeleset dan nyaris terjungkal.
"Aaaaaaa.." pekiknya kaget. Ia refleks memejamkan matanya.
Saat mengira tubuhnya akan jatuh sempurna ke atas tanah, Gita merasa tubuhnya melayang dalam dekapan.
"Gitaaaa????" Sertu Adrian kaget melihat sosok yang di tolong nya adalah Gita, mantan kekasihnya.
"Bang Adrian?? Abang disini?"
"Saya yang harus tanya, kenapa kamu ad disini???" Bang Adrian mengedarkan pandangan matanya. Ia melihat ruang Ibu ketua ranting. "Kamu mau ketemu ibu Danki??" Tanya Bang Adrian.
"Lepas..!! Turunkan Gita..!!!!" Perintah Gita seraya meronta-ronta.
"Jawab dulu.. kenapa kamu disini..!!" Cecar Bang Adrian. "Oohh.. kamu istri anggota rupanya. B*****t mana yang berani merebutmu dari tanganku??????" Bentak Bang Adrian.
"Apa-apaan kamu Adrian.. turunkan istri saya..!!" Suara Bang Probo tak kalah menggelegar membentak Sertu Adrian.
"Istri???? Astaga.. siap salah Danki..!!" Kata Sertu Adrian.
"B*****t ini mau bicara sama kamu, cepat ke ruangan saya sekarang..!!!!" Perintah Bang Probo.
"Siap..!!"
:
"Ada yang keseleo?? Perutnya sakit??" Tanya Bang Probo masih merawat bumilnya yang sempat membuatnya jantungan. "Kamu juga, kenapa pakai sandal bulu??? Kalau basah sandal bulunya jadi licin. Lagipula apa susahnya telepon suami, nanti Abang jemput. Atau minta pemegang kas datang ke rumah, tidak perlu kamu jalan jauh dari rumah sampai kompi." Tegur Bang Probo.
"Gita bosan di rumah, pengen jalan-jalan tapi Abang tidak punya waktu." Jawab Gita.
"Kamu mau kemana??? Abang nggak ajak kamu jalan karena kondisi mu belum stabil, masih suka pusing. Tapi kalau sampai kamu pingsan.........."
"Abang lempar ke jurang." Celetuk Gita menirukan ucap andalan Bang Probo.
"Itu tau. Di ingat betul itu, dek. Nggak ada lagi alasan untuk nggak nurut apa kata Abang." Ucap tegas Bang Probo.
"Iyaaa.."
Bang Adrian hanya menunduk. Segala rasa bercampur aduk dalam dada. Ingin cemburu tapi dirinya tidak kuasa menebar cemburu. Rasa tenggorokan nya tercekat saat kini Kapten Prabayudha duduk di hadapannya.
"Saya harap kamu bisa menahan diri. Gita sudah menjadi istri saya sekarang." Ucap Bang Probo.
.
.
.
.