Sharmila, seorang wanita cantik, sedang bersiap untuk hari pernikahannya dengan Devan, bos perusahaan entertainment yang telah dipacarinya selama tiga tahun.
Namun, tiba-tiba Sharmila menerima serangkaian pesan foto dari Vivian, adik sepupunya. Foto kebersamaan Vivian dengan Devan. Hati Sharmila hancur menyadari pengkhianatan itu.
Di tengah kekalutan itu, Devan menghubungi Sharmila, meminta pernikahan diundur keesokan harinya.
Dengan tegas meskipun hatinya hancur, Sharmila membatalkan pernikahan dan mengakhiri hubungan mereka.
Tak ingin Vivian merasa menang, dan untuk menjaga kesehatan kakeknya, Sharmila mencari seorang pria untuk menjadi pengantin pengganti.
Lantas, bagaimana perjalanan pernikahan mereka selanjutnya? Apakah pernikahan karena kesepakatan itu akan berakhir bahagia? Ataukah justru sebaliknya?
Ikuti kisah selengkapnya dalam
KETIKA MUSUH MENJADI PENGANTIN PENGGANTI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26. Pelajaran untuk Vivian
.
Zayden menatap tajam wanita paruh baya yang mengaku pemilik butik. Wanita paruh baya yang tadi dipanggil dengan nama Nadia itu, menunduk ketakutan.
Zayden meraih ponsel dari saku jasnya, mencari kontak, lalu menempelkannya ke telinga. "Siapa yang kau pekerjakan di butikmu? Berani-beraninya dia menindas istriku? Apa kau ingin aku cabut semua investasi di butik ini?"
Dewi dan Sharmila saling pandang, sementara Vivian ternganga melihat Nadia. Satu pemikiran yang sama muncul dalam otak mereka, jadi Nadia bukan pemilik butik?
"Jika kamu tidak datang dalam 10 menit, aku akan buat butikmu tutup untuk selamanya!" ancam Zayden.
Nadia menjatuhkan diri berlutut di hadapan Zayden, memohon ampun. Namun, Zayden sama sekali tak menghiraukannya. Dia menoleh ke arah Sharmila dan bertanya, “kamu tidak apa-apa?"
"Aku baik-baik saja,” jawab Sharmila sambil tersenyum senang. “Bagaimana kamu tahu kalau aku ada di sini?" Tanya Sharmila.
"Aku menerima notif pembayaran di ponselku, tentu saja aku tahu.” Zayden mengambil nafas berat. "Ternyata kemampuan berbelanja Nyonya Pratama benar-benar payah,” ejeknya.
"Apa maksudmu?” Sharmila tidak terima dikatai payah. “Aku sudah membeli banyak gaun!" Wanita itu mendelik kesal.
“Kenapa tersinggung? Nyatanya memang benar-benar payah. Ini sudah jam berapa, bahkan kamu belum bisa mengambil seperempat dari isi kartuku.”
Dewi tersenyum-senyum sendiri melihat dua orang yang kemudian saling berdebat dan saling ejek. Sementara Vivian merasa hatinya kian panas.
“Kurang ajar," batin Vivian. "Kenapa dia malah mendapatkan tuan muda Pratama setelah aku mengambil Devan darinya. Aku tidak terima ini. Aku lebih cantik darinya, aku lebih muda, aku juga lebih populer. Atas dasar apa Sharmila selalu mendapatkan lebih baik dariku?”
Seringai licik tiba-tiba muncul di sudut bibirnya. “Jika aku bisa mendapatkan tuan muda Pratama, maka aku bisa menginjak Sharmila!"
Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya yang anggun dan berkelas datang. Dia adalah nyonya Sartika, pemilik butik tersebut. Sartika mendekati Nadia dan menampar pipinya dengan keras, lalu menghadap ke arah Zayden.
"Maafkan kelakuan anak buah saya, Tuan Pratama," ucap wanita itu dengan nada menyesal. Ia lalu menghadap Sharmila. "Nyonya, saya mohon maaf atas kejadian yang tidak menyenangkan ini. Saya benar-benar tidak percaya memiliki pelayan beretika buruk seperti mereka."
Sharmila merasa tidak nyaman dengan perlakuan wanita itu wanita itu. Karena bagaimanapun bukan dia yang bersalah melainkan anak buahnya. Dia baru saja ingin menjawab bahwa dia memaafkan ya, tetapi Zayden sudah mendahului.
“Aku tidak sudi berinvestasi di tempat orang-orang yang telah menindas istriku," ucapnya tegas.
Wanita itu mengangguk. "Saya akan memperbaikinya, Tuan. Saya akan memecat manajer, pegawai, dan semua satpam yang tadi bersikap buruk pada istri Anda.”
Nadia, pegawai, dan satpam yang mendengar itu hanya bisa tertunduk lemas. Mereka pernah mendengar bagaimana kekejaman seorang Zayden Pratama. Tanpa ampun untuk kesalahan sekecil apapun.
Zayden menatap wanita itu dengan dingin. "Jika hal ini terjadi lagi, maka…"
"Tidak akan, Tuan," sahut wanita itu cepat dan meyakinkan. "Saya akan memastikan Nyonya Pratama selalu mendapatkan pelayanan terbaik di butik ini.”
“Bagus!" ucap Zayden lalu kembali menoleh ke arah Sharmila dan mengambil kartu yang ada di tangan Sharmila dengan cepat. “Biar aku ajari kamu cara belanja yang benar!"
Zayden kembali menoleh ke arah pemilik butik. "Periksa rekaman CCTV dengan benar! Apapun yang sudah disentuh bahkan dilirik oleh istriku dan juga temannya, bungkus semua jangan sampai terlewat!” perintahnya sambil memberikan kartu hitam pada pemilik butik.
“Baik, Tuan." Sartika menerima kartu itu dengan wajah berbinar. Iya segera menyuruh seorang karyawan lainnya untuk melakukan segalanya sesuai yang diperintahkan oleh Zayden.
“Kamu gila ya?!" bentak Sharmila. “Untuk apa membeli semua barang? Tidak mungkin aku memakai semuanya."
Sementara Dewi, matanya terbelalak. Mengingat-ingat apa saja yang tadi dia dan Sharmila sentuh. Mulai dari gaun, tas, sepatu, perhiasan, aksesoris. Seketika mulut wanita itu terbuka lebar. Satu, dua, tiga, ... sepuluh ...jari-jari yang ada di tangannya bahkan tak cukup ia gunakan untuk menghitung.
Hati Vivian semakin panas, iri dengki semakin menjadi. Ambisi untuk bisa memiliki Zayden semakin membara. Ia bergerak mendekat ke arah pria itu.
“Tuan Zayden,” panggilnya dengan suara yang mendayu-dayu.
"Perkenalkan, saya adalah Vivian Chandra. Artis yang akan membintangi salah satu film yang disutradarai oleh sutradara paling terkenal, Andreas Marley.” Vivian mengulurkan tangannya kepada Zayden, tetapi pria itu hanya melihatnya saja tanpa niat untuk menyambut.
“Oh…” ucap Zayden cuek. “Lima hari lagi adalah acara peluncuran film baru itu kan? Kebetulan aku investor terbesar di film tersebut. Tapi, sepertinya aku harus berpikir ulang. Aku tidak mau investasi pada film yang artisnya abal-abal.”
"Apa maksud Anda?” Vivian merasa tidak terima, tetapi wajahnya menjadi pucat.
"Apa yang aku maksud kamu pasti tahu. Berita tentang Pricilia yang bunuh diri beberapa waktu lalu terungkap di media, dan akan segera diketahui Siapa yang menyebabkan Pricilia bunuh diri.”
“Tidak!" Vivian berseru keras dan dengan cepat meraih tangan Zayden. Dia harus bisa mengambil hati pria ini. Jika tidak mungkin akan tamat riwayatnya di kancah selebriti nasional.
Plak!
Secara spontan Zayden mengibaskan tangannya lalu menampar Vivian dengan keras. Vivian meringis sambil memegangi pipinya yang terasa kebas. Menatap wajah Zayden tak mengerti. Apa kesalahannya?
“Kamu tidak cukup tahu siapa aku ya? Aku paling jijik disentuh oleh wanita kotor." Sambil berkata demikian, Zayden mengangkat telapak tangannya ke arah bodyguard yang masih ada di sana.
Satu dari mereka maju ke depan dan menyemprotkan hand sanitizer ke tangan Zayden.
Tangan Vivian terkepal erat melihat apa yang dilakukan oleh Zayden. “Anda tidak bisa bersikap semena-mena terhadap saya. Lagi pula kami sama-sama sudah menandatangani kontrak. Baik sutradara maupun produser, tidak mungkin akan melepaskan saya begitu saja, karena mereka pasti akan terkena penalti.”
Zayden tertawa terbahak-bahak dan memandang ke arah Vivian dengan tatapan penuh cemooh. "Oh ya? Baiklah, mari kita lihat. Kira-kira produser, akan melepaskan investornya atau artis abal-abalnya."
Zayden membalikkan badannya kembali menatap ke arah Sharmila. "Kamu pasti lelah, ayo kita pulang. Biar pengawal yang urus belanjaan,” ajaknya sambil merangkul bahu Sharmila dan membawanya melangkah bersama.
Dewi segera berlari mengikuti langkah mereka. "Zayden, apa aku boleh jadi istri keduamu?” Bertanya sambil tertawa geli.
Zayden menghentikan langkahnya dan menoleh. "Maaf, apa aku mengenalmu?”
Dewi mengepalkan tangannya erat dan membuat gerakan ingin meninju Zayden. “Dasar senior laknat. Awas saja kalau kamu masih suka membuli sahabatku. Aku pasti akan menghancurkan rahangmu”
Sharmila tertawa kencang melihat tingkah temannya. Mereka bertiga kemudian pergi meninggalkan butik sambil tertawa.
Tinggallah Vivian yang jatuh terduduk di lantai, menatap kepergian mereka dengan mata nanar.
Keren Thor novelnya 👍😍
tul nggak Mama 😄😄😄
kira2 berapa derajat ya suhu ruangan di butik itu....
aku rela ko bang bantuin isi dalma kartu hitam mu itu...
karna banyak yang mau saya beli... 🤣🤣🤣🤣🙏
dari motor, renov rumah biaya sekolah 3 anak...
boleh ya bang... boleh lah... boleh lah...
Zayden berkata....
Apa aku mengenalmu...
kita ta se akrab itu ya... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣