Angkara Afrizal Wijaya, ketua osis yang kehidupannya hampir sempurna. Tetapi, karena kehadiran adik kelas yang sangat menyebalkan. Kesehariannya di sekolah bagaikan neraka dunia.
Dia adalah Alana, gadis gila yang selalu mengejar-ngejar cinta seorang Angkara tanpa kenal lelah. Alana adalah ketua geng motor Avegas.
"Kak Angkasa!"
"Nama aku Angkara!"
"Tetap saja aku akan memanggilmu Angkasa, Angkara Sayang."
Kisah cinta abu-abu pun di mulai! Akankah gadis gila seperti Alana, mampu meluluhkan hati ketua osis galak?
Follow tiktok: Cepen
Ig: tantye005
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 ~ Pindah sekolah
Bukannya berusaha menjelaskan benda yang ada di dalam tasnya. Alana malah berjalan menuju kantin bersama inti Avegas lainnya, tanpa peduli tatapan teman sekolah. Gadis itu duduk di bangku yang di kelilingi oleh sahabat-sahabatnya, menyantap makanan seolah tidak terjadi apa-apa. Berbeda dengan para anggotanya yang mulai gelisah. Takut Alana mendapatkan masalah.
Ayolah, narko*ba adalah benda yang sangat berbahaya apalagi dalam lingkungan sekolah. Bisa saja Alana di keluarkan dari sekolah jika kasusnya tidak ditangani secepat mungkin. Inti Avegas tidak ingin kehilangan ketuanya. Mereka tidak akan rela jika gadis sebaik Alana di fitnah seperti ini.
Gio yang tidak tahan dengan sikap Alana langsung beranjak dari duduknya. "Sudah cukup. Kita nggak bisa diam saja seperti ini Al. Sampai kapan pun gue nggak rela ada yang fitnah lo seperti ini," ujar Gio dengan matannya yang penuh kilatan amarah.
Tetapi Alana masih saja menundukkan kepalanya tanpa suara, menyantap bubur ayamnya dengan lahap.
"Al, jangan diam seperti ini dong," celetuk Jayden.
"Lalu kita harus apa hm? Mau mengelak bagaimana pun faktanya gua pemilik benda haram itu. Benda itu ada di dalam gue."
"Tapi gue yakin bukan lo pelakunya!" Tegas Roy.
"Alana, lo panggil kepala sekolah," ucap salah satu osis yang sengaja mencari keberadaan Alana.
Gadis itu hanya mengangguk, berpamitan pada teman-temannya dan mengunjungi ruangan kepala sekolah. Di dalam sana sudah ada Tiara, Angkara juga daddynya yang mungkin baru datang karena permintaan kepala sekolah.
Alana tersenyum lebar pada daddynya, berusaha menyembunyikan luka di hati. Bukan karena fitnah seseorang, tetapi tatapan kekecewaan yang dilayangkan oleh daddynya.
"Setelah diperiksa oleh pihak berwajib, barang yang ada di dalam tas Alana adalah benda terlarang Pak. Saya benar-benar terkejut mengetahui ada siswa yang berani membawanya padahal sekolah sudah sangat disiplin," ujar kepala sekolah pada Dito.
"Lalu bagaimana dengan keputusan anda?" tanya Dito tenang. "Apakah Anda sudah mendengar penjelasan dari putri saya? Bukankah seharusnya Anda mendengarkan suara siswa dulu sebelum mengambil keputusan?"
Pria paruh baya itu menatap putrinya yang menunduk. Ia mengenggam tangan Alana, seolah memberikan kekuatan agar bisa menjawab dengan jujur. Dito yakin putrinya tidak akan melakukan hal seperti itu. Alana tidak mungkin merusak namanya dan merusak dirinya dengan benda haram seperti itu.
"Lana, ayo jelaskan pada mereka!" pinta Dito.
"Nggak ada yang perlu dijelaskan Dad. Benda itu ada di dalam tas aku saat pemeriksaan. Artinya itu punya aku bukan orang lain," jawab Alana dengan raut wajah datarnya. Menatap semua orang yang ada di ruangan itu terutama Angkara.
"Anda dengar sendiri buka? Bahkan putri pak Dito mengakuinya. Awalnya kami ingin melaporkan ini pada berwajib dan mengeluarkan putri pak Dito. Tetapi karena Angkara meminta agar nggak bertindak gegabah yang bisa mempengaruhi nama sekolah. Pihak sekolah akan memberikan surat pindah sebagai hukuman."
"Apa nggak bisa dipertahankan lagi Pak?" tanya Dito yang tidak rela putrinya dilempar ke sekolah lain.
"Nggak papa Dad. Alana juga nggak suka sama sekolah ini apalagi ketua osis nya. Bahkan jika nggak bermasalah pun Alana ada rencana untuk pindah." Alana beranjak dari duduknya. Memberikan bow pada semua orang yang berada di ruangan tersebut.
"Terima kasih sudah menampung orang nakal seperti saya." Berlalu pergi.
....
Inti Avegas mengejar ketuanya yang berjalan cepat di koridor sekolah menuju parkiran. Mereka sangat penasaran bagaimana dengan keputusan kepala sekolah.
"Al, bagaimana?" tanya Gio menarik tangan Alana setelah sampai di parkiran sekolah.
"Dipindahkan dari sekolah SMA Angkasa."
"Lah dan lo pasrah begitu saja? Mana Alana yang gue kenal hah? Kita harus membuktikan bahwa lo nggak bersalah. Ya kali membiarkan orang yang fitnah lo menang begitu saja. Kalau bisa kita tes urine!" tegas Jayden.
"Gue nggak mau balas dendam melalui sekolah Jay. Kita bisa mencari orang itu diluar sekolah dan memberikan pelajaran. Lagi pula gue bosan sekolah di sini, mau mencari suasana baru."
"Al!" Roy menghadang Alana yang akan naik ke motor.
"Pisah sekolah bukan berarti kita beda hati. Kita bisa bertemu di markas."
"Benar apa yang dikatakan oleh Alana," ucap Dito yang baru saja datang membawa barkas kepindahan Alana.
"Om." Ke empat inti Avegas langsung mencium punggung datang Dito.
"Alana dipindahkan ke sekolah taruna bakti."
"Serius?!" Mata Gio, Jayden, Roy dan Jevian membola tahu sekolah yang akan Alana tuju adalah SMA Taruna Bakti, sarang All Star.
"Iya."
"Fiks gue ikut pindah," ujar Gio, terlebih ia baru kelas dua. Berbeda dengan Jayden, Jevian dan Roy yang tidak bisa berbuat banyak.
"Kalau begitu kita titip ketua sama lo Gio." Pasrah Jayden.
mana dia nggak dkasih anak lagi
kasiaan banget,
seakan disini marwah dito dipertaruhkan